Yazid bin Abdul Qadir Jawas menceritakan tentang al haudh dalam bukunya, syarah aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Para salaf membahas hal ini karena kaum mu’tazilah mengingkari adanya al haudh. Kaum mu’tazilah adalah kaum yang mengagung-agungkan akal dan mengesampingkan sunnah. Mereka mendahulukan akal mereka dalam menafsirkan sesuatu dari firman Alloh daripada sunnah yang sudah jelas. Oleh karena itu para ulama menuliskan untuk membantah argumentasi mereka.
Kita diwajibkan beriman kepada kepada al haudh. Al haudh adalah telaga Nabi Muhammad pada hari kiamat nanti. Tempatnya adalah di surga. Umat Nabi Muhammad akan meminumnya nanti pada hari kiamat nanti, jika mereka diizinkan Alloh memasuki surga. Adapun seseorang yang sudah meminum air dari telaga Rosululloh, maka dia tidak akan pernah lagi merasakan haus selamanya setelah itu.
Selain Nabi Muhammad, para nabi yang lain juga mempunyai al haudh (telaga). Namun telaga Nabi Muhammad adalah telaga yang paling besar dan banyak pengikutnya. Sesungguhnya Nabi Muhammad menginginkan bahwa nanti akan bangga memiliki umat yang banyak.
Sifat dari telaga Nabi ini sangat menakjubkan. Diceritakan bahwa air dari telaga ini manisnya melebihi dari madu, harumnya melebihi dari minyak kesturi, putihnya lebih dari putihnya susu, dan bejananya lebih banyak daripada bintang yang bertaburan di langit. Satu hal lagi yang sudah disebutkan bahwa seseorang yang sudah meminum air dari telaga Rosululloh, maka dia tidak akan pernah lagi merasakan haus selamanya setelah itu.
Al haudh ini adalah salah satu nikmat dan keistimewaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad. Maka Aloh memerintahkan bahwa Nabi harus bersyukur kepada-Nya.