11 September 2001 Sebagai Cuci Otak Trauma Okult

(9-11 As Occult Trauma Brainwashing)
Resensi Buku The Most Dangerous Book in the World:
9/11 as Mass Ritual, oleh S. K. Bain, Trine Day, 2012, 354 pages
 Oleh: HenryMakow.com
the-most-dangerous-book-in-the-world1Kita semua sedang dimasukkan secara massal menjadi pemuja setan berdasarkan Kabbalisme.
Peristiwa 11 September 2001 DIRANCANG UNTUK MENTEROR KITA SEMUA – RAKYAT DIKONTROL DENGAN MEMANFAATKAN KETAKUTAN.
 KETAKUTAN MELAHIRKAN KEPATUHAN DAN MENUNTUT “PERLINDUNGAN”  kepada NEGARA (Bagaimana PROTECTION RACKETS *) bekerja)
 S.K. Bain menelanjangi si penyihir pendosa dengan mengungkapkan agenda tersembunyi mereka: yaitu berupa perang psikologis yang berskala besar – yang dibangun dengan kombinasi di atas ilmu hitam yang mematikan, simbolisme dan teknologi canggih.
 Siapapun dengan pembawaan lahir yang berkeinginan untuk memahami dirinya sendiri dan dunia sungguh akan menemukan hal yang memuaskan diri dalam penemuan SK Bain.
 Meskipun kejahatan kasar serta membingungkan pikiran,  namun tetap memiliki logika tertentu, bahasa dan humor tersembunyi berulang-ulang dengan sendirinya.
 aleister-crowleyJika Anda tidak terbiasa dengan Aleister Crowley, Anda akan belajar bagaimana tulisan-tulisannya dan filsafatnya telah duanut dan disebarluaskan oleh mereka yang percaya bahwa beberapa orang-orang yang terpilih harus menguasai massa, Bain menyebutkan  bagaimana Peristiwa 11 September 2001 adalah merupakan peristiwa "Ode to Aleister Crowley. "
 Karya Bain adalah Batu Rosetta yang sesungguhnya, kunci untuk menguraikan gambar dan tanda yang secara terus-menerus membombardir kita. Bain secara sederhana mengakui bahwa ia hanya mengumpulkan pengetahuan dari penulis lain, pemikir, dan peneliti yang telah menyelami masalah ini secara mendalam. Dia mengutip sumber-sumber seperti Michael Hoffman, yang menulis Secret Societies and Psychological Warfare (1989):
 "Dalam kejahatan okultisme tujuannya tidaklah linear, artinya bukan semata-mata terikat kepada pencapaian efek langsung dari serangan terhadap korban, tapi mungkin sebenarnya merupakan bagian lebih besar dari simbolis ritual yang kemudian diperbesar oleh kekuatan media elektronik, untuk tujuan pengolahan alkimia dari Pikiran Bawah Sadar Kelompok massa ... itu adalah alam bawah sadar yang memang dituju dalam ritual okultisme, dalam pengolahan seorang ilmuwan perilaku CIA, Dr Ewan Cameron disebut sebagai 'psychic driving.'"
 Tujuan dari “psychic driving” adalah untuk merusak kepribadian dan mengubah perilaku, di bawah Program MK Ultra CIA  korban juga diberi obat untuk memfasilitasi proses ini. “Psychic driving” dapat diterapkan kepada individu atau dalam skala yang lebih besar kepada seluruh penduduk.
 Perlu dicatat di sini bahwa rekreasi (maksudnya obat-obatan yang digunakan untuk teler dan kenikmatan semata daripada mengobati penyakit-pent.) serta obat dengan resep dokter menjadi semakin lazim di dunia saat ini, dan orang-orang berada dalam serangan yang terus menerus dengan bahan kimia dan pencemaran yang dimasukkan ke dalam makanan, air, dan disebar ke udara, serta dalam berbagai produk yang menghambat kemampuan kognitif mereka.
 Hoffman juga mengingatkan bahwa dengan mengungkapkan rahasia pembunuhan ritual kepada masyarakat "yang tidak tercemar pemikirannya, sehat dan kuat ... [akan] telah terbukti fatal bagi mereka (pelaku).
 "Akan tetapi untuk mengungkapkan rahasianya setelah terungkap pada zaman kita yang  modern ini, kepada orang-orang yang tidak memiliki daya ingat (tidak menyadari adanya konspirasi pemuja setan-pent.), dan tidak ada kemauan serta  tidak pula mempunyai perhatian kepada nasib mereka sendiri ... maka benar-benar memperkuat perbudakan terhadap orang-orang seperti itu."
 Percaya Kepada Penjelasan Resmi Pemerintah Mengenai Peristiwa 11 September 2001, Menghapus Ketidakpercayaan
 Voltaire menulis, "Mereka yang bisa membuat Anda percaya terhadap absurditas dapat membuat Anda melakukan kekejaman." Sebagai ilustrasi dari pernyataan ini, sekarang diketahui bahwa sebagian besar tentara Amerika yang bertempur di Irak percaya bahwa Saddam Hussein memiliki sesuatu untuk melakukan serangan 11 September 2001.
 Dia menunjukkan bagaimana mereka memamerkan kekuasaannya melalui kontrol mereka terhadap media dan penjelasan resmi pemerintah mengenai peritiwa 11 September 2001. Pada saat yang sama, kita menyaksikan pembunuhan yang terjadi kemudian kepada orang-orang yang memiliki keberanian untuk menantang terhadap penjelasan resmi pemerintah, baik terhadap mereka yang melakukannya secara literal maupun kiasan.
Istilah "teori konspirasi" diciptakan dan dipromosikan oleh CIA dengan tujuan untuk mendiskreditkan pengritik satu-satunya teori kacang  Warren Report's (Laporan Warren) , yang merupakan upaya resmi dalam rangka menutup-nutupi kasus dalam pembunuhan JFK. Istilah ini kemudian dihidupkan kembali pada tahun 2001 yang digunakan terhadap mereka yang mempertanyakan penjelesan resmi pemerintah mengenai peristiwa 11 September 2001.
 Daniel Lerner, penulis Psychological Warfare Against Nazi Germany, menyatakan, "Sebelum Anda dapat membuat pria melakukan apa yang Anda katakan, Anda harus membuat dia percaya apa yang Anda katakan."
 Sementara sedang memverifikasi penelitian Bain, saya menemukan situs the Vigilant Citizen yang menyatakan: "Symbols Rule the World, Not Words Nor Laws- Simbol Menguasai Dunia, Bukan Kata-kata bukan pula Hukum"
 Bayangkan sejenak bahwa Anda tinggal di negara yang berbeda, berbicara dengan bahasa yang berbeda, dan mengikuti kalender yang berbeda. Tempat dan waktu membentuk identitas kita. Ritme hidup kita sangat ditentukan oleh budaya yang lebih besar, dan bagaimana aktifitas kita bersinggungan dengan masyarakat, lembaga sosial, dan jaringan transportasi. Tempat dan tanggal memiliki makna yang besar di bidang budaya (dalam keyakinan okultisme-pent) dan diperkuat oleh media elektronik, menghubungkan seluruh planet melalui jaringan berita global. Peristiwa 11 September 2001 tidak hanya dilaporkan di London, Madrid, Bali dan India, kemudian selanjutnya bergema dengan "serangan teror."
Spekulasi
 Bagian kedua dari karya Bain mengikuti logika di balik Peristiwa 11 September 2001, serta di belakang "serangan teror" London 7 Juli 2005, menjadi dimensi yang lebih spekulatif.
 Di situs the Vigilant Citizen saya menemukan ulasan "The Cabin in the Woods: Sebuah Film mengenai Perayaan Pengorbanan Ritual Elite," yang menetapkan seperangkat aturan untuk memahami mega-ritual yang dengan persis mencerminkan wawasan Bain mengenai Peristiwa 11 September2001:
 "Kebanyakan mega-ritual mengikuti aturan tertentu yang secara jelas tersirat dalam film ini.  Peraturan dibuat untuk memberikan potensi lebih terhadap ritual yang dilaksanakan, sambil memungkinkan kekuatan tersebut menghindari efek negatif dari karma yang buruk (menurut interpretasi aneh mereka itu) .
 "Aturan Pertama: Mengumumkan Apa Yang Akan Terjadi Terlebih dahulu."
 Seperti dikatakan Bain dalam kasus Peristiwa 11 September 2001 tulisan itu terdapat seluruh dinding. Ada banyak peringatan publik dan banyak peringatan dilakukan secara bombardemen oleh badan-badan intelijen, belum lagi semua peringatan yang bersifat pribadi kepada orang-orang terkemuka.
 Selanjutnya tulisan the Vigilant Citizen menyatakan:
 "Mega-ritual sering didahului oleh 'petunjuk' di media massa, peringatan atau mempersiapkan para korban (dan dunia) apa yang akan terjadi. Jika setelah diperingatkan, korban bertingkahlaku dengan bebas sesuai kehendak mereka sendiri, maka dalang pelaku terbebas dari tanggungjawab karma.
 salah seorang teknisi mengatakan:
"Mereka harus menentukan pilihan kehendak bebas sendiri.   Jika tidak, sistem tidak bekerja.. Ini seperti The Harbinger  ... si tua yang menyeramkan sebenarnya mengenakan tanda yang mengatakan 'Anda Akan Mati." Mengapa kita menempatkan dia di sana.   Sistem.? Mereka harus memilih untuk mengabaikannya. Mereka harus memilih apa yang terjadi di ruang bawah tanah. Ya, kami memperlengkapi sistem sebanyak yang kita perlukan,  tetapi pada akhirnya, jika mereka tidak melanggar, mereka tidak dapat dihukum ... "
 "Aturan Kedua: Korban Harus Menjamin Nasib Mereka Sendiri
"Meskipun setiap aspek disekeliling mereka secara ketat dikontrol dan dimanipulasi oleh para dalang, para korban masih diperlakukan untuk memilih nasib mereka dengan kehendak bebas mereka sendiri."
 Lebih dari setengah buku Bain, The Most Dangerous Book pembahasannya dikhususkan untuk ritual mega-sejenis 11 September 2001 berikutnya, yang ia kuatirkan dijadwalkan terjadi pada tanggal 25 Desember 2012 di Phoenix, Arizona.
 SK Bain menulis ironisnya saat ia memaparkan rencana jahat, rincian, dan referensi numerologi, simbol, dan pemain dalam drama mendatang, termasuk pendahuluan berupa global televisi Olimpiade 2012 di London yang mengarah ke "Black Christmas." Berikut adalah kutipan dari kata pengantar, yang ditulis seolah-olah mengingatkan:
 "Kalau saja kita telah mampu menggunakan aksara okultisme dari Peristiwa 11 September 2001 untuk lebih cepat memecahkan kode rencana mereka, lebih awal ... mungkin, mungkin saja, ini barangkali dan mudah-mudahan kita dapat menghentikan tindakan mereka berikutnya berupa teror bendera palsu. Seandainya. .. "Skenario mimpi buruk yang ia paparkan berupa "serangan mengerikan yang tak terbayangkan " atas kota Phoenix dan target lainnya, menjadi pembenaran langsung untuk menterapkan UU darurat militer serta perang agama secara global.
 Korban pertama dari perang adalah kebenaran. Inti dari Sun Tzu  dalam Art of  War adalah pengakuan, " Semua perang didasarkan pada tipu daya."
 Hakekat operasi bendera palsu, pembunuhan ritual, dan tindakan kekerasan lainnya selalu mengancam penjahat yang bertanggung jawab – akan tetapi ketika kita berdiam diri dan tanpa protes maka hal tersebut akan meningkatkan imunitas aura penjahat yang tak terkalahkan.
 --
Catatan: S.K. Bain adalah mantan Direktur Seni majalah the Weekly Standard, di mana ia bekerja dengan William Kristol, Fred Barnes, David Brooks, Tucker Carlson dan lain-lain selama lebih dari lima tahun.
---
 *). Sebuah "raket perlindungan" adalah penipuan dimana agresor memprovokasi serangan, kemudian menyalahkan bogeyman (musuh khayalan), dan selanjutnya menawarkan kepada para korban perlindungan dari bogeyman ini dengan imbalan uang dan kekuasaan.
Makow "Humanity is Satanically Possessed"

Dajjal Akan Muncul Dari Segitiga Bermuda (?)


