Ajarannya disebut "Yudaisme" karena bersifat ke-bangsa-an dan khusus bagi bangsa Yahudi atau Bani Israil, yaitu ajaran yang berasal dari agama yang diturunkan Allah untuk bani Israil dengan perantaraan utusan-Nya yaitu Musa a.s. Kitab sucinya dinamakan Thaurat (wasiat lama) yang aslinya tidak ditemukan lagi sekarang.
Agama bangsa yahudi diperoleh dari Ibrahim a.s., melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s. Agama bangsa Yahudi dipercaya diperoleh dari garis keturunan Ibrahim a.s., kemudian dilanjutkan melalui jalur keturunan anaknya Ishak a.s.
Menurut alur Al-Kitab asal usul bangsa Yahudi adalah keturunan salah satu cabang ras Semitik purba yang berbahasa Ibrani (kejadian 10:1, 21-32;1) (tawarikh 1:17-28, 34;2:1,2). Hampir 4000 tahun yang lalu, Ibrahim nenek moyang mereka beremigrasi dari kota besar Ur Kasdim yang sangat makmur di Sumeria ke negeri Kanaan. Darinya garis keturunan orang Yahudi dimulai dengan Ishak puteranya dan Yakub cucunya, yang namanya diubah menjadi Israel (kejadian 32:27-29).
Israel mempunyai 12 putera, yang menjadi pendiri 12 suku. Salah seorang dari mereka adalah Yehuda yang akhirnya dari namanya berasal kata "Yahudi" 2 raja 16:6, JP.
Diantara garis keturunan tersebut, bagi bangsa Yahudi Musa a.s. mendapat tempat yang sangat istimewa meskipun Isa a.s. juga diutus untuk bangsa Israel. Musa dianggap memenuhi peranan penting sebagai perantara perjanjian Taurat yang Allah berikan kepada Israel, disamping sebagai nabi, hakim, pemimpin dan sejarawan (Keluaran 2:1-3:22).
Agama ini percaya pada keesaan Tuhan secara mutlak (monoteis) dan menganggap Allah turun-tangan dalam sejarah manusia, khususnya berkenaan dengan orang Yahudi. Ibadat bangsa Yahudi menyangkut beberapa perayaan tahunan dan berbagai kebiasaan. Meskipun tidak ada kredo atau dogma yang diterima oleh semua orang yahudi mengenai keesaan Allah yang dinyatakan dalam Shema, yaitu doa berdasarkan kitab Ulangan 6:4, merupakan bagian terpenting ibadat sinagoge:
"Dengarlah, Hai bangsa Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa".
Pada mulanya Nabi Musa a.s. mengajarkan kepada umatnya tentang ada dan esanya Allah. Tetapi ajaran murni ini akhirnya berubah karena sifat "exclusive nasionalistic" penganutnya. Perubahan tersebut dapat dilihat dari sumber prinsipil Syahadat mereka "Schema Yisrael, adonai alaheynu adonai achud" Ulangan: [6][4] yang didalam pelaksanaannya rasa kebangsaan diatas segalanya sehingga keesaan Allah sendiri menjadi kabur.
Ajaran Yudaisme tidak menyebut adanya hari kiamat, akhirat, siksaan pada hari akhirat dan pembalasan dalam bentuk pahala. Mereka tidak membicarakan keselamatan pribadi penganut-penganut ajaran mereka. Kepada mereka selalu diindoktrinasikan adanya kejayaan yang abadi dipalestina sebagai negara yang dijanjikan Tuhan bagi minoritas Yahudi, satu-satunya umat yang berhak mewarisi bumi Tuhan sebagai umat yang terpilih.
Hingga kini kita dapat melihat mengapa Israel begitu ngotot menguasai Palestina dengan menteror semua bangsa yang bukan Yahudi agar minggat dari tanah Palestina.
