Seorang pria kelahiran Inggris menelusuri jejak Gajah Mada. Berbekal Serat Negarakretagama, ia menyangkal Sang Mahapatih Majapahit itu pernah bertapa di Madakaripura, air terjun yang dikeramatkan warga Probolinggo.
Patung pria itu duduk bersila di atas sebongkah batu. Dadanya dibiarkan terbuka. Hanya secarik kain menutupi bagian bawah tubuhnya. Sesekali angin dingin berhembus dari balik perbukitan yang berdiri di belakangnya. Tak jauh dari situ, mengalir air terjun Madakaripura.
Pria yang diam mematung itu tak lain adalah Gajah Mada, Mahapatih Majapahit yang kesohor hingga ke Kamboja. Menurut cerita, pengucap sumpah palapa itu pernah bertapa di bawah air terjun Madakaripura. Nah, patung itu dibangun untuk mengenangnya petilasannya.
Air terjun Madakaripura terletak di kaki Gunung Bromo, persisnya di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur. Akhir 2010 lalu saya ke sana dengan jeep trooper. Dari Bromo, perjalanannya sekitar 3 jam. Jalan menuju lokasi cukup curam dan harus benar-benar memperhitungkan cuaca. Sebab lokasi air terjun tak akan bisa diakses ketika hujan.
Dari patung Gajah Mada itu, lokasi air terjun masih sekitar 1,5 kilometer. Pengunjung harus berjalan kaki karena aksesnya hanya berupa jalan setapak dengan tebing di kiri-kanan. Tak hanya itu, pengunjung juga harus menyeberangi sungai selebar sekitar 5 meter yang dipenuhi batu. Meloncat dari satu batu ke batu lain sering tak terhindarkan.
Sungai ini kerap meluap saat hujan. Kalau sudah begitu pengunjung terpaksa harus balik kanan jika tak ingin keseret arus. Jika nekat menembus sungai pun masih harus menghadapi resiko lain: terjebak pusaran arus di sekitar air terjun utama.
Tapi perjalanan menyusuri jalan setapak plus menyeberangi sungai itu terbayar lunas ketika butir-butir air yang melayang dari atas bukit itu menerpa wajah. Ada beberapa air terjun di lokasi ini, masing-masing seperti selembar kain sutra raksasa yang menjuntai dari puncak bukit.
Eiit…jangan terpesona dulu. Tunggu sampai kamu melewati himpitan bukit yang menyerupai sebuah gerbang raksasa. Di balik bukit itulah air terjun Madakaripura bersembunyi. Ukurannya jauh lebih besar, lebih dramatis, dan lebih…bernuansa mistis.
Melihatnya dari bawah, Madakaripura –tingginya sekitar 30 meter– seperti kaleng raksasa. Atapnya hampir membentuk lingkaran. Dari sana mengalir ribuan kubik air. Nah, di salah satu sudut inilah Gajah Mada konon pernah bersemedi.
Tapi keberadaan Gajah Mada di Madakaripura ini dibantah Hadi Sidomulyo. Hadi adalah pria Indonesia kelahiran Inggris. Bersama seorang fotografer bernama Fendi Siregar, ia menelusuri jejak-jejak Gajah Mada, termasuk ke Madakaripura. Kisahnya ditulis Majalah Tempo edisi pekan ini.
Menurutnya toponimi –nama unsur-unsur rupabumi– di Madakaripura tak cocok dengan catatan dalam serat Negarakretagama yang ditulis Mpu Prapanca. Negarakretagama ditulis Prapanca selama ia mengikuti perjalanan Raja Hayam Wuruk ke sejumlah wilayah kekuasaan Majapahit pada 1359.
Perjalanan selama tiga bulan itu menempuh jarak sekitar 700 kilometer, dari pusat Majapahit di Trowulan ke arah timur di Blambangan. Selama perjalanan itu, Prapanca menulis banyak tempat dan menceritakan tempat-tempat yang disinggahinya.
Hadi, setelah menapak tilas ulang perjalanan Hayam Wuruk itu, menyimpulkan kota Madakaripura yang dimaksud Prapanca bukanlah Madakaripura yang berada di Probolinggo. Tempat pertapaan terakhir Gajah Mada, menurutnya, justru berada di Pasuruan. Oya, Madakaripura sendiri berarti tempat pertapaan Gajah Mada terakhir.
Mana yang benar?
_DW_
Dwi Agustiar