Rasulullah Muhammad saw. bersabda,

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini sejak Allah menciptakan Nabi Adam dan keturunannya yang lebih dahsyat daripada Dajjal. Dan Allah SWT tidak mengutus seorang rasul atau nabi pun kecuali ia memperingatkan umatnya terhadap kemunculan Dajjal. Aku adalah nabi terakhir, dan kamu sekalian adalah umat terakhir pula. Dajjal pasti keluar dari tengah-tengah kalian. Jika ia keluar, sedang aku ada di antara kalian, maka aku akan mengalahkannya dengan hujjah dan kemampuanku. Jika ia keluar setelah aku tiada, maka setiap orang menjadi penolong bagi dirinya sendiri untuk mengalahkan musuhnya. Allah adalah pengantiku bagi setiap Muslim..." (Hadits yang diriwayatkan oleh ibn Majah dalam Musnad-nya, Ibn Khuzaimah, dan al-Hakim dari Abu Umamah r.a.).

Para ilmuwan sering dibuat bingung oleh banyaknya fenomena misterius yang terjadi di dunia ini. Dua dari sekian banyak fenomena itu adalah Segitiga Bermuda dan Piring Terbang. Bagaimanakah sesungguhnya hakikat kedua fenomena ini? Adakah hubungan dan jaringan misterius antara kedua fenomena ini dengan dajjal?

Salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kiamat, sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW adalah munculnya dajjal, pada suatu masa nanti. Dajjal adalah sosok makhluk bermata satu dan suka membuat dan menyebarkan fitnah. Ia juga mengaku dirinya sebagai tuhan. Akibatnya, banyak umat manusia yang menjadi rusak akhlaknya karena teperdaya oleh tipu daya dan fitnah dajjal ini. Ia hanya mampu dikalahkan oleh Nabi Isa AS.

Karena itu, Rasul SAW senantiasa berdoa agar dijauhkan dari fitnah dajjal. "Ya Allah, aku berlindung dari siksa neraka, azab kubur, fitnah hidup dan saat mati, serta fitnah dajjal."

Dimanakah dajjal itu akan muncul, kapan kemunculannya, bagaimana rupanya, sehebat apa kekuatannya, berapa umurnya, dan dimana tinggalnya? Itulah berbagai pertanyaan yang sering diungkapkan banyak orang mengenai sosok dajjal tersebut.

Segitiga Bermuda

Menyebut kata 'segitiga bermuda', maka akan terbayang sebuah tempat yang senantiasa menyimpan berbagai macam misteri akan musnah atau hilangnya benda-benda yang berada atau melintas diatasnya. Sejumlah kapal terbang dan kapal laut secara tiba-tiba menghilang saat melintasi diatasnya. Benarkah ada sesuatu disana?

Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai kemisterian segitiga bermuda. Ada yang menyatakan, lokasi tersebut memiliki medan magnet yang sangat tinggi. Sehingga benda-benda yang mengandung logam, akan mudah tertarik ke pusatnya. Teori ini dikemukakan oleh Albert Einstein, dengan relativitasnya.

Ada pula yang menyatakan, hilangnya benda-benda (pesawat dan kapal laut) itu, karena memasuki gerbang waktu. Benda-benda itu memasuki wilayah gerbang waktu, sehingga ketika berada tepat diatasnya, maka akan menghilang. Hilangnya itu, bisa kembali ke masa lampau atau muncul di masa depan.

Ada juga yang menyatakan, lenyapnya benda-benda itu karena mereka ditelan atau dibawa oleh UFO (Unidentified Flying Object) atau piring terbang. Sementara yang lain mengatakan, mereka hilang karena masuk dalam dunia paralel. Mereka ada di dunia yang berbeda dengan dunia yang sebelumnya. Dari empat teori diatas, ketiga teori yang terakhir disebiut pula dengan teori mekanika quantum.

Benarkah semua itu? Hingga saat ini, belum ada yang mampu menjelaskannya secara ilmiah. Berbagai hasil penelitian dan teori-teori diatas, seakan terbantahkan ketika hal itu tak mampu dibuktikan.

Lalu apakah yang menyebabkannya? Dajjal. Mungkin inilah jawaban terakhir yang dikemukakan sejumlah orang mengenai hilangnya pesawat dan kapal laut itu. Dajjal, --sosok makhluk terlaknat dan pembuat fitnah itu-- kini dituding yang melakukan semua itu karena persekongkolannya dengan setan.

Muhammad Isa Daud, penulis buku 'Dajjal Muncul di Segitiga Bermuda' menjelaskan, musnahnya benda-benda itu disebabkan oleh si makhluk bermata satu alias dajjal. Menurutnya, di daerah segitiga bermuda (Bermuda Triangle) yang terletak di antara Florida (Amerika) di sebelah barat, Puerto Rico di sebalah timur, dan pulau bermuda di sebalah utara. Ada yang mengatakan, Florida berasal dari kata 'Flory' dan 'ida' yang berarti dukun yang ditunggu atau tuhan masa depan.

Segitiga bermuda terletak di Samudera Atlantik. Menurut Isa Daud, disitu terdapat sebuah pulau yang dikuasai oleh sekumpulan makhluk yakni setan yang bekerja sama dengan dajjal untuk menghancurkan umat manusia. Nama pulau itu adalah pulau setan (bedakan dengan pulau setan di Guyana, Prancis).

Di sekitar wilayah segitiga bermuda ini, sebagaimana diterangkan Isa Daud, dajjal bersama setan berkomplot dan terus berusaha menyebarkan misinya, melalui orang-orang kepercayaannya, sesama penyembah setan. Mereka mengajarinya dengan berbagai bujukan dan rayuan sehingga orang-orang terkesima dan takjub dengan apa yang disuguhkan dan disajikannya. Maka, pada hari kiamat nanti, dari lokasi (Segitiga Bermuda) inilah, dajjal akan muncul dan melakukan fitnah secara besar-besaran kepada seluruh umat manusia. Ia akan membangga-banggakan cara-cara Yahudi, karena dajjal dipercaya merupakan keturunan dari Yahudi.

Muhammad Isa Daud menegaskan, ia membuat kesimpulan diatas, bukan atas pendapatnya sendiri, melainkan berdasarkan sejumlah manuskrip kuno yang ia pelajari dari beberapa orang Muslim, baik yang tinggal di Palestina, Arab Saudi, Yaman, Swedia, Amerika, Inggris, Jerman, dan lainnya. Mereka itulah, ungkap Isa Daud, yang memiliki data yang mencengangkan yang belum pernah dipublikasikan oleh orang lain. Wallahu A'lam.

Struktur Mirip “Tembok” Lurus di Dalam Laut Utara Papua

Wow! Struktur Mirip “Tembok” Lurus di Dalam Laut Utara Papua
Jayapura Wall sepanjang 110km dilihat dari satelit. (Courtesy: Google Earth)
ENTAH MENGAPA, TIBA-TIBA GOOGLEMAP MENGHILANGKAN STRUKTUR TERSEBUT SEJAK JANUARI 2012 LALU
Bagi bangsa Indonesia, Nuswantara (Nusantara) dikenal juga mencakup hingga ke tanah Irian Jaya (pulau Papua). Salah satu pulau terbesar di dunia ini banyak mengandung misteri yang belum terungkap.
Ternyata di perairan utara dari salah satu pulau terbesar itu juga tersimpan suatu misteri yang menakjubkan!