Peribadatan mereka dilakukan terutama pada hari sabtu mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Segala pekerjaan tangan seperti menyalakan lampu, memadamkan api dan lain-lainnya terlarang pada hari tersebut. Pelanggaran terhadap ketentuan diatas diberi ancaman keras. Mereka dianjurkan berjamaah dan minimal 10 orang dan dilakukan tiga kali sehari. Sebelum sembahyang mereka juga berhadas dan mengambil wudhu. Di dalam sembahyang mereka diharuskan memakai penutup kepala.
Puasa mereka dilakukan pada hari-hari tertentu, seperti "Yom Kippur" selama 24 jam, tanggal 10 bulan Tishri dan setiap hari senin dan kamis. Didalam kitab Imamat orang lewi Thaurat [10]:[9], [10]:[11] minuman yang memabukkan terlarang bagi setiap penganut ajaran Yudaisme. Larangan ini tidak pernah diperdulikan, malah minuman keras merupakan suatu keharusan didalam upacara-upacara keagamaan dan mereka meminumnya atas nama Tuhan.
Setiap orang yahudi tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran mereka kepada orang-orang yang bukan keturunan Yahudi, sehingga ajaran mereka bersifat "non missionary". Orang Yahudi tidak mengakui adanya Nabi Isa a.s. Mereka menentang sekali ketuhanan Isa atau Yesus yang diajarkan oleh agama Kristen. Juga tidak mengenal pejabat agama (hirarki gereja).
Bangsa Yahudi mendasari doktrin keagamaan mereka atas dasar Sepuluh perintah Tuhan yakni:
- Jangan ada padamu Allah selain Aku.
- Jangan membuat bagimu patung, atau yang menyerupai apapun yang ada dilangit diatas, atau dibumi ......dibawah, atau didalam air dibawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya...(pada permulaan zaman ini, sekitar 1513 SM, perintah unik dalam penolakannya mengenal penyembah berhala).
- Jangan engkau bersumpah palsu demi Tuhan Allahmu....
- Ingatlah hari Sabat dan peliharalah suci. ... Tuhan memberkati hari Sabat dan menyucikannya.
- Hormatilah ayahmu dan ibumu...
- Jangan membunuh.
- Jangan berzina.
- Jangan mencuri.
- Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu.
- Jangan mengingini rumah sesamamu...isteri...hamba laki-laki atau perempuan...lembu atau keledainya, atau apapun milik sesamamu (keluaran 20:3-17).
Agama Kristen
Agama kristen memiliki sejarah kekisruhan terlama didunia, meski diakui bahwa ajarannya bersumber dari Yesus (Nabi Isa a.s.) tetapi penelusuran sejarah menunjukkan bahwa peranan Yesus (Nabi Isa a.s.) dalam ajaran kristen masa kini sudah kehilangan eksistensinya, karena sebagian besar isi kitab Injil adalah tulisan seorang Yahudi yaitu Raul/Paul yang belakangan disebut sebagai Paulus.
Istilah Kristen sesungguhnya juga bukan berasal dari nama yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. (Yesus) istilah Kristen muncul dan erat hubungannya dengan peristiwa penyaliban Yesus (Cross-salib) dari istilah inilah kemudian muncul istilah Kristus (orang yang disalib) dan pengikutnya disebut sebagai umat Kristen. sementara sebutan Nasrani bagi penganutnya bersumber dari sejarah perjalanan Dakwah Yesus di tanah Nazareth (Nasharo). Sebagian lagi mengatakan Nazareth adalah tempat kelahiran Yesus. Akan tetapi sebagian orang Kristen menyangkalnya, menurut mereka Yesus lahir di Bethlehem. Hal ini dihubungkan dengan persoalan nubuat yang akan dibahas kemudian.
