Beranda » Satanisme Majapahit

Satanisme Majapahit



Sebuah tulisan dengan judul yang cukup mengejutkan, yaitu “Satanisme Majapahit ” dipublikasikan dalam sebuah majalah kampus perguruan tinggi negeri ternama di Jawa Timur. Penulisnya adalah rekan mahasiswa jurusan Sejarah yang saya hormati.

Terlebih dahulu perlu ditekankan bahwa saya tidak berkehendak untuk open fire dengan penulis yang jauh lebih kompeten di bidang sejarah, terlebih bidang studi yang saya tekuni hanyalah Biologi. Tidak ada pula kehendak untuk membangun opini untuk menjatuhkan kredibilitas siapapun. Jadi semata saya yang dungu ini cuma ingin mengajukan beberapa bahan sebagai perbandingan tulisan beliau.

Tulisan ini juga saya tampilkan di Kompasiana, apa adanya sebagaimana yang tercetak dalam majalah untuk melihat bagaimana pendapat khalayak di luar kampus tentang tulisan tersebut. Saya tampilkan tulisan tersebut sebagai berikut.
Satanisme Majapahit

Dalam filem dokumenter karya Karkoons, satanisme merupakan landasan penting pada pembentukan dan perkembangan kebudayaan modern. Satanisme adalah suatu aliran yang mengagungkan setan (menganggap setans ebagais sesembahan yang harus dipuja dan diikuti). Alesiter Crowley adalah pelopor satanisme modern. Pada masa remajanya Crowley menjadi anggota Secret Order of the Golden Down. Dari kumpulan itulah ia mulai mencoba berhubungan dengan roh yang dikenalnya dengan setan dan ia menerbitkan buku pada tahun 1904 dengan judul Buku Hukum (The Book of the Law). Di bawah judul bab hukum Thelema, buku itu menyatakan bahwa buku ini meletakkan undang-undang tingkah laku yang sederhana, yakni “cinta adalah hukum, cinta dengan kehendak, jadi lakukan apa kehendakmu”. Hal itu yang menjadi landasan dari keseluruhan hukum dalam karya Crowley. Mulanya, tahun 1904 Crowley, setelah keluar dari Secret Order of the Golden Down, ia sering melancong ke luar negeri bersama Rose, istrinya hingga pada akhirnya ketika ia berkunjung ke Kairo, Mesir. Di Kairo ia sering melakukan ritual hingga masuk ke dalam piramida. Pada saat itulah Rose kerasukan roh yang mengatakan pada Crowley, “Dia menunggumu. Ia adalah dewa perang putra Osiris, yakni Horus”. Dengan adanya hal tersebut, Crowley mendirikan agama yang disebut Thelema. Dia menyembah dewa yang bernama Heru-Ra-Ha yang berarti Horus di horizon dan ia mendirikan loji Heru-Ra-Ha atau dikenal dengan istilah Ordo Templi Orientis (OTO).

Selain buku berjudul Buku Hukum, Crowley juga menulis buku yang berjudul Magic. Dalam buku itu dikatakan, orang akan menjadi jenius dalam musik dengan mempraktikkan satanismenya. Oleh sebab itu banyak sekali grup band rock and roll yang terkenal dengan mempraktikkan ajaran Crowley, seperti misalnya Led Zeppelin, Black Sabbath, AC/DC yang kebanyakan lagu karya-karya mereka menuntun para pendengarnya untuk mempraktikkan ajaran-ajaran sesat seperti seks bebas dan narkoba. Selain itu, dalam video clip yang mereka buat selalu menyuguhkan simbol-simbol mata satanisme, di antaranya adalah simbol mata satu yang melambangkan sang penyelamat umat manusia di akhir zaman kelak dan hal itu disamakan dengan sang Dajjal yang terdapat di beberapa ayat Al-Quran. Adapun salah satu simbol yang sering keluar di beberapa clip rocker dunia dan berkaitan erat dengan pembahasan kali ini adalah piramida terpancung atau piramida tidak sempurna seperti gambar di bawah ini (tercantum di majalah).

Simbol tersebut adalah Illuminati yang menggambarkan sebuah struktur kehidupan umat manusia di dunia. Dalam ajaran Hindu dikenal dengan nama stratifikasi sosial. Para Illuminati menggambarkan bahwa dunia ini belum sempurna dan menunggu kesempurnaan itu di akhir zaman kelak. Hal tersebut jika dilambangkan dengan bentuk piramida yang memiliki puncak runcing, maka puncak tersebut masih belum bisa digambarkan karena menunggu sebuah kelengkapan. Yang dimaksud hal itu adalah menanti sang penyelamat umat manusia sebagai pemimpin umat manusia di akhir zaman kelak sehingga puncak piramida yang dijadikan simbol tersebut dapat segera dilengkapi.

Para pengikut aliran satanis sangat mempercayai tentang kehadiran sang penyelamat dunia (mata satu) di akhir zaman kelak dan menyiapkan segalanya di dunia ini untuk menyambut datangnya sang penyelamat tersebut. Berhubungan dengan kebudayaan modern pada saat ini seperti yang telah diulas di awal, kebudayaan modern yang khususnya kebudayaan satanisme cenderung dianggap sebagai kebudayaan yang baru muncul dan belum ada sebelum diciptakan oleh Aleister Crowley.

Timbul pertanyaan yang sangat besar dari pernyataan tersebut. Apakah benar kebudayaan satanisme yang dianggap sebagai landasan kebudayaan modern tersebut baru muncul abad ke-19 sampai ke-20 di Eropa pada masa Crowley hidup atau justru sebelum itu sudah ada?