Saat Bumi di zaman es ribuan tahun yang lalu, pulau Irian jauh lebih besar. Bagian selatannya masih menyambung dengan benua Australia.
Begitu juga di bagian pesisir utara pulau Papua, daratannya lebih luas dari yang sekarang. Daratannya masih jauh menghampar ke tengah laut beratus kilometer karena permukaan laut pada waktu itu masih lebih dangkal dibandingkan pada masa sekarang.
Permukaan laut yang masih dangkal atau masih rendah tersebut disebabkan karena wilayah hamparan es di kutub utara dan kutub selatan belum banyak mencair seperti sekarang.
Jayapura offshore walls dilihat dari dalam laut. (Courtesy: Google Earth)
Dilepas pantai bagian utara dari pulau besar ini diperkirakan terdapat struktur bangunan mirip “beteng” (awam: benteng) yang panjangnya 110 km dan tingginya setinggi gunung: 1860 meter, dengan lebar 2700 meter!
Jika dilihat, struktur ini lebih mirip “dinding” atau “tembok”. Dan hebatnya lagi tembok ini lurus memanjang secara sempurna sepanjang 110 kilometer!
Jika benar, jelas beteng seperti ini tidak mungkin dibuat oleh peradaban manusia kera ataupun manusia primitif, mengingat bangunan tertinggi di abad modern saat ini saja, tingginya baru sekitar 800 meter yaitu menara Dubai. Sedangkan bangunan ini sudah menjulang 1860 meter atau lebih dari 2 kali tingginya Dubai Tower!
Bangunan ini tidak mungkin dibangun oleh masyarakat yg hanya bersenjata sumpit, pedang, keris dan tombak, dan juga tak mungkin dibangun oleh masyarakat yg alat transportasinya sebatas keledai, kuda dan pedati.
Jayapura walls Indonesia, tinggi 1,86 km dan lebar 2,7 km (Courtesy: Google Earth)
Struktur itu berada dilaut lepas tak jauh dari kota terbesar dan juga ibukota Papua, Jayapura. Oleh karenanya untuk sementara ini struktur tersebut dinamai Jayapura Wallatau Tembok Jayapura.
Dengan menggunakan google map, koordinat beteng menakjubkan tersebut terlihat berada di samudera Pasifik, yaitu di bagian utara dari pulau Papua (Irian Jaya) pada 1 59’46.9”S dan 141 29’24.6239”E (lihat melalui satelit)
Bandingkan lebarnya Ibukota Irian, Jayapura (di kiri bawah) dengan panjangnya tembok raksasa ini.
Sekilas Tentang Papua
Papua adalah pulau terbesar kedua di dunia. Pada sekitar Tahun 200 M , ahli Geography bernama Ptolamy menyebutnya dengan nama LABADIOS. Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan menggunakan nama JANGGI.
Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA. Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.
Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S. Downey mengemukakan tentang sebuah pemukiman terisolir di tengah hutan lebat Pegunungan Wilhelmina (Peg. Trikora) di Bagian Barat New Guinea (Papua) yang memiliki sistem penerangan maju.
Para pedagang yang dengan susah payah berhasil menembus masuk ke pemukiman ini menceritakan kengeriannya pada cahaya penerangan yang sangat terang benderang dari “beberapa bulan” yang ada di atas tiang-tiang di sana. Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.
Raja Ampat, Papua, Indonesia (pict: Natgeo)
Papua telah dikenal akan kekayaan alamnya sejak dulu. Pada abad ke-18 Masehi, para penguasa dari kerajaan Sriwijaya, mengirimkan persembahan kepada kerajaan China. Di dalam persembahan itu terdapat beberapa ekor burung Cendrawasih, yang dipercaya sebagai burung dari taman surga yang merupakan hewan asli dari Papua.
Dengan armadanya yang kuat Sriwijaya mengunjungi Maluku dan Papua untuk memperdagangkan rempah – rempah, wangi – wangian, mutiara dan bulu burung Cenderawasih. Pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah termasuk dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Pada abad XVI Pantai Utara sampai Barat daerah Kepala Burung sampai Namatota ( Kab.Fak-fak ) disebelah Selatan, serta pulau – pulau disekitarnya menjadi daerah kekuasaan Sultan Tidore.
Majapahit Empire
Tanah Papua sangat kaya. Tembaga dan Emas merupakan sumber daya alam yang sangat berlimpah yang terdapat di Papua. Papua terkenal dengan produksi emasnya yang terbesar di dunia dan berbagai tambang dan kekayaan alam yang begitu berlimpah.
Papua juga disebut-sebut sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Papua merupakan surga keanekaragaman hayati yang tersisa di bumi saat ini. Pada tahun 2006 diberitakan suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia.
Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan “dunia yang hilang”,dan “Taman Firdaus di bumi”, dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Jika dikelola dengan baik, orang Papua pun bisa lebih makmur dengan kekayan alam yang melimpah tersebut.
Beberapa Raja-Raja di Papua

Raja Said Arobi Uswanas dari Kerajaan Fatagar, Papua
Kerajaan Fatagar pada tahun 1880-an adalah salah satu kerajaan yang paling penting dari Onin atau daerah Fak Fak.
Pada saat itu orang papua berhak pergi untuk tinggal di pulau Seram, di mana mereka juga mempunyai keluarga disana.
Kemudian nenek moyang dari raja Fatagar kembali dan dinobatkan sebagai raja. Semua raja-raja yang berkuasa Fatagar dikenal sebagai raja yang cukup baik dan bijaksana.
Kini dia adalah politisi penting di kabupaten Fak Fak, yaitu Raja Said Arobi Uswanas dari kerajaan Fatagar.
Sebagian besar kerajaan di sini diperintah oleh dinasti keturunan dari dinasti Rumbati, atau dibuat secara lokal semi-kerajaan (kemudian independen) oleh Rumbati. Fatagar adalah salah satu akar kerajaan dan dinasti turunan dari dinasti Rumbati.

Raja Patipi, Achmad Iba
Kerajaan Rumbati. Salah satu raja mantan raja dari kerajaan Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah memerintah di Patipi.
Raja pertama masih dalam pemerintahan di abad ke-20 bahkan sempat diperintah olehnya selama dua kali periode raja pada wakktu itu, ketika dinasti kedua memerintah. Raja yang memerintah kini adalah sebatas wilayah Raja Bupati, yaitu Raja Patipi ketika Raja Bupati, Ahmad Iba dianggap sebagai penguasa ke 16 kerajaan Patipi.
Ketika saudara kandungnya Raja Usman Iba meninggal, ia menjadi bupati karena anak raja mewariskannya sebagai penerus atau ahli waris (putra raja almarhum) disaat ia masih mempelajari yaitu Raja Muda Atarai Iba. Hal ini tidak diketahui, ketika ahli waris tahta akan dinobatkan sebagai raja baru. Bupati adalah pensiunan pegawai dari departemen perikanan kabupaten Fak Fak. (icc.wp.com)
Video dengan Google Earth:
Part 1 – SUKU DANI – IRIAN JAYA (INDONESIA)
Part 2 – SUKU DANI – IRIAN JAYA (INDONESIA)
Unity in Diversity – Bhinneka Tunggal Ika – Berbeda Namun Satu

Benarkah Perang Nuklir Sudah Ada Sejak Zaman Prasejarah?


Kitab Mahabarata mengisahkan konflik hebat keturunan Pandu dan Dritarasta dalam memperbutkan takhta kerajaan.Menurut sumber,kitab ini ditulis pada tahun 1500 SM,dan menurut perkiraan, perang tersebut meletus sekitar 5000 tahun yang lalu.
Banyak spekulasi bermunculan dari peristiwa ini, diantaranya ada sebuah spekulasi baru dengan berani menyebutkan bahwa perang Mahabarata adalah semacam perang Nuklir!!
Tapi, benarkah demikian yang terjadi sebenarnya? Mungkinkah jauh sebelum era modern seperti masa kita ini ada sebuah peradaban maju yang telah menguasai teknologi nuklir?Masa sebelum 4000 SM dianggap sebagai masa pra sejarah dan peradaban Sumeria dianggap peradaban tertua didunia.
Akan selama ini terdapat berbagai diskusi, teori dan penyelidikan mengenai kemungkinan bahwa dunia pernah mencapai sebuah peradaban yang maju sebelum tahun 4000 SM.
Beberapa naskah Wedha dan Jain yang antara lain mengenai Ramayana dan Mahabharata ternyata memuat bukti historis maupun gambaran teknologi dari Dinasti Rama yang diyakini pernah mengalami zaman keemasan dengan tujuh kota utamanya ‘Seven Rishi City’ yg salah satunya adalah Mohenjo Daroo (Pakistan Utara).
Dalam suatu cuplikan cerita dalam kitab Mahabarata dikisahkan bahwa Arjuna dengan gagah berani duduk dalam Weimana (sebuah benda mirip pesawat terbang) dan mendarat di tengah air, lalu meluncurkan Gendewa, semacam senjata yang mirip rudal/roket yang dapat menimbulkan sekaligus melepaskan nyala api yang gencar di atas wilayah musuh,lalu dalam sekejap bumi bergetar hebat, asap tebal membumbung tinggi diatas cakrawala,dalam detik itu juga akibat kekuatan ledakan yang ditimbulkan dengan segera menghancurkan dan menghanguskan semua apa saja yang ada disitu.
Yang membuat orang tidak habis pikir, sebenarnya senjata semacam apakah yang dilepaskan Arjuna dengan Weimana-nya itu?
Dari hasil riset dan penelitian yang dilakukan ditepian sungai Gangga di India, para arkeolog menemukan banyak sekali sisa-sisa puing-puing yang telah menjadi batu hangus di atas hulu sungai
Batu yang besar-besar pada reruntuhan ini dilekatkan jadi satu, permukaannya menonjol dan cekung tidak merata.
Jika ingin melebur bebatuan tersebut, dibutuhkan suhu paling rendah 1.800 derajat Celcius. Bara api yang biasa tidak mampu mencapai suhu seperti ini, hanya pada ledakan nuklir baru bisa mencapai suhu yang demikian.
Di dalam hutan primitif di pedalaman India, orang-orang juga menemukan lebih banyak reruntuhan batu hangus.
Tembok kota yang runtuh dikristalisasi, licin seperti kaca, lapisan luar perabot rumah tangga yang terbuat dari batuan di dalam bangunan juga telah dikacalisasi.
Selain di India, Babilon kuno, gurun sahara, dan guru Gobi di Mongolia juga telah ditemukan reruntuhan perang nuklir prasejarah. Batu kaca pada reruntuhan semuanya sama persis dengan batu kaca pada kawasan percobaan nuklir saat ini.
Secara umum dapat digambarkan berbagai macam teori dan penelitian mengenai subyek ini memberikan beberapa bahan kajian yang menarik.
Antara lain adalah:
* Atlantis dan Dinasti Rama pernah mengalami masa keemasan (Golden Age) pada saat yang bersamaan (30000-15000 BC).
* Keduanya sudah menguasai teknologi nuklir.
* Keduanya memiliki teknologi dirgantara dan aeronautika yang canggih hingga memiliki pesawat berkemampuan dan berbentuk seperti UFO (berdasarkan beberapa catatan) yang disebut Vimana (Rama) dan Valakri (Atlantis).
* Penduduk Atlantis memiliki sifat agresif dan dipimpin oleh para pendeta (enlighten priests), sesuai naskah Plato.
* Dinasti Rama memiliki tujuh kota besar (Seven Rishi’s City) dengan ibukota Ayodhya dimana salah satu kota yang berhasil ditemukan adalah Mohenjo-Daroo.
* Persaingan dari kedua peradaban tersebut mencapai puncaknya dengan menggunakan senjata nuklir.
* Para ahli menemukan bahwa pada puing-puing maupun sisa-sisa tengkorak manusia yang ditemukan di Mohenjo-Daroo mengandung residu radio-aktif yang hanya bisa dihasilkan lewat ledakan Thermonuklir skala besar.
* Dalam sebuah seloka mengenai Mahabharata, diceritakan dengan kiasan sebuah senjata penghancur massal yang akibatnya mirip sekali dengan senjata nuklir masa kini.
* Beberapa Seloka dalam kitab Wedha dan Jain secara eksplisit dan lengkap menggambarkan bentuk dari ‘wahana terbang’ yang disebut ‘Vimana’ yang ciri-cirinya mirip piring terbang masa kini.
Sebagian besar bukti tertulis justru berada di India dalam bentuk naskah sastra, sedangkan bukti fisik justru berada di belahan dunia barat yaitu Piramid di Mesir dan Amerika Selatan.
Singkatnya segala penyelidikan diatas berusaha menyatakan bahwa umat manusia pernah maju dalam peradaban Atlantis dan Rama.
Bahkan jauh sebelum 4000 SM manusia pernah memasuki abad antariksa dan teknologi nuklir.
Akan tetapi zaman keemasan tersebut berakhir akibat perang nuklir yang dahsyat hingga pada masa sesudahnya, manusia sempat kembali ke zaman primitif hingga munculnya peradaban Sumeria sekitar 4000 SM atau 6000 tahun yang lalu.