Yesus dan Paulus
Sebagian dari sarjana telah menitikberatkan perhatiannya pada tulisan-tulisan Paulus dalam Kitab Perjanjian Baru, yang dimulai oleh F.C. Baur dari Tübingen. Mereka mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru terdapat dua aliran yang sangat bertentangan satu sama lain, yaitu ajaran-ajaran Yesus dengan ajaran-ajaran Paulus. Bagi mereka, ajaran Yesus telah diubah oleh Paulus sedemikian rupa, sehingga pada hakikatnya Pauluslah yang merupakan pendiri agama Kristen yang dianut oleh banyak orang saat ini.
Ketika Yesus mengajarkan bahwa manusia dapat mencapai kerajaan surga dengan bertobat dan berbuat baik, maka Paulus mengatakan bahwa dosa manusia telah ditebus Yesus. Dengan menyadari dosa yang telah dilakukannya dan menyelami kejahatan manusia. Paulus mengembara meletakkan tiang-tiang agama Kristen dengan doktrin tentang Yesus sebagai penebus dosa, yang telah membebaskan manusia sejak jatuhnya Adam.
Ajaran penebusan dosa oleh darah Kristus atas umat manusia, suatu dosa yang menurut ajaran Gereja dibawa sebagai warisan turun temurun sejak jatuhnya Adam, yang merupakan bagian dari skema Tritunggal, kemudian ditentang pula oleh kaum Kristen sendiri. Pada abad kelima, Pelagius menyatakan dengan tegas di Roma, bahwa dosa adalah suatu perbuatan, bukan suatu keadaan setiap manusia bertanggung jawab atas dosanya sendiri. Dengan keyakinan yang sempurna Paulus mengajarkan Injilnya tentang Yesus yang tidak diajarkan Yesus dalam Injil-injil sinoptik.
Tatkala Yesus mengatakan dengan tegas kepada dua belas muridnya: "Jangan kamu menyimpang kejalan bangsa lain atau masuk kedalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 10:5-6) dan mengatakan "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius, 15:24).
Paulus kemudian menentangnya, karena kelemahannya (Isa a.s.) menghadapi orang Yahudi, dan kemudian ia mengembara kenegeri-negeri orang kafir. (Kisah Para Rasul, 22:18-21). Yesus yang sejak awal sampai akhir hidupnya bertindak sesuai dengan hukum Taurat, yang menyuruh manusia menaati Musa (Markus, 1:44) dan yang mengatakan:
"Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Matius, 5:17). Paulus dengan tegas menentang: "sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan dihadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa" (Roma, 3:20). "sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada dibawah hukum Taurat, tetapi dibawah kasih karunia" (Roma, 6:14). "sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus" (Galatia, 2:26).
Adanya pertentangan kedua injil ini Wrede berkata: "Maka terdapatlah suatu celah yang tak terhubungkan antara Yesus dan Paulus. Paulus adalah pendiri kedua dari agama Kristen. Pendiri kedua ini tidak syak lagi bertentangan dengan pendiri yang pertama dalam keseluruhannya dan yang terkuat - tetapi tidak lebih baik".
Teolog-teolog itu bertanya: hak apakah yang dipergunakan oleh Paulus untuk mengubah atau menghapus hukum Taurat, sedangkan dia bukanlah Kristus atau Messias, bukan Nabi, malah bukan murid Yesus. kekuasaan apa yang dipergunakannya untuk berkata: "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu" (Galatia, 5:2), sedangkan Yesus (Lukas, 2:21) dan seluruh muridnya bersunat.
Tritunggal
Dengan meragukan keaslian Injil, kaum terpelajar berpendapat, bahwa dogma Tritunggal dan skemanya, seperti penebusan dosa dengan darah Yesus (atonement) yang tidak dapat diterima oleh akal, bukanlah ajaran Yesus. Kaum terpelajar berpendapat bahwa ajaran Tuhan Bapa telah masuk kedalam ajaran Kristen dari paham Yunani. Mitos Yunani mengenai istilah Zeus-Pater atau Yupiter sebagai Tuhan Bapa.
