Beranda » Percakapan Rasulullah dengan Iblis

Percakapan Rasulullah dengan Iblis



13212523781490960952




Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal ra., dari Ibnu Abbas ra yang berkisah : Kami bersama Rasulullah saw di rumah salah seorang sahabat Anshar, dimana saat itu kami di tengah-tengah jamaah. Lalu ada suara orang memanggil dari luar, “Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, sementara kalian butuh kepadaku.”

Rasulullah bertanya kepada para jamaah,“Apakah kalian tahu, siapa yang memanggil dari luar itu?”

Mereka menjawab, “Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Lalu Rasulullah saw menjelaskan, “Ini adalah iblis terkutuk – semoga Allah senantiasa melaknatnya. ”

Kemudian Umar ra meminta izin kepada Rasulullah sembari berkata, “Ya Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku unuk membunuhnya?”

Beliau menjawab, “Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa ia termasuk mahluk yang tertunda kematiannya sampai batas waktu yang telah diketahui (hari Kiamat) ? Akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuknya. Sebab ia

diperintah untuk datang ke sini, maka pahamilah apa yang ia ucapkan dan dengarkan apa yang akan ia ceritakan pada kalian.”

Ibnu Abbas berkata : Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk di tengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yang sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya seperti rambut kuda. Kedua kelopak matanya terbelah ke atas (tidak kesamping). Sedangkan kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigi taringnya memanjang seperti taring babi. Sementara kedua bibirnya seperti bibir kerbau. Ia datang sembari memberi salam,

“Assalamu’alaika ya Muhammad, Assalamu’alaikum ya jamaa’atal- muslimiin,’ kata iblis.


Nabi menjawab, “Assalamu lillah ya la’iin (keselamtan hanya milik Allah, wahai mahluk yang terkutuk). Saya mendengar engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluan tersebut wahai iblis ?”



“Wahai Muhammad, saya datang ke sini bukan karena kemauanku sendiri, tapi saya datang ke sini karena terpaksa,” tutur iblis.

“Apa yang membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai mehluk terkutuk ?” tanya Rasulullah.

Iblis menjawab, “Telah datang kepadaku seorang malaikat yang diutus Tuhan Maha Agung dimana utusan itu berkata, `Sesungguhnya Allah swt memerintahmu untuk datang kepada Muhammad saw, sementara engkau adalah mahluk yang rendah dan hina. Engkau harus

memberitahu kepadanya, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak cucu Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka.

Lalu engkau harus menjawab segala apa yang ditanyakan Muhammad dengan jujur. Maka demi Kebesaran dan Keagungan Allah, jika engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sunguh Allah akan akan menjadikan engkau debu yang bakal dihempaskan angin, dan musuh-musuhmu akan senang.’ Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang untuk menjawab apa yang engkau tanyakan dengan jujur.”

Rasulullah mulai melempar pertanyaan kepada iblis, “Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka coba seritakan kepadaku,siapa orang yang paling engkau benci ?”

Iblis menjawab dengan jujur, “Engkau, wahai Muhammad, adalah orang yang paling aku benci dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu.”


“Lalu siapa lagi yang paling engkau benci ?” tanya Rasulullah.

“Seorang pemuda yang bertakwa dimana ia mencurahkan dirinya hanya kepada Allah swt,” jawab iblis.

“Siapa lagi ?’ tanya Rasulullah.

“Orang alim yang wara’ (menjaga diri dari syubhat) lagi sabar,” jawab iblis.

“Siapa lagi ?” tanya Rasulullah.

“Orang yang senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar dan kecil serta najis),” tutur iblis.

“Siapa lagi ?” tanya Rasulullah.

“Orang fakir yang senantiasa bersabar, tidak pernah menuturkan kefakirannya kepada siapapun dan juga tidak pernah mengeluh penderitaan yang dialaminya,” jawab iblis.

“Lalu darimana engkau tahu kalau ia bersabar ?” tanya Rasulullah.


“Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaannya kepada mahluk yang sama dengannya selama tiga hari, maka

Allah tidak akan mencatat perbuatannya dalam kelompok orang-orang yang sabar,” jelas iblis.

“Lalu siapa lagi wahai iblis ?” tanya Rasulullah.

“Orang kaya yang bersyukur”

“Lalu apa yang bisa memberi tahu kepadamu, bahwa ia bersyukur ?”