Teuku Umar Johan Pahlawan

13514891461358037375
Pahlawan nasional dari Aceh ini sudah sangat dikenal di seluruh negeri bermacam suku bangsa ini, bahkan hampir seluruh dunia. Berbagai referensi sangat mudah didapatkan di buku-buku maupun internet. Tinggal mencari Teuku Umar, langsung keluar berbagai pilihan jawaban untuk mengenal lebih dekat dengan sosok pahlawan penuh tipu muslihat ini.
Tentu saja, akan sangat jauh berbeda cerita versi buku-buku dan internet dengan curhatan masyarakat Aceh, khususnya Aceh Barat. Tempat saya menetap dan dibesarkan, juga tempat Teuku Umar memperjuangkan kemerdekaan Aceh. Raga Teuku Umar boleh saja sudah menjadi tanah namun jiwa pahlawan bangsa berkopiah ini tidak lepas dari masyarakat Aceh.
Teuku Umar merupakan sosok panutan yang pernah hadir sampai saat ini. Memiliki semangat juang yang tidak pernah bisa dilupakan. Bermodal Rencong di tangan kanan serta lafal Allahu Akbar di bibir menjadi senjata tanggung melawan Belanda kala itu. Siapa yang bisa pungkiri jika di tangan suami Cut Nyak Dien ini Belanda tertipu.
Belanda boleh saja pandai, punya banyak firasat dan licik dalam membasmi pribumi. Dengan senjata mewah dan peluruh tembus badan Belanda sah-sah saja menyombongkan diri. Taktik perang tidak selamanya berpihak pada negara yang dikenal sangat maju di Eropa saat ini. Sepandai-pandai rencana Belanda dalam berperang, akhirnya tercium juga oleh akal bulus Teuku Umar.
Teuku Umar yang gerah melihat muslihat Belanda berbelot, mendukung negara penjajah itu. Menjadi bagian dari Belanda, Teuku Umar mempelajari strategi perang mereka. Tidak hanya itu, Teuku Umar juga menyusun rencana agar dapat memboyong persenjataan Belanda. Taktik yang dilancarkan Teuku Umar berjalan mulus, sang pahlawan ini berhasil membawa lari persenjataan Belanda, diberikannya kepada pejuang Aceh. Belanda yang merasa tertipu menjadi sangat marah, bagaimana pun caranya mereka harus dapat memenggal kepala Teuku Umar!
Perang besar pun dimulai. Tujuan Belanda adalah membunuh Teuku Umar. Dalam perang besar ini pula Teuku Umar terbunuh. Belanda menyambut gembira kematian pahlawan ini, hasrat mereka ingin memenggal kepala mayat Teuku Umar. Namun apa dikata, niat busuk Belanda terdengar oleh pejuang Aceh. Berbagai tipu daya kembali digencarkan untuk menyelamatkan mayat Teuku Umar.
Demi menipu Belanda, pejuang Aceh membawa lari mayat Teuku Umar dari satu tempat ke tempat lain. Menguburkannya di sana, lalu dibatalkan kembali. Dikubur lagi dibatalkan lagi.
Adalah Ujong Kalak, pesisir pantai Meulaboh, tempat pejuang Aceh memulai tipuan mereka. Awalnya mayat Teuku Umar memang dikebumikan di daerah ini, namun karena kekhawatiran mereka membatalkannya. Agar Belanda percaya bahwa Teuku Umar disemanyamkan di sana, menurut cerita sebagian besar masyarakat Aceh, di bekas kuburan tersebut ditanam batang pisang, menyerupai kuburan sebenarnya.
Belanda percaya, mereka menggali bekas kubur itu dan menemukan batang pisang yang hampir membusuk. Alangkah kesal dan marahnya penjajah ini, pada kecanggihan daya pikir pejuang Aceh, yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka-sangka. Nah, di tempat inilah kemudian dibangun monumen berbentuk kopiah Teuku Umar, walau sempat dihantam tsunami akhir 2004, monumen ini dibangun kembali oleh Pemerintahan Daerah Aceh Barat.
Aksi kejar mengejar tersebut berujung pada kelelahan Belanda, dan ketidaktahuan mereka akan keberadaan pejuang Aceh membawa lari mayat Teuku Umar. Merasa tidak dibuntuti lagi oleh penjajah, pejuang Aceh yang sudah jauh berlari dengan mayat Teuku Umar dipundak akhirnya mereka berhenti. Mereka baru menyadari jauhnya pelarian setelah melihat situasi yang berbeda. Di atas gunung, jauh dari perkampungan dan pusat kota Meulaboh. Mereka sudah berjalan sejauh 35 km dari pusat kota (berdasarkan ukuran sekarang ini). Dikemudian hari tempat ini dikenal dengan Meugo Rayeuk dan merupakan lokasi hutan lindung.
Di Meugo Rayeuk ini pula Makam Teuku Umar ditemukan setelah disembunyikan dari kejaran Belanda. Makam ini masih dianggap keramat dan kerap dikunjungi oleh masyarakat Aceh, baik sebagai wisata religi maupun sebagai wisata mengenang seorang pejuang tangguh Aceh hingga kini.
Perjuangan Teuku Umar akan tetap dikenang dengan berbagai cerita. Banyak kisah yang dihadirkan dalam mengenal pahlawan ini secara lebih dekat. Semangat juangnya juga masih ditanamkan oleh masyarakat Aceh kepada anak-anak mereka.
Sebuah pelajaran yang sangat berarti, bahwa berjuang bukan hanya menggerakkan senjata dan membunuh. Perjuangan juga membutuhkan taktik dan daya pikir kuat agar bisa menyingkirkan lawan. Teuku Umar, tidak hanya membunuh Belanda, namun juga membunuh rasa optimistis Belanda akan kelemahan Aceh, yang primitif di mata mereka.
Sebagai orang Aceh, saya bangga mengenal Teuku Umar dan berterima kasih pada perjuangannya!
***
Dari berbagai sumber.
bai Ruin

KAMANG, TUANKU NAN RENCEH DAN WAHHABI (SEBUAH KAJIAN TERHADAP KEMUNCULAN KELOMPOK PADERI DI MINANGKABAU)