Demikian pula tentang penjelmaan Tuhan kedalam tubuh manusia yang merupakan ajaran Yunani, telah masuk pula kedalam ajara agama Kristen. Dalam ajaran agama Kristen, meskipun ibu Yesus yang bernama Maria bersuamikan Yusuf situkang kayu, tetapi sebelum Maria kawin dengan Yusuf, yaitu sejak mereka bertunangan, Maria telah mengandung dan melahirkan Yesus. Dan Yesus adalah anak Tuhan. Menurut sarjana-sarjana, cerita ini sama dengan cerita Herkules sebagai anak dari Tuhan Bapa yang bernama Zeus-Pater.
Ibu Herkules, Alkmene, telah mengandung dan melahirkan anak (dengan Tuhan Bapa) yang bernama Herkules. Jadi kedua-duanya, Yesus dan Herkules, beribu manusia tetapi berayahkan Tuhan Bapa. Kedua-duanya adalah Anak-Tuhan, keduanya adalah Tuhan.
Anehnya kedua cerita ini bersamaan pula dengan dongeng atau cerita agama Hindu. Krishna, juga beribukan manusia, yaitu Devanaki, penjelmaan dari Wishnu sebagai anak Tuhan dan ayahnya adalah juga Tuhan Bapa atau Zupitri, yaitu Brahma. Krishna adalah Tuhan atau anak Tuhan, tepat seperti Kristus. Para ahli sejarah agama Jerman, seperti Bruno Freydank, Prof. Rudolf Seydel, Dr. Hubbe-Scheiden, Th. Schultze, K.E. Neumann membuktikan pula bahwa sebenarnya agama Kristen mempunyai hubungan erat dengan Hinduisme.
Mereka memastikan bahwa agama Kristen tumbuh dari Hinduisme dan Budhisme.
Ini dapat diterangkan menurut persamaan dengan apa yang kita temui dalam cerita Herkules; Bapanya bernama Zeus, namun ayahnya-manusianya adalah Amphitryon. Demikian pula Yesus, menurut Matius, disamping Anak Tuhan juga disebut anak Yusuf. Dongeng Herkules tertua menyebut Amphitryon disebut tunangan Alkmene. Demikian pula yang dikhotbahkan dalam Injil Matius.
Persamaan ajaran-ajaran dan dongeng-dongeng Yunani dengan ajaran-ajaran Gereja begitu banyaknya, sehinggga sebagian besar sarjana berpendapat bahwa cerita-cerita dalam Injil-injil itu pada hakikatnya adalah mitos-mitos yang dibuat-buat manusia.
Sebagian kristolog membuktikan bahwa ada hubungan antara ajaran-ajaran Kristen dengan dongeng Yunani, maka sebagian lagi membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara dongeng-dongeng Hindu dan ajaran-ajaran Gereja. Bagi mereka, ajaran-ajaran dan mitos Hindu telah dipakaikan busana dan perhiasan Barat serta dinamakan agama Kristen, tetapi kerangka dasarnya tetap ajaran Hindu. Th. J. Plange berkata:
"kita tidak mendapat kabar baru tatkala kita mendapatkan bahwa penjelmaan Tuhan menjadi manusia, yaitu turunnya Tuhan keatas bumi untuk menebus dosa makhluknya, yang dasarnya agama Hindu. Setiap orang akan mengetahui apabila mereka membaca buku Hindu. Seterusnya kitab-kitab suci agama Kristen diambil dari dongeng-dongeng Hindu, dari cerita Krishna dan Budha, adalah sangat mungkin dan dapat dianggap hampir pasti. Dalam penyatuan kedua dongeng-dongeng keagamaan dari India yang penting ini, dengan mudah kita menemukan lagi seluruh bagian keempat Injil Kristen yang penting itu.
Akhirnya terbukalah rahasia kepada para Ahli ini. Memang bahasa Sansekerta serta dongeng-dongengnya bersamaan dengan bahasa serta dongeng-dongeng Yunani. Kedua aliran ini, Yunani dan Hindu, dalam ukuran tertentu, telah mempengaruhi agama Kristen. Namun yang menjadi pertanyaan ialah, bagaimanakah ajaran-ajaran dan mitos-mitos ini memasuki Perjanjian Baru? Banyak sarjana mengemukakan pendapatnya.