“Bila saya melihatnya ia mengambil kekayaannya dari apa saja yang dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempatnya,”

“Bagaimana kondisimu bila ummatku menjalankan shalat ?”

“Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar”

“Mengapa wahai mahluk terkutuk ?”


“Sesungguhnya apabila seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud, maka Allah akan mengangkat satu derajat kemuliaan.

Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat sampai mereka berbuka kembali. Apabila mereka menunaikan manasik haji, maka saya jadi gila. Apabila membaca Al Qur`an, maka saya akan meleleh seperti timah yang dipanaskan. Apabila bersedekah maka seakan- akan orang yang bersedekah itu mengambil kampak lalu memotong saya menjadi dua”

“Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan iblis) ?”

“Sebab dalam sedekah ada empat perkara yang perlu diperhatikan : dengan sedekah itu Allah akan menurunkan keberkahan dalam hartanya, menjadikan ia disenangi dikalangan mahluk-Nya, dengan sedekah itu pula Allah menjadikan suatu penghalang antara dia dengan neraka dan akan menghindarkan segala bentuk bencana dan penyakit”

“Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar ?”

“Ia sewaktu jahiliyyah saja tidak pernah taat kepadaku, apalagi sewaktu dalam Islam”

“Bagaimana dengan Umar bin Khaththab ?”

“Demi Allah, setiap kali saya bertemu dengannya, mesti akan lari darinya”

“Bagaimana dengan Utsman ?”


“Saya merasa malu terhadap orang yang para malaikat saja malu kepadanya”

“Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib ?”

“Saya berharap pada Allah untuk tak akan pernah dipertemukan olehnya”

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan ummatku berbahagia dan mencelakakanmu sampai batas waktu yang telah ditentukan”

“Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak akan mati sampai batas waktu yang telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa berbahagia terhadap ummatmu, sementara saya bisa masuk kapan saja melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan, sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruhnya, baik yang bodoh maupun yang alim, yang awam maupun yang bisa membaca Al Qur`an, yang nakal maupun yang rajin beribadah, kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis (murni)”

“Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah yang mukhlis ?”

Iblis menjawab dengan panjang lebar, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yang masih suka harta dan suka dipuji maka ia belum murni karena Allah. Sesungguhnya seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sementara hatinya selalu bergantung pada kesenangan dunia, maka ia lebih taat kepadaku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yang paling besar ? kemudian cinta kedudukan adalah dosa besar juga.

Saya mempunyai tujuh puluh ribu anak, sedangkan tiap anak dari jumlah itu memiliki tujuhpuluh ribu setan. Diantara mereka ada yang saya tugaskan untuk menggoda ulama, menggoda para pemuda, menggoda orang tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Diantara mereka juga ada yang saya tugaskan untuk menggoda orang yang tekun beribadah, menggoda orang yang zuhud. Mereka keluar masuk dari kondisi yang berbeda, dari satu pintu ke pintu lainnya, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hatinya, sehinga mereka beribadah tidak karena Allah, sementara mereka tidak merasakan itu.

Apakah engkau lupa wahai Muhammad kisah seorang rahib yang berbuat ikhlas selama tujuhpuluh tahun, sehingga dengan do’anya ia bisa menyembuhkan penyakit ? Akan tetapi saya tak pernah putus asa menggodanya sampai ia sempat berbuat zina dan membunuhnya dan akhirnya ia mati dalam keadaan kafir. Itu semua berkat saya Muhammad. Kebohongan itu berasal dari saya, saya adalah mahluk yang berbohong pertama kali. Orang yang berbohong adalah temanku. Barangsiapa yang bersumpah atas nama Allah dengan berbohong maka ia kekasihku. Menggunjing dan mengadu domba adalah buah santapan dan kesukaanku. Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku.


Barangsiapa bersumpah dengan menceraikan istrinya (talak) maka hampir tidak akan bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan itu benar, yang karenanya orang membiasakan lidahnya mengucapkan kata-kata tersebut, istrinya adalah haram baginya. Kemudian dari pasangan itu menghasilkan keturunan haram. Sehingga semuanya masuk neraka gara-gara satu ucapan.

Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara ummatmu ada orang yang menunda-nunda shalatnya. Ketika ia hendak menjalankan shalat maka saya selalu berada padanya dan menganggunya, “masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang engkau lakukan.’ Sehingga ia menunda shalatnya, dan kemudian shalat diluar waktunya. Akibatnya ia akan memikul dosanya kelak. Kalau saya kalah, maka saya akan mengirim kepadanya salah seorang dari setan-setan manusia yang akan menyibukkannya. Kalau saya masih kalah juga, maka saya diamkan sampai ia melakukan shalat. Ketika dalam shalatnya saya berkata `meliriklah ke kanan dan ke kiri’, akhirnya ia melirik. Maka pada saat itu wajahnya saya usap dengan tangan saya.

Wahai Muhammad engkau tahu kalau seseorang banyak melirik dalam shalatnya akan menanggung dosanya. Kalau dalam shalat ia mampu mengalahkan saya, sementara ia shalat sendirian, maka saya akan buat ia tergesa-gesa. Ia seperti ayam yang sedang makan, begitu tergesa-gesa. Kalau dalam shalat berjamaah, ia akan saya buat mendahului imam karena kepalanya saya tarik. Jika saya masih kalah juga, maka saya perintahkan meremas jemarinya sehingga bersuara, sesungguhnya ia termasuk orang yang bertasbih kepadaku. Kalau ia masih mempan juga, maka saya tiup hidungnya sehingga dia menguap. Saat itulah anak-anak saya masuk, dan ia makin rakus akan dunia dan berbagai perangkapnya.

Bagaimana ummatmu bisa bahagia wahai Muhammad, sedangkan saya memerintahkan orang miskin untuk tidak shalat, dan saya berkata padanya `shalat hanya kewajiban orang yang diberi nikmat’. Kemudian untuk orang sakit, akan saya buat ia terlena dengan salah satu ayat Allah, “………..dan tidak apa-apa bagi seorang yang sakit” (An Nur:61)”, padahal tidak apa-apa disini menyangkut tata cara normalnya, bukan tidak apa-apa untuk meninggalkan shalat. Sehingga ia merasa aman ketika meninggalkan shalat, padahal jika ia mati saat itu juga, ia termasuk orang yang kafir dan Allah sunguh akan memurkainya.

Bagaimana engkau merasa bahagia atas ummatmu wahai Muhammad, sedangkan saya bisa memurtadkan seperenam ummatmu ?”

Kemudian Rasulullah meneruskan pertanyaan, “Wahai mahluk terkutuk, siapa teman dudukmu ?”

“Orang yang suka makan riba”

“Lalu siapa teman dekatmu ?”

“Orang yang berzina”


“Siapa teman tidurmu ?”

“Orang yang mabuk”

“Siapa tamumu ?”

“Pencuri”

“Siapa utusanmu ?”

“Dukun, tukang sihir”

“Apa yang menyenangkan pandangan matamu ?”

“Orang yang bersumpah dengan talak”

“Siapa kekasihmu ?”


“Orang yang meninggalkan shalat Jum`at”

“Wahai mahluk terkutuk, apa yang menyebabkan punggungmu patah ?”

“Suara ringkik kuda untuk berperang di jalan Allah”

“Apa yang menjadikan tubuhmu meleleh ?”

“Tobatnya orang yang bertobat”

“Apa yang membuat hatimu panas ?”

“Orang yang beristigfar kepada Allah, baik siang maupun malam”

“Apa yang membuatmu merasa malu dan hina ?”

“Sedekah secara rahasia”


“Apa yang menyebabkan matamu buta ?”

“Shalat sunnah sebelum subuh”

“Apa yang dapat membuat pecah kepalamu ?”

“Shalat berjamaah”

“Siapa orang yang bisa membahagiakanmu ?”

“Orang yang meninggalkan shalat”

“Siapa orang yang celaka menurut engkau ?”

“Orang yang dermawan atas nama Allah”

“Apa yang menyita pekerjaanmu ?”


“Majelis Ta`lim”

“Bagaimana engkau makan ?”

“Dengan tangan kiri dan jemariku”

“Dimana engkau berteduh ketika panas ?”

“Di bawah kuku manusia”

“Berapa kebutuhan yang pernah engkau minta kepada Allah ?”

“Sepuluh macam”

“Apa saja itu wahai mahluk terkutuk ?”

“Saya meminta agar saya bisa berserikat dengan anak cucu Adam dalam harta dan kekayaan dan anak-anak mereka. Akhirnya Allah mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka. “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berilah janji mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan kepada mereka melainkan tipuan belaka” (Al Isra’ : 64).


Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, maka saya akan ikut memakannya. Saya juga ikut memakan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala macam harta yang tidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari saya yang terkutuk. Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari setan ketika bersetubuh dengan istrinya, maka saya akan ikut bersetubuh.

Akhirnya melahirkan anak yang mendengarkan dan taat kepada saya. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki” (Al Isra’ : 64)

Saya mohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka kamar mandi adalah rumahku. Saya mohon agar saya punya mesjid, akhirnya pasar adalah mesjidku. Saya mohon agar saya punya Al Qur`an, maka syair adalah Qur`anku. Saya mohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah adzanku. Saya mohon agar punya tempat tidur, maka orang mabuk adalah tempat tidurku. Saya mohon agar diberi teman-teman dekat, maka orang yang menginfakkan hartanya untuk kemaksiatan adalah teman dekatku. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu adalah yang sangat ingkar kepada Tuhannya” (Al Isra’ : 27).

Rasulullah saw berkata kepada iblis, “Andaikan tidak setiap apa yang engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu”

Lalu Iblis berkata lagi, “Wahai Muhammad, saya memohon agar saya bias melihat anak cucu Adam tetapi mereka tidak melihatku. Kemudian Allah menjadikanku bisa mengalir melalui aliran darah mereka. Diriku bias berjalan sesuai kehendakku kemana saja dengan cara apapun. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebih banyak dari orang yang mengikutimu.

Saya memiliki anak bernama Atamah (semoga Allah melaknatnya) . Ia akan kencing di mata ummatmu sehingga mereka tertidur dan akhirnya meninggalkan shalat Isya’. Andaikan tidak karenanya tentu manusia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum shalat Isya’. Saya juga punya anak bernama Mutaqadhi (semoga Allah mengutuknya) , tugasnya membangkitkan keinginan umatmu untuk memamerkan harta dan kelebihannya, sehingga Allah akan memabatalkan 99 dari 100 pahala. Kemudian anak saya yang lain Kuhyal (semoga Allah mencelakakannya) dimana ia bertugas mengusapi celak mata ummatmu ketika berada di majlis Ta’lim dan ketika shalat Jum’at, sehingga dia tertidur dan tidak mendengarkan khathib sehingga hilanglah pahalanya.

Setiap kali ada perempuan yang keluar rumah, sesungguhnya ada ribuan pasukanku yang mengikutinya. Mereka ada yang duduk dipinggulnya, di buah dadanya, di bibirnya, di kukunya, dan dilain tempat yang membuat perempuan itu menarik secara dunia. Sehingga dia menabur maksiat yang siap diantap oleh para pemuda. Lain halnya dengan ummatmu yang berjilbab, tentu saya menggodanya tidak lewat cara itu, karena tubuhnya tertutup sangat sulit buat saya kalau masih menerapkan cara itu.

Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak bisa menyesatkan sedikitpun. Akan tetapi saya hanya bisa menganggu dan menghiasi, mengotori pikirannya dan menjanjikan janji-janji palsu.Seandainya saya memiliki kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tak akan membiarkan segelintir manusia di muka bumi ini masih sempat mengucapkan syahadat. Tidak ada lagi orang yang shalat dan puasa.

Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayah sedikitpun kepada siapapun. Akan tetapi tugasmu sama dengan tugasku yaitu mengajak. Engkau adalah utusan dan penyampai amanat dari Allah. Andaikan engkau mempunyai kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir kafir pun di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagaimana argumentasi (hujjah) Allah terhadap mahluk-Nya. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celakanya orang.”


Lantas Rasulullah berkata kepada iblis, “wahai Abu Murrah (iblis), apakah engkau masih ingin bertobat dan kembali kepada Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk surga.”

Iblis menjawab, “Wahai Rasulullah, ketentuan adanya aku adalah untuk mempertegas adanya engkau, begitu juga sebaliknya. Itulah hukum yang ditetapkan Allah dan aku menikmatinya. Ketentuan telah memutuskan dan qalam pun telah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka Maha Suci Allah yang telah menjadikan engkau sebagai tuan para Nabi dan khathib para penduduk surga. Sementara diriku dijadikan tuan orang-orang yang celaka dan khathib para penduduk neraka. Saya adalah mahluk celaka dan terusir. Ini adalah akhir dari apa yang saya beritahukan kepada engkau, dan saya mengatakan sejujurnya.”(V3/DZ)


M Dzoelay Ruslan





Powered by Blogger.