KAMANG, TUANKU NAN RENCEH DAN WAHHABI (SEBUAH KAJIAN TERHADAP KEMUNCULAN KELOMPOK PADERI DI MINANGKABAU)
visagarudaindonesia
Daerah Kamang terletak 12 kilometer sebelah timur dari Bukittinggi di daerah Agam, Sumatera Barat. Pada abad 19, setidaknya 12 jorong (Desa-desa Minangkabau) terdapat di daerah ini. Dalam periode itu masyarakat hidup sebagian dari petani (sawah) penduduk desa juga menyibukkan diri dengan kerajinan kayu dan tenun, atau menanam tanaman berharga seperti tebu, bawang, kentang, kopi dan cassia (kulit kayu manis liar) pada lahan kering di perbukitan. Tanaman perdagangan (ladang) yang seperti pisang, tebu, jagung, telur-tanaman, cabai, kacang tanah, mentimun. Basis ekonomi Kamang juga berdagang ke luar daerah Seorang pengamat Belanda di bagian hilir dari daerah, Bukit Kamang, mencatat pada tahun 1832 bahwa,
“… Dilihat dari atas, memberikan penampilan sebuah taman tertutup dengan bukit-bukit kecil, di mana rumah-rumah dinaungi/tertutup oleh pohon buah-buahan dan pohon-aren dan dikelilingi oleh pisang dan tebu…Posisinya di lereng pegunungan dengan sungai yang mengalir melalui distrik/daerah ini, sedangkan kebun kopi banyak menghasilkan keuntungan .
Desa-desa di Kamang bukit mengalami perkembangan ekonomi di akhir abad kedelapan belas melalui permintaan dunia untuk kopi dan kulit kayu manis. Dari tahun 1740-an Eropa membutuhkan kulit kayu manis, berlanjut dengan permintaan masyarakat dunia tahun 1790 untuk mendapatkan kopi, hasilnya masyarakat berebut menanam kulit kayu manis dan kopi di Minangkabau khususnya di Kamang bukit. Dengan adanya sawah, tradisi dagang dan majunya perkebunan kopi dan kulit kayu manis akhirnya mereka bisa berkembang.
Sejarah kedatangan Islam adalah secara bertahap, dari abad keenam belas, Islam datang dengan dari Aceh menembus desa-nagari, dan mempengaruhi aturan garis keturunan yang telah ada dan berkembang di daerah Minangkabau. Islam merambah kehidupan Minangkabau di awali dari surau, surau telah seperti rumah di mana laki-laki muda setelah pubertas tinggal, jauh dari rumah. Rumah diperuntukkan sebagai tempat tinggal perempuan dan anak-anak. Tarekat sufi utama yang berkembang di Agam adalah Syattariyah. Ilmu-ilmu Islam yang diajarkan di surau Minangkabau di awal abad kesembilan belas dengan kekuatan tarekat Syattariyah .
Surau-surau di Kamang dan di Agam umumnya dibagi dalam:
1. Surau kecil milik garis keturunan tertentu atau dengan dasar suku di kampung atau dusun tertentu, disini dipelajari membaca Quran yang diajarkan oleh murid-murid Syekh yang lebih maju dan lebih paham tentang tulis baca Al Quran.
2. Surau yang lebih besar yang dipimpin oleh seorang guru yang disebut oleh penduduk ‘tuanku’, dengan murid yang lebih banyak dan yang sangat dihormati disebut ‘tuanku Syekh’. Surau ini seperti bisa dikatakan sekolah-sekolah agama, muridnya banyak juga datang dari jarak yang cukup jauh. Mereka benar-benar berutang kesetiaan kepada tuanku mereka misalnya untuk pemenuhan kebutuhan mereka akan kebutuhan harian (makan-minum).
Di surau, tuanku dan pembantu seniornya akan mengajarkan agama Islam, dengan alur (kurikulum):
1. Ilmu pertama dimulai dengan mempelajari baca Alquran. Syattariyah adalah terekat dengan perintah ortodoks dan kaku, dengan menggunakan buku-buku instruksi serupa dengan yang di Jawa, siswa belajar bahasa Arab, terutama tata bahasa, sebagai dasar dari semua studi lanjut bagi mereka.
2. Setelah membaca Quran, mereka mempelajari fikih atau studi tentang hukum Islam, syariat, dalam rangka untuk mempelajari kewajiban seorang Muslim yang baik.
3. Pada tingkat lanjut tuanku dan guru dalam berbagai surau besar akan mengajarkan aturan tertentu, metode dan praktik-praktik keagamaan yang merupakan ‘jalan’ yang ditetapkan oleh urutan mereka sendiri bagi pencari jalan mendekatkan diri pada Allah. Syekh memiliki kemampuan kajian rahasia Ilmu (pengetahuan esoteris) mengenai metode pertahanan diri, berarti membuat diri kebal dalam menghadapi senjata dan cara-cara konsultasi risalah numerologi untuk memutuskan hari baik atau hari yang menguntungkan.
Dengan tumbuhnya perdagangan kopi dan kulit kayu manis di Kamang dari akhir abad kedelapan belas, maka masuk akal lah untuk menduga bahwa semua murid surau harus telah mengambil bagian yang cukup besar di dalam system perekonomian itu .
Beberapa deskripsi dari bagian akhir abad kesembilan belas, termasuk satu pada tahun 1886 dari bagian dari Limapuluh Kota cukup dekat Kamang:
“Saya melihat ada berbagai bangunan kayu kecil, sementara kira-kira di tengah berdiri dua surau besar, dibagian surau kecil ada gubuk kecil, sebagai dapur dan sejumlah pohon kelapa yang sangat sarat dengan buah. Pada surau kecil terdapat tumpukan tinggi dan tampak persis seperti lapau [ Toko desa kecil] terutama karena terlihat adanya tergantung tandan pisang dan buah lainnya, di jendela yang jelas untuk dijual. “
Dari sini disimpulkan bahwa siswa perlu aktif untuk berjualan-berdagang hasil bumi untuk mendukung studi mereka. Selain berdagangan buah dan kebutuhan sehari-hari ada beberapa siswa akan menulis buku Arab kecil untuk pemula atau buku yang mengajar car yang benar dalam berdoa, dan menjualnya. Ada juga siswa lainnya mengembangkan kerajinan seperti pertukangan. Tapi hal penting lainya adalah bahwa semua murid harus membantu tuanku untuk mengolah sawah nya. Para siswa juga tergantung pada sedekah dari masyarakat umum. Dan sejumlah besar surau di Kamang menunjukkan bahwa penduduk desa secara kolektif di dorong untuk menata hidup dengan gaya hidup Islam.
Guru Minagkabau masa itu mengikuti kecenderungan ortodoksi umum di seluruh dunia Melayu. Dari hal itu muncullah keinginan untuk penataan kembali nilai-nilai di masyarakat dengan pembaharuan ajaran ortodoks para tuanku. Tuanku di Agam perlu berubah. Syattariyah pindah dari pantai beberapa waktu abad ketujuh belas oleh rute perdagangan ke desa-nagari. Perkembangan syattariah di beberapa daerah mulai menjadi lebih modern dan makin maju. Namun tidak halnya di Kamang.
Kamang adalah daerah pertama di Agam dan semua Minangkabau yang mengadopsi semangat Wahhabi Arab sebagai model untuk reformasi masyarakat Islam Minangkabau. Model masyarakat ideal itu dikembangkan pada ajaran Muhammad ‘Abd al-Wahhab (1703-1792). Himbauan Abd al-Wahhab untuk reformasi masyarakat Islam berpusat pada hal ketauhidan, kehidupan muslim, cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Para Wahhabi hadir selalu dalam kegiatan Shalat bersama, dengan larangan dilarang merokok tembakau dan melarang memakai pakaian sutra dan penggunaan Rosario (semacam tasbih yang dibuat orang non muslim). Pada jam shalat tentara Wahhabi berpatroli di jalan-jalan bersenjatakan tongkat besar dan menyuruh penduduk ke masjid walau dengan kekerasan.
Sosok Tuanku Nan Renceh tidak sejelas namanya yang sudah begitu sering disebut dalam buku-buku sejarah. Putra Kamang bertubuh kecil ini diyakini pula sebagai salah seorang tokoh proklamator dan lokomotif utama Gerakan Paderi pada awal abad ke-19 silam. Nama asli dari Tuanku Nan Renceh adalah Abdullah. Abdullah adalah putra dari Incik Rahmah, keturunan suku Koto Nagari Kamang Mudik, yang lahir di Jorong Bansa, Nagari Kamang Mudik, Luhak Agam, tahun 1762. Pengetahuan Agama dan pengetahuan umum Tuanku Nan Renceh pada awalnya diperoleh dengan melakukan terobosan dengan belajar di kampung lain, tepatnya di surau Tuanku Tuo di Cangkiang, Luhak Agam. Abdullah kemudian melanjutkan masa menuntut ilmunya ke Ulakan Pariaman.
Bergeraknya kelompok wahhabi berawal pada tahun 1802 ketika “Tiga Serangkai” pulang dari Makkah, yakni Haji Miskin dari Pandai Sikek (Pandai Sikat) Luhak Agam, Haji Muhammad Arief dari Sumanik, Luhak Tanah Datar (dikenal dengan Haji Sumanik), dan Haji Abdurrahman dari Piobang, Luhak Limopuluah Dikoto (dikenal dengan Haji Piobang). Ketiganya dikenal dengan sebutan Haji Nan Tigo. Mereka mendalami ajaran Wahabi saat belajar di tanah suci Makkah hampir 10 tahun lamanya. Bagi Abdullah Tuanku Nan Renceh, kabar “diusirnya” Haji Miskin justru membuat penasaran. Pikirnya, kalaulah apa yang dibawa Haji Miskin tak terlalu istimewa, tentulah perlawanan dari orang kampung sendiri tidak sehebat itu. Ternyata benar. Saat bertemu Haji Miskin di tempat pengungsiannya, Nagari Ampek Angkek, Abdullah mendapat pelajaran tentang pemurnian gerakan Islam. Ajaran ini sama dengan yang digerakan oleh kaum Wahabi di jazirah Arab. Haji Miskin datang ke Bansa sekitar 1805, Tuanku Nan Renceh dan salah saeorang Tuanku (Tuanku Nan Gapuk) mengikuti prinsip ajaran aliran Wahhabi.
Dalam catatan Buku Tuanku Rao banyak diungkapkan bahwa adanya pembentukan Markas besar dengan pendidikan agama Islam serta Benteng Kamang . Disana juga dibangun angkatan bersenjata dengan keunggulan Janytsar Cavallry Islam yang bisa merekrut 32.000 personil tentara dengan keunggulan tehnik pertempuran berkuda (cavalry) dibawah binaan Haji Piobang dan Haji Sumanik . Sedangkan Haji Miskin dengan kemampuan bertempur di padang pasir (hermet), terkenal dengan pertarungan hidup mati dalam hindari maut di padang pasir Timur Tengah. Konon kedua Haji tersebut sudah terlatih dengan pertempuran Cavallary dengan tentara Turki .
Di desa kelahirannya, Bansa, ia mendirikan sebuah dewan khusus, disini pedagang yang pernah dirampok bisa mengajukan permohonan ganti rugi, ia juga menyusun daftar desa bandit (desa yang mempertahankan tradisi yang bertentangan dengan Islam) dan desa penjahat (desa yang dihuni para mailing) dan memulai serangkaian serangan terhadap mereka, bersama para siswanya. Menurut laporan Belanda berdasarkan keterangan dari berbagai daerah Minangkabau tahun 1830-an, Tuanku Nan Renceh bertubuh tipis dan kecil perawakannya, tetapi memiliki emosi yang tinggi, matanya “berkaca dengan api yang tidak biasa “.
Di desa-desa atau nagari yang dikuasai kelompok Paderi semua sabung ayam, judi dan penggunaan tembakau, opium, sirih-pinang dan minuman keras dihapuskan. Pendukung Paderi mengganti pakaian normal mereka dengan pakaian panjang mencapai ke pergelangan kaki, laki-laki memakai jenggot sebagai tanda , dan sorban putih. Perempuan Paderi terselubung dan mengenakan pakaian hitam. Tidak ada bagian tubuh yang boleh dihiasi dengan perhiasan emas dan pakaian sutra. Sholat lima kali sehari dibuat wajib. Sebuah sistem denda dilembagakan untuk pelanggaran aturan-aturan ini. Dalam tahun 1820-an, pengikut golongan radikal itu makin banyak di Luhak Nan Tigo. Mereka mewajibkan kaum lelaki memelihara jenggot, yang mencukurnya didenda 2 suku [1 suku = 0,5 Gulden); memotong gigi didenda seekor kerbau; lutut terbuka didenda 2 suku; wanita yang tidak pakai burka didenda 3 suku; memukul anak didenda 2 suku; menjual/mengkonsumsi tembakau didenda 5 suku; memanjangkan kuku, jari dipotong; merentekan uang didenda 5 shilling; meninggalkan shalat pertama kali didenda 5 suku, jika mengulanginya dihukum mati. Usai shalat Shubuh di surau-surau, Nan Renceh menurunkan Laskar Paderi keliling kampung. Mereka bertugas memeriksa batu tapakan yang sudah disediakan di setiap pintu masuk rumah penduduk. Apabila batu itu basah, diketahuilah bahwa penghuni rumah sudah melaksakan shalat Shubuh. Tapi bila tidak, penghuni rumah akan langsung diinterogasi. Andai belum shalat karena tertidur, maka diperintahkan segera menunaikan shalat. Bila tiga kali didapati tidak juga menunaikan shalat–ditandai dengan batu tapakan yang tidak basah–maka penghuni rumah harus bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi bila kemudian terbukti meninggalkan shalat kembali, maka penghuni rumah harus meninggalkan nagari. Bagi mereka yang akan dipilih menjadi wali nagari (kepala pemeritahan nagari) harus mampu menjadi imam shalat berjamaah. Hukum Islam sangat tegas dan berwibawa.
Tuanku Nan Renceh membentuk kelompok sendiri yang terkenal dengan sebutan “Harimau Nan Salapan” yang militan, yaitu: 1. Tuanku di Kubu Sanang, 2. Tuanku di Ladang Lawas, 3. Tuanku di Padang Luar, 4. Tuanku di Galuang, 5. Tuanku di Kota Hambalau, 6. Tuanku di Lubuk Aur, 7. Tuanku di Bansa, 8. Tuanku Nan Renceh,
Walau tak pernah ada berita tentang peperangan langsung antara Tuanku Nan renceh dengan Belanda, namun yang pasti daerah kamang terlibat aktif dalam perang Paderi. Bala bantuan Belanda yang dikirim dari Batavia. Hal ini berlanjut dengan berbagai serangan ke daerah Kamang. Pasukan Belanda terbukti terlalu kuat dan berhasil merebut Kamang. Pergolakan Islam berikutnya di Kamang adalah tahun 1908, meski ada gladi resik atau persiapan untuk itu pada tahun 1896.
Bagi kita generasi muda, setelah membaca dan mempelajari tentang kemunculan kelompok Paderi di Kamang, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa :
1. Nagari-nagari di Minangkabau memiliki sosok pejuang yang harusnya kita banggakan dan selalu hargai.
2. Kita harus tetap memperhatikan nilai toleransi, nilai adat istiadat, kecuali hal yang bertentangan dengan aqidah dan ibadah. Namun untuk hal muamalah atau amalan untuk hubungan dengan sesama manusia kita harus tetap memperhatikan dan berusaha memahami nilai adat Minangkabau.
3. Semangat belajar masyarakat zaman dahulu ternyata sangat besar buktinya banyak pelajar dari daerah lain yang ingin menuntut ilmu dan datang ke daerah-daerah yang memiliki sekolah-sekolah tradisional. Kita sebagai generasi muda harus mengambil nilai tersebut dengan tetap semangat dalam belajar dan menuntut ilmu, baik belajar dalam hal ilmu pengetahuan umum yang bersifat duniawi di bangku sekolah, apalagi ilmu pengetahuan agama di surau, mushalla, masjid, MDA, dan di wirid pengajian
4. Dalam hal urusan Agama kita haruslah mematuhi dan mengikuti ajaran Islam dengan sebaik-baiknya dengan menjalankan rukun Islam dan memantapkan rukun Iman. Dan sebagai hal yang wajib pula bagi kita untuk mendalami adat istiadat Minangkabau sehingga nilai dan norma adat itu tidak makin pudar, untuk menciptakan masyarakat yang ber adab (agama) dan ber adat.
Semoga tulisan pendek ini memberi semangat dan motifasi bagi kita semua untuk berbuat yang tebaik dalam semua hal, mencapai prestasi di dunia pendidikan dan kerja dan tetap menghargai jasa pahlawan.
*. Penulis adalah guru di SMK Negeri 1 Baso, dan membuat tulisan ini dari berbagai sumber.