David Friedrich Strauze mengatakan bahwa mitos-mitos dalam Perjanjian Baru timbul karena kehendak penulis-penulis Injil, bahwa nubuat dalam Perjanjian Lama harus dipenuhi. Begitu juga keajaiban Yesus, katanya, merupakan penjelmaan-penjelmaan dongeng. Dikemukakannya dalam bukunya 'Das Leben Jesu' atau 'Riwayat Hidup Jesus', bahwa riwayat Jesus terbagi dalam dua bagian, yaitu "Yesus dalam batas-batas sejarah" dan "riwayat dongeng Yesus dalam kejadiannya dan pertumbuhannya" yang terakhir ini menerangkan bagaimana timbulnya dongeng Yesus sebagai Anak Tunggal Tuhan yang turun untuk menebus dosa manusia, dari mana asalnya ceritera bintang yang jalan dilangit dan berhenti ditempat kelahiran Yesus, bagaimana timbulnya pemenuhan nubuat dalam Perjanjian Baru yang dipaksakan; karena Messias yang dijanjikan itu haruslah anak Daud, maka penulis Injil telah membuat kesalahan ketika mengatakan bahwa bapak Yesus adalah Yusuf, tunangan Maria yang berasal dari turunan Daud, sedangkan Yusuf bukanlah ayah Yesus, sebab Yesus telah dinyatakan sebagai Anak Tuhan Bapa oleh penulis Injil.
Demikian pula Strausz berpendapat, bahwa ia juga membuktikan bahwa Perjanjian Baru bukanlah merupakan pencatatan kitab pada zaman Yesus, tetapi baru ditulis lama berselang setelah Yesus wafat. Ia mengatakan bahwa mitos-mitos itu timbul secara tidak disadari.
Perjanjian Baru ditulis dengan tambahan mitos-mitos yang secara tidak sadar dibentuk dalam masyarakat Kristen, sebagai pernyataan untuk memenuhi kedatangan Messias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama...Menurut Strausz, tatkala orang datang menemui Yesus, mula-mula dalam jumlah sedikit, kemudian banyak, mereka berpikir bahwa segala sesuatu harus terjadi padanya sebagaimana yang dinubuatkan dan diterangkan dalam Perjanjian Lama...Karena Messias itu haruslah anak Daud sebagaimana yang dinubuatkan Mikha, maka ia harus dilahirkan di Bethlehem. Karena Musa telah melakukan keajaiban-keajaiban, maka Yesus harus pula melakukan keajaiban-keajaiban. Karena Yesaya meramalkan bahwa pada masa itu orang buta akan melihat, orang tuli akan dapat mendengar, orang lumpuh akan meloncat seperti rusa jantan dan lidah orang bisu akan dapat berbicara, maka orang-orang telah mengetahui sampai kedetil-detilnya keajaiban-keajaiban apa yang harus dilakukan Yesus, kalau beliaulah Messias yang dinanti-nantikan itu. Sedangkan sarjana-sarjana yang dipelopori Bauer berpendapat bahwa Philo-lah yang turut bertanggung jawab membentuk medium yang memperkenalkan unsur-unsur Yunani seperti Plato (428-389 Seb-M),
Heraklitus dan aliran Stoa kepada agama Kristen. Orang Yahudi dari Alexandria inilah yang turut serta membentuk wadah agama Kristen dengan memadukan ajaran-ajaran Yunani itu dengan ajaran Yahudi, yang kemudian 'dijiplak' oleh penulis Injil. Karya Philo adalah sumbangan pendahuluan ajaran Yahudi kepada ajaran Kristen; filosof Yahudi ini telah mengerjakan falsafah Yunani sedemikian rupa, sehingga merupakan bentuk awal agama Kristen, dengan melanjutkan karya-karya Heraklius, Plato dan aliran Stoa.
