Hari ini tepat tanggal 31 Mei 2011 adalah hari jadi kota SURABAYA ke 718 tahun, setahun yang lalu saya pernah menulis sedikit tentang sejarah tentang kota Surabaya. Lebih tepatnya tentang sejarah makna sebuah kata.
Saya di takdirkan oleh Sang Penguasa Takdir untuk menjadi Arek Suroboyo ASLI. Ibu saya yang cantik & sexy asli orang Surabaya dan Bapak saya yang ganteng & gagah juga asli Surabaya, jadi yang mengalir didalam tubuh saya adalah 100% murni darah Surabaya. Saya pun bangga jadi Arek Suroboyo !!!.hehehe…
Di Surabaya ada kosa kata ajaib, dimana sampai sekarang para ahli filsafat dan ahli tata bahasa tidak sanggup menemukan secara pasti apa filsafat dan makna sesunguhnya dibalik kata ajaib ini. Akhirnya hasilnya adalah berupa pemikiran dan pendapat saja dan itu sesuatu yang sah-sah saja, seperti hal nya tulisan saya ini. setuju syukur gak setuju ya syukur….lah wong ini tulisan-tulisan saya kok, yo sak karepku toh. hahaha…
Kata ajaib itu adalah JANCUK !!!…Kata JANCUK itu asli produk dari rahim orang Surabaya dan meluas sampai di Jawa Timur bahkan sudah meNasional. Maknanya pun tidak diketahui pasti. Kata JANCUK ini pernah di diskusikan di berbagai forum dan hasilnya pun bermacam-macam, ada yang berpendapat karena kata JANCUK dekat dengan kata NGENCUK (bersetubuh) kemudian di hubung-hubungkan jadilah kata JANCUK ! yang berarti JAran NgenCUK (Kuda yg bersetubuh). Dan juga ada yang mengartikan JANCUK itu dengan JAjaN pinCUK, Jajan = Kue dan Pincuk = Pembungkusnya, biasanya menggunakan godong gedang (daun pisang). Akhir-akhir ini, sekali lagi muncul penafsiran baru tentang kata JANCUK, namun kali ini penafsirannya menuju pada nilai-nilai sejarah yang positif, JANCUK berasal dari bahasa arab Da’suk, artinya tinggalkan yang buruk, sejarahnya masih berhubungan dengan perjuangan Dakwah Wali Songo, lebih tepatnya Sunan Ampel, yang konon ketika awal-awal masuk Nusantara beliau masih menggunakan dialek bahasa arab. Da’suk apabila di-Suroboyo-kan menjadi dancuk atau JANCUK dandanono cucuk. Maksudnya perbaiki lisan. Ini sama sperti kereta basa pada kata Solat, ngrekso ilat, menjaga lisan.
Karena banyaknya penafsiran tersebut, akhirnya aku membuat kesimpulan bahwa Kata JANCUK tidak mempunyai makna yang pasti. Kata ini hidup dalam “ruang”. Cara mengucapkan dan siapa yang dituju dapat menentukan maknanya. Kata JANCUK seolah terbelah di antara dua makna. Sebagai ungkapan keakraban dengan teman serta sodara, bisa juga sebagai ungkapan luapan kemarahan/kebahagian pada seseorang atau suatu peristiwa.
Contoh :
1. JANCUK piye kabare suwi gak ketemu ? (Bagimana kabarmu lama tidak bertemu ?) ini adalah sebuah ungkapan keakraban. kepada seorang kawan/sodara yg lama tak berjumpa
2. JANCUK matamu teleh endi ? (Matamu di taruh dimana ?) ini adalah ungkapan kemarahan.
3. JANCUK cek ayune seh arek iku ! (cantik banget sih anak itu) ini adalah ungkapan kekaguman.
Kata JANCUK itu juga bisa menjadi senjata bagi orang Surabaya, loh kok bisa? Ya bisa saja, Wong Arek Suroboyo kok..Hahaha.Surabaya memang tidak mempunyai senjata tradisional seperti di daerah-daerah lain di Nusantara Ini. Senjata asli arek Suroboyo itu ya NEKAD plus mulutnya yang JANCUK itu, jadi orang Surabaya cukup menggunakan kata JANCUK untuk membakar semangat juang sekaligus menusuk dan melumpuhkan para penjajah.
Kata JANCUK itu juga bisa menjadi terapi. Loh kok bisa? Ya bisa saja, Wong Arek Suroboyo kok…hihihi. Misalkan kalian sedang tertekan dan setres menghadapi suatu masalah coba saja bilang JANCUK berkali-kali, luapkan beban kalian…Secara psikologis hal ini mampu mengurangi depresi loh..
Kata JANCUK itu juga bisa menjadi sebuah sugesti untuk membangkitkan nyali/keberanian, Loh kok bisa? Ya bisa saja, Wong Arek Suroboyo kok..hahaha. Disaat kalian dalam keadaan ketakutan terhadap sesuatu teriakkan saja “JANCUK aku tidak takut !”… Tanamkan dalam mindset kalian, otomatis ketakutan dengan perlahan akan sirna dan akan tergantikan oleh keberanian dalam diri kalian, nggak percaya ??? Coba aja ! :D
Kata JANCUK adalah warisan budaya yang semestinya harus kita pertahankan dan lestarikan sebagai Arek Suroboyo, karena kata JANCUK memiliki artian yang sangat kaya di banding dengan kosa kata di daerah-daerah lain. kata JANCUK juga memiliki beberapa varian seperti jancok, djiancuk, dancuk dan mbokne ancuk.
Akan tetapi, umumnya orang jawa mengangap kalau dialek Arek Suroboyo itu dialek yang kasar, salah satunya contohnya seperti kata JANCUK ini, tapi justru itulah ciri khas maupun identitas dari Surabaya! Arek Asli Suroboyo terkenal tidak munafik, lugas, jujur, apa adanya, tidak basa basi, tidak pengecut, suka damai, tidak anarkis, nekad dan bernyali tinggi. Sangat mustahil pertempuran 10 November 1945 bisa dimenangkan tanpa karakter yang dimiliki Arek-Arek Suroboyo !.
Jangan ngaku-ngaku jadi Arek Suroboyo kalau kalian berjiwa anarkis, pengecut, munafik dan tak punya nyali/tekad yang kuat. Jadi di HUT Kota Surabaya yang ke 718 tahun ini mari kita bangkit bersama - sama untuk bangun kota Surabaya tercinta ini terlebih Negara Republik Insonesia ini agar lebih baik lagi, karena bukan tidak mungkin kelak Negara Republik Indonesia ini akan tampil sebagai Bangsa yang disegani di seluruh dunia di bawah kepeminpinan Arek Suroboyo !hahaaa…
Met Ultah unTuk Kota Surabaya yang ke 718 Th. Salam JANCUK !!!
*Tulisan ini saya transkrip ulang dari catatan facebook sahabat sekaligus guru saya “Wachyudi Budiman” dengan sedikit editan dan tambahan. Mungkin si empunya tulisan ini hanya akan berkata JANCUK ketika mengetahuinya. :D