Irwan Setiawan

Sobe Sonbai III

Kota Kupang atau biasa dikenal dengan sebutan Kota Kasih yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, ternyata mempunyai cerita sejarah tersendiri tentang seorang Pahlawan Nusantara. Dia adalah Sobe Sonbai seorang putra Nusantara yang gigih melawan tangan-tangan angkuh kolonial Belanda, dan sampe saat ini untuk mengenang jasa-jasanya dibangun sesosok Patung Ksatria yang menunggang kuda sambil seolah-olah memberikan komando atau instruksi yang terletak di salah satu jalan protokol di Kupang yaitu Jalan Urip Sumoharjo di Kelurahan Merdeka
Sobe Sonbai III adalah seorang raja Timor yang sangat berpengaruh dan Dia berkedudukan sebagai Kaisar (Maharaja) di Kerajaan Oenam dengan ibukota Kauniki di kecamatan Fatuleu sekarang. Sampai akhir hayatnya Raja Sobe Sonbai III tidak pernah menandatangani perjanjian takluk kepada Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang dikenal kejam dan sangat menyusahkan rakyat. Oleh karena itu, dengan segala cara Belanda berusaha untuk menaklukan Sobe Sonbai III.
Dan hal itu pun diketahui pula oleh Sobe Sonbai III. Sobe Sonbai III menjadi sangat marah dan mulai menyusun rencana bersama seluruh rakyat dan para “Meo” (panglima perang). Mereka mulai membangun 3 benteng pertahanan yaitu Benteng Ektob di desa Benu, Benteng Kabun di desa Fatukona dan Benteng Fatusiki didesa Oelnaineno. Setiap benteng dijaga ketat oleh meo-meo dari setiap suku. Meo yang paling terkenal disebut “Meo Naek” atau panglima besar. Meo Naek Sobe Sonbai III bernama Toto Smaut.
Pada bulan September tahun 1905 perang melawan Belanda-pun dimulai dan terus berlanjut dari benteng ke benteng sehingga banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak. untuk mengenang sejarah perang tersebut masyarakat menamai tempat peperangan tersebut dengan nama Bipolo, yang sekarang dikenal dengan Desa Bipolo, kecamatan Kupang Timur.
Belanda akhirnya berhasil merebut benteng terakhir yaitu benteng Fatusiki setelah melewati pertempuran yang sangat sengit dan dipimpin langsung oleh Sobe Sonbai III dan Meo Toto Smaut yang gagah perkasa. Dengan keterbatasan senjata yang dimiliki oleh Sobe Sonbai III dan pasukannya, membuat Kolonial Belanda berhasil memukul rata Sobe Sonbai III dan pasukannya. Pada saat itu Kolonial Belanda memakai senjata yang sangat Modern sedangkan Sobe Sonbai III hanya memakai senjata yang dibuat sendiri secara alami seperti Bambu runcing, panah, dan parang (pedang). Hal itulah yang membuat benteng Fatusiki direbut dan Sobe Sonbai III ditangkap oleh Kolonial Belanda.
Toto Smaut-pun mendengar bahwa Sobe Sobai III dibawa ke Kupang dan dibuang ke Waingapu, Sumba Timur. Demi kesetianya Toto Smaut akhirnya menyerahkan diri ke Kolonial Belanda demi kesetiannya pada Raja Sobe Sonbai III. Toto Smaut dibuang ke Aceh karena jasanya dalam perang Bone, Toto Smaut dikembalikan ke Kupang dan diangkat menjadi Temukung besar di desa Fatuoni sampai akhir hidupnya.
kerajaan Sonbai adalah kerajaan Tradisional yang terbesar dipulau Timor pada masa itu. Wilayah kekuasaan kerajaan Sonbai memanjang dari Miomafo di Kabupaten Timor Tengah Utara sekarang sampai Fatuleu di Kabupaten Kupang. Oleh karena itu, kerajaan Sonbai sangat diperhitungkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang berpusat di Batavia (Jakarta sekarang). Sebab kerajaan ini merupakan tantangan besar untuk dapat menguasai pulau Timor. Inilah sebabnya pengorbanan dan semangat serta nilai-nilai perjuangan Sobe Sonbai III harus terus kita ingat dalam pikiran dan kita rasakan dalam dada setiap Nona dan Nyong (Nona=Putri, Nyong=Putra) Timor di Nusa Tenggara Timur. Sobe Sonbai III dan para pasukannya sangat patut diberi julukan Pahlawan Nusantara. Pengorbanan dan semangat juang inilah yang harus kita tiruh sebagai masyarakat yang mencintai Tanah Air nya.
BETA BANGGA JADI ORANG KUPANG (Saya bangga jadi orang kupang)