Kisruh mengenai Tritunggal bermula dari filsafat Neoplatonisme yang telah dimasukkan ke dalam Injil Yohanes dengan mengambil istilah "Logos" yang berasal dari Plato itu, sebagai Tuhan yang menjelmakan dirinya menjadi manusia. Unsur-unsur Neoplatonisme yang paling mencolok dapat dipelajari dari Injil Yohanes. Injil ini paling menarik, karena timbulnya lama sesudah Masehi, dan terpisah, tak bersamaan isinya dengan ketiga Injil Sinoptik, Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas. Oleh karena itu mereka memastikan bahwa Yohanes ini bukanlah murid Yesus, melainkan seorang yang tidak pernah dikenal pada zaman Yesus.
Tatkala Yohanes memulai Injilnya dengan "Pada mulanya adalah Logos (Kalam atau Firman)... Dan seterusnya, maka sesungguhnya Yohanes tidak menulis suatu penyaksian mata tentang perbuatan dan ajaran Yesus, karena teori Logos ini bukanlah tradisi Perjanjian Lama, melainkan dari bahasa filsafat Yunani. Dengan kata-kata ini Yohanes telah membawakan filsafat Neoplatonis dari Philo dan lainnya. Mereka telah mengacaukan perkataan 'firman' dari Perjanjian Lama dengan 'Logos' dari Plato dan kaum Platonis.
Kata 'firman' dalam Perjanjian Lama yang berbunyi "Oleh firman Tuhan, langit telah dijadikan" (Mazmur, 33:6) disamakan oleh kaum Neoplatonis dengan Logos lalu dimasukkan oleh penulis-penulis Injil kedalam Perjanjian Baru. Firman atau perintah Tuhan telah dijadikan Logos atau Tuhan itu sendiri, "yang segala sesuatu dijadikan oleh Dia." Logos atau Tuhan itu sendiri telah menjadi daging atau manusia sebagaimana bunyi Injil Yohanes. Dengan filsafat tersebut, Yesus telah dijadikan daging penjelmaan dari Logos.
Yesus telah dijadikan Anak Tuhan yang oleh karenanya adalah Tuhan juga. Sementara doktrin Tritunggal sendiri diperoleh dari Injil Yohanes "Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di surga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu..." (Yohanes 1: 5-7).
Yang paling mengejutkan ialah, ajaran penjelmaan Tuhan menjadi manusia merupakan wujud inkarnasi, adalah paham inkarnasi dalam ajaran Hindu. Sehingga tak pelak lagi mereka berkesimpulan Injil Yohanes ini jelas memasukkan paham ajaran Hindu kedalam doktrin Kristen melalui filsafat Yunani. Disamping ajaran-ajaran Tritunggal, ajaran penebusan dosa dan sebagainya, juga sakramen, berasal dari Hinduisme, yang membaptiskan anak yang baru lahir disungai Gangga atau dengan air suci.
Origenes (185-254), seorang Bapak Gereja di Alexandria, umpamanya, malah mempercayai ajaran-ajaran reinkarnasi Hindu. Para ilmuwan menyelidiki dan mengambil kesimpulan bahwa misi-misi agama Hindu telah sampai ke Yunani maupun Alexandria, sebelum Yesus lahir (O. Hashem: 1984).
Kisruh mengenai Tritunggal kemudian meluas dengan dilakukannya kongres-kongres (Konsili Nisea) untuk membahas mengenai ketuhanan Yesus mencapai waktu berabad-abad lamanya dan menimbulkan perpecahan dan pembunuhan-pembunuhan bagi pihak yang tidak sepakat pada aliran yang berkuasa. Berbagai rentetan fakta sejarah dan peristiwa diatas memberi pelajaran bagi kita bahwa, semakin jelas keberadaan agama Kristen tidak lagi dapat dipertahankan argumennya bahwa ia juga termasuk agama wahyu.
M. Hasan