Dalam pengamatan, ditemukan sebuah kesamaan dari simbol kebudayaan satanisme yang terdapat pada masa Majapahit akhir di Nusantara. Sepintas jika diamati beberapa fenomena dari kebudayaan satanisme yang mengajarkan pada kebebasan menurut kehendak tercermin pada salah satu peninggalan arsitektur budaya pada akhir masa Majapahit. Fenomena yang dapat diamati dari kebudayaan modern hasil dari kebudayaan satanisme adalah hukum menurut kehendak sendiri bagi pengikut satanisme yang menghasilkan budaya seks bebas, narkoba, homoseksual, lesbian, dan penyimpangan-penyimpangan lain. Semua itu dapat ditemui melalui kajian relief dan arca yang terdapat pada candi Sukuh di daerah Jawa Tengah. Relief dan arca yang terdapat di sana kebanyakan menggambarkan hubungan seksual yang menggambarkan bentuk pemujaan pada setan.
1320287089225471074
Gambar tersebut adalah perwujudan dari simbol-simbol seksualitas (sebagai wujud kebudayaan modern) yang terdapat pada candi Sukuh.

Selain itu, simbol satanisme berupa piramida terpancung dapat diketahui melalui bentuk arsitektur bangunan yang terdapat di situs candi Sukuh, yakni pada gambaran candi induknya.

Sekilas diamati bahwa bangunan tersebut merupakan bentuk dari piramida tidak sempurna dan hal tersebut sama halnya dengan gambar piramida yang terdapat pada dolar Amerika yang merupakan simbol satanisme sebagai landasan kebudayaan modern.

Dengan adanya fenomena tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan modern yang selalu dianggap berasal dari Eropa ternyata tidak semuanya tepat. Hal itu terbukti dengan adanya situs yang terdapat di Sukuh, Jawa Tengah. Jika ditilik sedikit lebih ke atas dari Sukuh, juga akan dijumpai kebudayaan serupa berupa situs yang dikenal dengan nama situs Cetho. Dari beberapa bukti yang ada membuktikan pada masyarakat Indonesia bahwa tidak semua kebudayaan modern berasal dari Eropa dan munculnya pada abad ke-16 zaman Renaisans. Kebudayaan satanisme sebagai landasan kebudayaan modern ternyata sudah didapati pada masa akhir Majapahit di Nusantara dan hal itu dikenal dengan istilah Tantrayana.
—-//—-

Sebenarnya banyak yang bisa dianalisis dari tulisan tersebut, hanya saja saya secara pribadi memberikan penekanan pada aspek seks dan tantra saja. Bagi sebagian mahasiswa biologi seperti saya, perkara seks bukanlah hal yang tabu karena hal ini sudah menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan kami. Berikut adalah tanggapan singkat dari saya:

Candi Sukuh di masa lampau adalah lembaga pendidikan di mana para remaja diajari cara melakukan senggama secara aman dan higienis. Agama Shiva-Buddha adalah agama resmi Majapahit, oleh karena itu para siswa yang ingin mendalami dunia rohani atau meditasi, candi Sukuh menyediakan latihan-latihan Tantra yang dapat membantu mereka. Bila ada pendapat yang mengasosiasikan Tantra dengan seks memang ada benarnya juga. Tetapi Tantra adalah multifacet, seks adalah salah satu pintu untuk memasuki Tantra. Ada pula dimensi Tantra yang merupakan latihan-latihan rohani. Saya berharap penulis pernah mengetahui nyanyian Mahamudra dalam kisah Naropa dan Tilopa.

Lantas ada apa dengan seks? Menurut ajaran Tantra, untuk mencapai kesadaran rohani tidak perlu dilakukan dengan melepaskan keinginan duniawi. Pencapaian duniawi dan rohani bisa diupayakan dengan selaras. Hal ini disebabkan mereka yang telah mencapai kesadaran spiritual adalah mereka yang sudah puas dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan duniawi.

Manusia yang belum puas dengan obsesi duniawi tidak akan berhasil dalam menempuh jalan rohani. Bahkan tidak akan ada kemungkinan untuk meningkat sedikitpun karena akan terjadi penarikan dari alam bawah sadar manusia. Para rohaniwan yang akhirnya ketahuan ”macem-macem” sebagaimana sering diberitakan di media adalah mereka yang belum terpuaskan hasrat duniawinya. Oleh karena itu kepuasan badaniah tidak bisa dikesampingkan. Sifat-sifat hewani dalam jiwa manusia tidak dapat dieliminir, ditiadakan; akan tetapi bisa dilokalisir.

Seks mengawali kehidupan manusia, merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Kita semua tercipta dari hubungan seks kedua orang tua kita. Hal inilah yang melahirkan candi Sukuh dan Kamasutra (di India). Ajaran candi Sukuh dan Kamasutra masih relevan hingga saat ini. Postur-postur senggama yang ditampilkan keduanya bermanfaat untuk menghindari kejenuhan dalam senggama.

Oleh karena itu bila penulis yang menyatakan bahwa ”….Relief dan arca yang terdapat di sana kebanyakan menggambarkan hubungan seksual yang menggambarkan bentuk pemujaan pada setan….”, mohon para pembaca turut memberikan tanggapan.

Salam hormat saya pada penulis _/_ Terima Kasih

Moch. Haikal





Powered by Blogger.