Eka Sari

Perang Kamang 1908 Sebuah Pembuktian Kekuatan Persatuan Tali Tigo Sapilin

Kamang, dulu merupakan sebuah Kelarasan yang mencakup Aua Parumahan, Surau Koto Samiak, Suayan, dan Sungai Balantiak. Setelah zaman kemerdekaan, Kamang terbagi menjadi dua nagari yaitu Kamang Hilir dan Kamang Mudiak. Aua Parumahan menjadi Kamang Hilir dan Surau Koto Samiak menjadi Kamang Mudiak, sementara Suayan dan Sungai Balantiak masuk ke wilayah Kabupaten 50 Kota, karena secara geografis letaknya memang dipisahkan oleh bukit barisan dari wilayah Aua Parumahan dan Surau Koto Samiak yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Agam. Kamang Hilir dan Kamang Mudiak selanjutnya merupakan wilayah Kecamatan Tilatang Kamang, dan akhir-akhir ini membentuk Kecamatan sendiri Kamang Magek (Nagari Kamang Hilir, Kamang Mudiak di tambah Nagari Magek). Pada masa dahulu (masa kolonial) Bukittinggi yang lebih dikenal dengan nama Fort De Kock menjadi pusat pemerintahan di Agam Tua (Belanda; Oud Agam). Wilayah kekuasaan Residen yang berkantor di Fort De Kock mencakup Bukittinggi sekarang dan daerah yang sekarang lebih dikenal dengan nama Agam Timur. Beda dengan masa dahulu dimana birokrasinya di satukan pada masa sekarang birokrasi antara Bukittinggi dan Kabupaten Agam dipisah, sehingga timbul sedikit jarak anatara Bukittinggi dan Agam (terutama Agam Timur).
Perang Kamang 1908 adalah perang terbuka yang meledak pada 15 Juni 1908 dan merupakan salah satu puncak dari kemelut suasana anti penjajahan rakyat Sumatera Barat dalam menentang penjajahan Belanda. Di sini akan terlihat gambar nyata dari bentuk semangat dan pengorbanan rakyat Kamang, baik kalangan adat, agama, cerdik pandai, pemuda/pemudi, bahkan kaum ibu dalam menulangpunggungi perlawanan mengusir Belanda, yang dari segi politis dapat dikatakan sebagai bukti sumbangan yang pernah mereka tunjukkan kepada Bangsa Indonesia.
Kesadaran anti ter­hadap penjajahan Bung Hatta-pun diper­caya berawal dari peristiwa ini, ketika sang proklamator melihat “urang rantai” yang digiring Belanda lewat di de­pan rumah beliau, dan Inyiaknya ber­kata: “Tu urang Kamang nan malawan Bu­lando” (Memoir Muhammad Hatta, 1979). Paman dari Bung Hatta pernah menceritakan kejadian Perang Kamang kepada beliau sehingga di depan rumah beliau di Bukittinggi sering terlihat penjagaan dan pemeriksaan terhadap masyarakat yang masuk dan keluar kota Bukittinggi. Sjech Muh Djamil Djambek ulama terkenal dari Bukittinggi pun selama bertahun-tahun datang secara rutin ke Kamang untuk mem­bangkitkan motivasi dan memberi bimbingan rohani bagi masyarakat yang menanggung beban penderitaan dan trauma hebat akibat perang tersebut.
Latar Belakang
Pemberontakan Pajak yang meletus sepanjang tahun 1908 di beberapa nagari di Sumatera Westkust (seperti; Nanggalo, Lubuak Aluang, Parik Malintang, Kayu Tanam, Batusangka, Lintau, Kamang, Manggopoh dan Ulakan) disebabkan oleh peraturan baru mengenai pajak (sebesar 2%) yang diterapkan oleh Belanda terhadap rakyat Minangkabau. Penetapan pajak yang mencakup seluruh hewan ternak yang akan disemblih oleh rakyat, hal ini dinilai memberatkan karena peraturan ini tidak hanya mencakup hewan yang akan dikonsumsi oleh masyarakat akan tetapi juga hewan-hewan untuk upacara keagamaan (kurban).
Adapula penyebab lainnya ialah pelanggaran Belanda terhadap perjanjian Plakat Panjang yang dikeluarkannya pada masa Perang Paderi, dimana salah satu isinya ialah “Pemerintah tidak akan mengadakan pungutan-pungutan berupa pajak, hanya kepada rakyat dianjurkan menanam kopi”. Sejak keluarnya Plakat Panjang masyarakat tidak lagi dipungut pajak, namun di awal tahun 1908 masyarakat diminta menanam kopi dan diperetengahan tahun tersebar kabar bahwa dari penanaman kopi itu akan di pungut pajak (belasting).
Akhirnya muncullah perlawanan dari rakyat, berbagai ketidak senangan ditunjukkan. Khusus di Kamang para pemimpin mulai menyusun kekuatan untuk melawan kehendak Belanda yang ingin menghisap darah rakyatnya.  Rujukan utama dari masyarakat Kamang Mudiak mengenai Perang Kamang ialah “Syair Perang Kamang” yang dikarang oleh Haji Ahmad Marzuki putra dari Haji Abdul Manan. Kekuatan yang dihimpun saat itu dalam artian kekuatan yang sangat sederhana dan sangat tradisional. Para parewa dan pendekar dikumpulkan untuk melatih anak-anak muda dengan ilmu beladiri dan menggunakan senjata seperti tombak dan parang. Di Jorong Durian, Kanagarian Kamang Mudik, Kecamatan Kamang Magek ada sebuah gua yaitu Gua atau Ngalau Kamang, gua ini pernah dipergunakan oleh para pejuang Agam sebagai tempat untuk mengatur strategi dalam Perang Kamang, diantara tokoh yang pernah menggunakannya adalah Haji Abdul Manan. Kemudian dikalangan umum beredar isyu mistik bahwa kekuatan yang dihimpun oleh Syekh Haji Abdul Manan memberikan kekuatan mistik pada pemuda Kamang, dengan cara memberikan azimat-azimat anti peluru. Hal ini menjadi dasar penting dalam Syair Perang Kamang, karena ikhwal mula tertangkapnya Haji Ahmad adalah karena Belanda mempercayai bahwa Syekh Haji Abdul Manan, ayahanda Haji Ahmad menyebarkan azimat anti peluru itu sehingga Syekh Haji Abdul Manan menjadi buruan utama oleh Belanda. Dalam pencarian itu Haji Ahmad dijadikan sandera karena Belanda tidak berhasil menemukan ayahnya. Dalam tawanan itulah Syair Perang Kamang ini diciptakan oleh Haji Ahmad Marzuki. Haji Abdul Manan diyakini (oleh Belanda dan rakyat Kamang Mudiak) sebagai tokoh sentral dari gerakan ini karena besarnya pengaruh yang dimilikinya di Kamang Mudiak. Belanda juga meyakini beliau sebagai pemimpin pemberontakan karena pandangan umum dari pejabat kolonial bahwa dibalik pemeberontakan oleh masyarakat pribumi selalu berdiri tokoh agama (seperti bahasan Sartono Kartodirjo dalam bukunya Pemberontakan Petani Banten). Namun bila kita kaji keturunan dan silsilah dari H. Abdul Manan maka kita bisa akan melihat bahwa jiwa dan semangat perang paderi telah di alirkan oleh ayahnya kepada beliau. Jadi wajarlah beliau pun ikut bersama masyarakat dan memimpin perjuangan menentang Belanda. (baca biografi singkat H. Abdul Manan)
J. Westernnenk secara berturut-turut masih berusaha mendatangi rakyat Kamang, bahkan tak terhitung lagi. Tetapi perundingan-perundingan atau lebih tepat disebut perdebatan mengenai persoalan pajak masih seperti itu juga, malah lebih menambah kebencian dan memperkukuh semangat aksi rakyat terhadap Belanda, yang pada masa itu sebenarnya sedang mengalami goncangan politik, yang rata-rata melanda negara-negara Eropah Barat.
Sementara itu Kari Mudo sebagai pelopor generasi muda, juga tidak tinggal diam. Secara berturut-turut dalam waktu berjarak lama, dia mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pemuka masyarakat Kamang, termasuk Laras Garang Dt. Palindih, Penghulu Kepala Dt. Siri Marajo, pemimpin perlawanan Dt.Rajo Penghulu, Dt.Mangkudun, St.Pamernan dan banyak lagi yang lain-lain, bahkan pernah dihadiri oleh J.Wstennenk sendiri. Dan pada kesempatan lain dia juga berusaha mendatangi Dt. Mudo di Payakumbuh, Syekh Koto Baru, Pado Kayo di Suayan untuk meminta petuah sekaligus penangkal untuk persiapan menghadapi perperangan yang diperkirakan tidak lama lagi. Akhirnya saat itu tiba.
Hari Senin pagi tanggal 15 Juni 1908, sebagai hari perlawanan paling hebat di Sumatera Barat dalam menentang sistem blasting makin nyata, kedaan di Kamang makin panas. Warga diminta tidak membayar pajak. Mengetahui duduk masalahnya, Laras Kenagarian Magek Warido sangat marah, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia langsung berangkat ke Bukittinggi untuk melaporkan peristwia itu kepada J.Westennenk meminta supaya para pembangkang segera ditangkap. Hari itu juga, J.Westennenk menghubungi Gubernur Sumatera Barat Hecler untuk mohon petunjuk mengenai tindakan yang harus diambil. Hanya sepatah kata yang dicetuskan Hecler sesuai dengan penggarisan Gubernur General Van Heutez yaitu, serbu! J.Westennenk lantas mengumpulkan 160 orang pasukan pilihan yang kemudian dibagi menjadi 3 kelompok. Menjelang sore mereka segera bergerak dari Bukittinggi menuju Kamang dari tiga jurusan:
1. Pasukan pertama yang terdiri dari 30 orang, masuk dari Gadut, Pincuran, Kaluang, Simpang Manduang terus menuju Pauh, dipimpin oleh Letnat Itzig, letnan Heine dan Cheiriek. Diperkirakan disana mereka mencari Syekh H. Jabang yang merupakan orang penting dalam perlawanan terhadap pajak.
2. Pasukan kedua, yang terdiri dari 80 orang serdadu dipimpin J.Westennenk (Kontrolir Agam Tua), Kontrolir Dahler bersama Kapten Lutsz, Letnan Leroux, Letnan Van Heulen, masuk melalui Guguk Bulek, Pakan kamih, Simpang 4 Suangai Tuak, berbelok di Kampung Jambu, Ladang Tibarau, Tapi dan terus ke Kampung Tangah. Untuk menyergap H. Abdul Manan.
3. Sedangkan pasukan ketiga yang berkekuatan 50 orang serdadu di bawah pimpinan Letnan Boldingh dan pembantu Letnan Schaap, masuk melewati daerah Tanjung Alam, Kapau, Bukik Kuliriak, Magek, Pintu Koto.
Pada senja hari, Belanda mulai bergerak mengepung rumah H. Abdul Manan untuk menangkapnya karena dinilai beliau lah yang menjadi dalang pergolakan adalah kaum agama. Tetapi H. Abdul Manan berhasil meloloskan diri dan segera menemui Dt. Rajo Penghulu di Kamang (sekarang Kamang Hilir) untuk berkonsultasi. Akhirnya bertiga dengan Kari Mudo dan beberapa orang pemuka lainya, mereka langsung mengadakan rapat kilat untuk membahas perkembangan yang sangat kritis dan menyusun kesiagaan seluruh rakyat guna mengobarkan perang sabil. Pasukan Belanda yang masuk dari Tanjung Alam dan Gadut bertemu di Kamang Mudiak Sekarang, Sehingga pejuang-pejuang dari Kamang (Kamang Mudiak dan Kamang Hilir) terkepung di Kampung Tangah.
Menurut catatan Buchari Nurdin, akhirnya sekitar pukul 02.30 dinihari, tanah Kamang berubah menjadi front pertempuran hebat, antara pasukan Belanda dengan pasukan rakyat. Rakyat dipimpin antara lain oleh H Abdul Manan, yang sebelumnya, telah bersiap-siap menghadang kedatangan pasukan Belanda. Sejumlah tokoh pejuang lainnya, yang juga telah siap dengan pasukan mereka masing-masing. Seperti Haji Jabang dari Pauh, Pado Intan, Tuanku Parit, Tuanku Pincuran, Dt Marajo Tapi, Dt Marajo Kalung, Dt Perpatih Pauh, Sutan Bandaro Kaliru, pendekar wanita dari Bonjol Siti Maryam, Dt Rajo Penghulu bersama istrinya, Siti Aisiyah,. Begitu juga pasukan rakyat yang berada di Kamang Ilia. Dengan dipimpin Kari Mudo, Dt Perpatiah Magek, Dt Majo Indo di Koto Tangah, Dt Simajo Nan Gamuk berusaha bahu membahu melawan pasukan Belanda. Pertempuran sengit berakhir sudah. Pasukan Westenenk mundur menuju Pauh sembari membawa tawanan Dt Perpatih. Subuh yang berembun, bersimbah darah. Darah anak nagari Kamang, belum berhenti menetes, tatkala fajar menyingsing, tatkala beduk subuh ditabuh, tatkala azan dikumandangkan subuh itu.
