Petra merupakan peninggalan kaum Nabatean, tempat inilah merupakan kota peninggalan kerajaan Nabatean. Mereka adalah bangsa Arab yang kreatif dan produktif dan tinggal di selatan Yordania. Ini bisa dilihat dari ukiran sebuah bukit gunung bebatuan yang dipahat menjadi sebuah kota. Ukirannya tak terkalahkan cantiknya dengan ukiran-ukiran jaman sekarang padahal mereka itu telah hidup 2000 tahun silam yang lalu. Selain sebagai arsitek juga menguasai perekonomian yang sangat maju. Dan menguasai jalur perdagangan dengan memungut cukai dan melindungi kafilah-kafilah yang membawa rempah-rempah, sutera India, gading Afrika dan kulit hewan.
Pada suatu saat kerajaan Nebatean pernah dikuasai oleh kerajaan Romawi, lalu menguasai Petra, ini terjadi pada tahun 106 Masehi, kemudian mengalihkan jalur kekuasaan perdagangan mereka ke Basrah (Iraq). Sehingga perekonomian mereka terabaikan. Dan Petra lenyap namanya dari bumi. Kemudian pada tahun 1812 M, David Robert berkebangsaan Swiss, menemukan kembali kota ini. Beliau menggap bahwa reruntuhan yang ada di Wadi Musa merupakan peninggalan kaum Nabatean.
Pata tahun 1924, para ahli Arkeology dari Inggris melakukan ekpedisi terhadap reruntuhan yang ada di Wadi Musa. Tempat ini sangat menarik sekali dengan ukiran bangunan yang ada pada bukit dapat menarik perhatian para arsitek jaman sekarang sehingga seni yang dipakai oleh kaum Nabatean ini dicontoh oleh mereka dalam membuat bangunan-bangunan bertingkat dengan ukiran yang khas. Tempat ini sangatlah jauh dari perkampungan, dan harus menelusuri jurang-jurang dan celahan tebing gunung yang tiingginya mencapai ratusan meter.
Mengubur Kota al-Batrâu (Petra).
Daulah al-Anbâth adalah satu suku Arab yang datang dari Jazirah Arab, dan tinggal didaerah padang pasir yang terletak ditenggara Palestina yang berbatasan dengan Hijaz (Arab Saudi) dan Wadi ‘Urbah dengan Lembah Siria dan Palestina. Daulah al-Anbâth adalah kerajaan al-Adumiyyah yang tegak berdiri didaerah ini dan bergabung dengan Daulah Anbâth al-Fâtihin yang pusat pemerintahannya di Al-Batrâu (Petra). Kerajaan ini berdiri disekitar abad keempat sebelum masehi. Kemudian kerajaan ini meluas sampai ke Damaskus, Madâin Shâlih dan tegak berdiri sampai kerajaan Rumawi dibawah kekuasaan al-Amrathur menaklukkan daerah ini 106 M.
Satu diantara dua kota yang disebutkan dalam al-Quran, mereka membangun rumah-rumahnya dari gunung-gunung batu yang dipahat, yang kokoh kuat, sehingga mereka sombong dan angkuh ketika nabi dan rasul datang menyampaikan risalah kepada mereka. Meraka itu adalah kaum Tsâmûd ummat nabi Shâlih yang terkenal-dengan Ashhâb al-Hijir, yaitu antara Syam (Siria) dan Madinah, dan di al-Batrâu atau Petra, 160 km dari Amman.Kami mengunjungi daerah ini sekitar Januari 1996.
Mereka memahat gunung-gunung untuk tempat tinggal dimusim dingin, sebagai benteng pertahanan dan penjagaan kesehatan dan keamanan serta memanjangkan umur. Perhitungan mereka rumah semacam itu aman dari roboh dan runtuh, aman dari terkena kejatuhan dari atas, aman dari azab dan aman dari mati terutama aman dari serangan musuh, karena jalan menuju Petra itu hanya satu jalan yang dbatasi oleh dua gunung, sedangkan kotanya dilingkari oleh gunung-gunung.
Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikam kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Âd dan memberikan tempat bagimu di bumi. kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.[Qs. 7 : 74 ]
Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. [ Qs. 15 : 82 ]
Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. [Qs. 26 :149 ]
Ketika Allah mengutus rasul-rasulnya ke Al-Batrâu ( Petra ), mereka menolak dan memusuhinya serta berusaha membunuhnya. Mereka sombong dengan kekayaan dan kemegahannya serta rumahnya yang kokoh kuat dan istananya yang megah-megah. Lebih-lebih bahwa rasul-rasul itu dianggap orang biasa saja yang miskin-miskin. Maka Allah menghancurkan mereka dengan angin topan dan badai padang pasir yang menyebabkan istana-istananya yang dilembah-lembah hancur berantakan sedang kota Al-Batrâu tertimbun padang pasir yang menyebabkan kebinasaan mereka.
Dalam sejarah, kota ini baru ditemukan pada abad kesembilan belas (abad ke 19), dari hasil penggalian, dan ketika kami berkunjung kesana tahun 1996, masih ada daerah yang belum tergali.
Kenapa Allah menghancurkan mereka :
1. Mereka mengkufuri Allah dan rasul-Nya, karena mereka sombong dengan kemampuan dan kekayaannya.
2. Mereka menolak setiap petunjuk dan ajaran para rasul-rasul terutama tentang keimanan kepada hari pembalasan yaitu akhirat.
3. Para pemimpinnya berlaku zalim dengan menindas rakyat kecil.
Iram Dzât al-‘Imad.
Qs.al-Fajar [89] : 6 -14, artinya :
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ‘Âd. (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi *[1], Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,Dan kaum Tsâmûd yang memotong batu-batu besar di lembah *[2], Dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, Karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.
* [1] Iram ialah ibukota kaum ‘Âd.
* [2] Lembah ini terletak di bagian utara Jazirah Arab antara kota Madinah dan Syam. mereka memotong-motong batu gunung untuk membangun gedung-gedung tempat tinggal mereka dan ada pula yang melubangi gunung-gunung untuk tempat tinggal mereka dan tempat berlindung.
Sebagian ulama berpendapat tempatnya di Iskandariah, dan sebagian menyatakan di Damaskus, sedang sebagian menyebut dekat Aden, yaitu antara Shan’a dan Hadhramaut, sedang ini yang lebih kuat. (Athlas al-Quran. Hal. 124.)
Dalam tafsir al-Thabâri ditambah lagi beberapa pendapat ialah :
Pertama : Iram berarti ummat.
Kedua : Iram berarti kuno.
Ketiga : Iram ialah satu suku dari kaum ‘Âd, dimana Iram adalah kakek dari ‘Âd.
Keempat : Iram ialah kaum yang dihancurkan.
Yang mendekati kebenaran ialah bahwa Iram adalah nama kota yang ditempati oleh kaum ‘Ad, dan sekali gus juga dinamakan kabilah dari kaum ‘Âd.
Adapun “ dzatul ‘imad “mempunyai banyak makna dan takwil :
Pertama : Kaum yang memiliki anggota badan yang tinggi-tinggi. Orang Arab kalau menyebut orang yang tinggi disebutkan “rajulun mu’ammadun“. Diriwayatkan bahwa tinggi mereka 12 hasta. Ini diriwayatkan oleh Qatadah.
Kedua : Bahwa mereka adalah kaum yang memiliki bangunan-bangunan rumah yang kokoh fundasinya dan tinggi-tinggi bangunannya. Tempat mereka bukan di Iskandariah sebagaimana banyak diungkapkan oleh mufassir, bukan juga di Damaskus, tetapi di Hadramaut sebagaimana diungkapkan oleh Allah surah al-Ahqâf [46] : 21 ;
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Âd yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di al-Ahqâf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar”.
Dudi Rochman