Dalam kesimpulan salah satu laporan resmi J.Westennenk kepada Gubernur Jendral Ven Heutsz di Batavia melalui surat kawat tanggal 17 Juni 1908, disusul laporan pada Gubernur Sumatera Barat Heckler No.1012 tanggal 25 Juni 1908, dia melukiskan suasana malam itu, seumpama satu malam dimana jurang antara ras manusia dengan segala kekuasaanya, sudah tidak ada lagi. Yang ada, cuma kelompok kemarahan yang saling bertentangan di dalam diri manusia-manusia yang bertatap dengan buas melalui kerlipan bintang-bintang di langit, siap untuk saling bunuh. Dari arah segerombolan orang-orang yang berdiri di pinggir jalan raya, sekali-sekali terdengar gemuruh suara Ratib dan Allahu Akbar, yang semuanya berjumlah tidak kurang dari lima ratus orang. Sedangkan beberapa orang lagi yang sedang merayap dalam padi, tidak dapat dihitung. Tapi pasti meliputi ratuan orang pula. J.Westennenk datang mendekati Sersan Booman yang sedang mengawasi kegelapan. Tiba-tiba terdengar suara tembakan. Sersan Boorman yang bertugas mengawasi wilayah timur, hampir bersamaan dengan J.Westennenk mencabut pistol, ketika gelombang serbuan pertama begitu saja sudah muncul di depanya. Orang-orang itu bagai datang dari balik kegelapan disertai pekik kalimat-kalimat Tuhan yang mendirikan bulu roma. Di tangan mereka berkilauan berbagai macam senjata, mulai dari pisau, parang, lembing dan beberapa jenis senjata lainya. Dalam beberapa jam saja, terjadilah perang basosoh yang dahsyat, karena serdadu Belanda banyak yang tidak sempat menembakkan senjatanya. Gemercing senjata, letusan senapan, jerit kesakitan dan rintih kematian memenuhi udara malam maka dalam sekejap Kampuang Tangah yang tenang itu berubah menjadi medan bangkai dan telaga darah.
Dalam laporan resmi J. Westennenk tersebut, juga dijelaskan, telah terjadi lebih dari delapan kali serangan serupa dalam waktu hampir berturut-turut dan semakin mengerikan. Ratusan orang penyerbu terus saja maju sekalipun dihujani tembakan. Kegelapan malam menyebabkan sulit bagi serdadu Belanda membidik sasaran secara tepat, sehingga sebahagian besar dari mereka yang berhasil tiba di tempat para serdadu bertahan, langsung membabat lawan bagai kesetanan. Satu demi satu prajurit Belanda tewas dengan tubuh penuh luka-luka mengerikan. Sersan Boorman tak henti-hentinya berteriak membangkitkan semangat anak buahnya yang semakin kendor. Dr.Justesen bertugas merwat dan mengobati beberapa orang serdadu yang menderita luka-luka. Tetapi dari arah tidak kurang dari 50 meter, lagi-lagi puluhan penyerbu sudah datang pula. Kelihatan dua orang serdadu mengacungkan senjata dalam jarak beberapa langkah menyongsong mereka, namun sebelum sempat melepaskan tembakan kedua serdadu itu terjungkal di tengah kilauan senjata tajam.
Perwira kesehatan Dr.Justesen dan sersan Boorman secara bersama-sama berusaha keras mencegah serdadu yang sudah mulai mundur, ketika menyaksikan seseorang penyerang membelah kepala seorang sersan. Sementara itu dari arah lain, beberapa orang penyerbu berhasil memasuki sekelompok tentara. Terdengar beberapa kali tembakan disusul jatuhnya empat orang di antara mereka. Tetapi belasan orang yang luput, langsung menghabiskan para serdadu Belanda tanpa ampun.
Demikian pada pertempuran yang berlangsung sampai pukul 2.00 dini hari, Pasukan rakyat memperoleh kemenangan gemilang lantaran semangat dan koordinasi yang tinggi. Tentara Belanda berhasil dibuat kucar kacir. Tetapi J.Westennek sempat meloloskan diri dan minta bantuan ke Bukittinggi. Pasukan inilah nantinya yang telah menimbulkan malapetaka terhadap pasukan rakyat, karena bertepatan fajar menyingsing mereka datang dalam jumlah yang sangat besar, sehingga babak kedua perang basosoh, segera meledak kembali. Akan tetapi lantaran pasukan itu terlalu banyak dan segar-segar, dilengkapi pula dengan senjata modern, akhirnya pasukan rakyat terpaksa mengundurkan diri. Dan bersamaan itu, berhentilah kegaduhan suasana perang bagai disapu dari bumi Kampung Tangah. Yang tinggal hanyalah keheningan yang ditingkah erangan suara manusia yang luka-luka di tengah desau angin dedaunan. Nun di ufuk timur, warna keemasan kelihatan menebari permukaan langit dan burung-burungpun mulai berkicau seperti hari-hari sebelumnya. Maka tercatatlah pagi itu sebagi sejarah berkabut di hati setiap bangsa Indonesia di dalam menentang kolonis Belanda. Lebih kurang 100 orang pejuang syahid di jalan Allah, termasuk H. Abdul Manan. Pasukan dari daerah Kamang barat (kamang hilir) pun banyak yang syahid di Kampung tangah.
Mengenai jumlah korban Perang Kamang yang meninggal di kedua belah pihak, ternyata kemudian banyak terdapat spekulasi angka, baik yang bersal dari statement Balanda sendiri, atau yang di muat berbagai koran setempat waktu itu seperti de Padanger, maupun berdasarkan taksiran-taksiran tidak resmi. Tetapi satu hal yang perlu diketahui adalah bahwa Belanda dalam mengumumkan angka-angka itu sengaja mengecilkan jumlahnya dengan alasan politik. Waktu itu pihak Belanda membawa mayat-mayat pasukanya keesokan hari dengan semacam pedati, gerobak sapi yang biasa digunakan para petani untuk membawa hasil panen.
Angka korban yang simpangsiur diantaranya dapat dilihat di Koran-koran yang terbit di Padang menyebut angka 250 orang rakyat Kamang tewas, belanda sendiri menyebut sekitar 90 orang atau lebih. Mereka yang kemudian ditangkap misalnya pada 19 Juni Lareh Garang Dt Palindih dan kemenakannya Dt Siri Marajo, Penghulu Kepal Tanhag dan A. Wahud Kari Mudo, ditahan di Bukittinggi. ada 21 Juni, Kari dipindah ke Padang, disusul mamaknya dan meringkuk di penjara selama 10 bulan. Bahkan dipindahkan pula ke Batavia. Tahun 1910, Dt Siri wafat di penjara. Tak lama kemudian Dt Garang dibebaskan. Ia pulang ke Kamang.
Kekompakan rakyat untuk melawan Belanda sangat dibantu oleh kekuatan koalisi adat dan agama, yang dalam hal ini sangat jelas terlihat. Haji Abdul Manan dan ulama-ulama Kamang lainnya memainkan peranan dalam persiapan mental sementara Datuk Rajo Penghulu seorang tokoh adat sangat berperan pula dalam persiapan fisik (Taufik Abdullah dan S. Budhisantoso (ed.),1983/84;44-45). Kombinasi kepemimpinan kedua tokoh ini sangat diapresiasi oleh rakyat. Meskipun, perlawanan rakyat Kamang yang gigih ini pada akhirnya hanya membuahkan kegagalan, namun terasa ada kepuasan rakyat atas pengorbanan yang telah mereka berikan, karena nilai-nilai patriotisme rakyat dan kebersamaan di bawah komando adat dan agama telah terwariskan pada generasi pelanjut mereka. Hingga saat ini, nilai-nilai itu masih tetap dirasakan di kalangan rakyat Kamang sendiri.
Penghargaan dan Penghormatan Untuk Pejuang Perang Kamang
Perang Kamang hanyalah sebutan untuk menunjuk ke suatu lokasi saja karena puncak pemberontakan itu memang ada di Kamang pada tanggal 14-15 Juni 1908. Artinya Perang Kamang tidak berarti hanyalah pemberontakan rakyat Kamang saja tetapi pemberontakan rakyat Minangkabau pada umumnya. Hal ini juga didukung oleh tercatatnya beberapa nama pejuang yang berasal dari luar Nagari Kamang. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pemberontakan itu juga dimungkinkan oleh jaringan para Wali Nagari yang waktu itu membicarakan pungutan pajak oleh Belanda itu. Sebagaimana layaknya sebuah pembicaraan banyak diantara Wali Nagari yang sepakat bahwa Belanda harus dilawan, walaupun ada yang bersikap lunak terhadap kebijakan pemerintah Belanda. Salah satu pemimpin yang keras dalam menentang Belanda itu adalah pemimpin dari Nagari Kamang. Bersama dengan tokoh-tokoh di Kamang (yang sangat terkenal adalah Syekh Haji Abdul Manan) pemimpin-pemimpin di nagari ini menyusun kekuatan rakyat untuk menentang Belanda.
Kekuatan yang dihimpun saat itu dalam artian kekuatan yang sangat sederhana dan sangat tradisional. Para parewa dan pendekar dikumpulkan untuk melatih anak-anak muda dengan ilmu beladiri dan menggunakan senjata seperti tombak dan parang. Kemudian dikalangan umum beredar isyu mistik bahwa kekuatan yang dihimpun oleh Syekh Haji Abdul Manan memberikan kekuatan mistik pada pemuda Kamang, dengan cara memberikan azimat-azimat anti peluru. Hal ini menjadi dasar penting dalam Syair Perang Kamang, karena ikhwal mula tertangkapnya Haji Ahmad adalah Belanda mempercayai bahwa Syekh Haji Abdul Manan, ayahanda Haji Ahmad menyebarkan azimat anti peluru itu sehingga Syekh Haji Abdul Manan menjadi buruan utama oleh Belanda. Dalam pencarian itu Haji Ahmad dijadikan sandera karena Belanda tidak berhasil menemukan ayahnya. Dalam tawanan itulah Syair Perang Kamang ini diciptakan oleh Haji Ahmad Marzuki.
Sebagai wujud penghargaan dan penghormatan bagi pejuang perang Kamang, dan agar kita generasi muda tidak lupa dengan peritiwa bersejarah itu maka pemerintah melalui kunjungan Menko Keamanan dan Pertahanan Jendral A.H.Nasution meresmikan Makam yang terletak di dusun Kampung Budi Jorong Pakan Sinayan, Nagari Kamang Mudik. diresmikan penggunaannya sebagai Komplek makam pahlawan ini diberi nama “Komplek Makam Pahlawan Perang Kamang Haji Abdul manan” pada tanggal 15 Juni 1962. Didalamnya terdapat 21 pahlawan yang meninggal pada perang Kamang tahun 1908 M. Para pahlawan yang dimakamkan di kompleks ini diantaranya : H. Abdul Manan, Kari bagindo, Haji Musa (Kakak H.Abdul Manan), Kadir St. Bagindo, ML. Sinaro, LB. Mudo/LB Kampua, Dt. Batudung, Udin/Idi, Suid Tk Parit panjang, Datuk N. Tingap, Sanan PK. Basa, Dt. Nan Hijau, MI. Saulah, M. Pandeka Mudo, Datuk Pandeka Ade, Deman, Usman, St. Mantari, M. Intan Mudo, Lb. Sutan, Kadir Bagindo.
Setelah peresmian makam pahlawan itu A.H.Nasution juga meminta agar perantau Kamang membangun tugu peringatan di tempat kejadian perang kamang yaitu di Kampung Tangah. Tugu dan makam pahlawan ini masih bisa kita saksikan dan ziarahi sampai sekarang.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa :
1. Persatuan Alim Ulama, Niniak Mamak, dan Cadiak Pandai di sebuah nagari akan membuat kekuatan perjuangan dan pembangunan nagari akan maksimal.
2. Perjuangan menentang penjajahan dan kezaliman adalah sebuah keharusan, jadi kita sebagai gerenasi muda harus memperlihatkan usaha dan tindakan untuk menentang kezaliman dan penjajahan itu.
3. Setiap tindakan dan usaha harus didasari oleh niat karena Allah, karena itu akan menjadikan usaha kita tersebut sebagai sebagai amal ibadah.
4. Jangan melupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk melaksanakan Ibadah dan amal baik. Karena itu lah menjadi dasar atau pondasi kita untuk menghadapi tantangan masa depan.
5. Untuk melakukan sesuatu harus didasari dengan ilmu, jadi tuntut lah ilmu demi hasil yang maksimal.
Daftar Bacaan
1. Tim Penyusun Sejarah Perang Kamang 1908, “Bunga Rampai Perang Kamang 1908”, Kamang Mudiak, 2008.
2. www.aldiparis.com “perang-kamang-1908” 2008.
3. www.alkamangie.wordpress.com “perang-kamang-1908”
4. Dt Tan Tuah, www.padangekspres.co.id “Menyegarkan Ingatan Tentang Kamang”
5. Azwar “Jejak Luka: Kamang 1908 (Seabad Perang Kamang), 2008.
6. Suryadi (Dosen & peneliti di Leiden Univeristy, Belanda), “Yang Tercatat dan Yang Terlupakan tentang Nagari “, Artikel diterbitkan dalam Tabloid Nagari, edisi II, Tahun I, 24 Agustus - 06 September 2010, hlm. 3.
7. http://agamkab.go.id , “Komplek Makam Pahlawan Perang Kamang H. Abdul Manan”.
8. http://wisataohhwisata.blogspot.com “Perang Belasting 1908”

Irwan Setiawan