Masalah yang menjadi sorotan dan menjadi sasaran tembak dari Sunni terhadap Syiah adalah nikah mut’ah, Al-Quran yang berbeda, taqiyah, tidak percaya pada hadis Muslim dan Bukhari, membenci sahabat dan ulama Sunni. Bahkan, dianggap agen zionis Israel dan Amerika.
Kalau dilihat dari fakta, justru yang menentang Amerika dan Israel adalah orang-orang Syiah dari Lebanon, Iran, dan Irak. Sangat tidak mungkin kalau agen menentang komando dari yang dijadikan sandaran dalam kegiatannya. Dibandingkan negeri-negeri Arab yang mayoritas mazhab Sunni, justru negeri-negeri yang dihuni Muslim Syiah yang berani melawan Israel dan Amerika. Negeri-negeri Arab malah mendukung Israel atau Amerika dengan membiarkan warga Palestina diusir dari negerinya.
Saya pernah membaca buku Pelangi Di Persia karya Dina Y. Sulaeman yang menyebutkan bahwa Muslim Sunni Iran tinggal di Provinsi Shiraz dan Sanandaj. Mereka mayoritas di sana dan punya masjid-masjid yang besar. Pada dua provinsi itu sering terjadi Muslim Sunni melakukan pernikahan dengan Muslim Syiah.
Di negeri yang mayoritas Syiah tersebut jelas bahwa kaum Sunni dapat hidup layak dan terjadi pembaruan di antara keduanya. Di Bahrain, Muslim Syiah justru yang kini tertindas dan tidak mendapatkan penghidupan yang layak dari pemerintah Bahrain yang dipegang orang-orang Sunni. Karena itu, berita atau isu-isu yang mencitrakan Muslim Syiah sebagai orang-orang yang haus darah dan membenci Sunni perlu dikaji ulang.
Mengenai Al-Quran yang berbeda, tampaknya hanya sebagai taktik untuk menunjukkan Syiah bukan bagian dari Islam. Sampai sekarang ini, Al-Quran yang ada di Iran, Irak, dan Arab Saudi sama. Bedanya dari desain dan corak serta warna dalam cetakannya. Tafsir Al-Mizan karya Allamah Muhammad Husain Thabathabai, seorang ulama Syiah abad duapuluh Masehi, menafsirkan Al-Quran Mushaf Utsmani yang tiga puluh juz. Bahkan, Nabhan Husen dari Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Indonesia mengakui kalau Al-Quran yang digunakan Muslim Syiah sama dengan Al-Quran yang beredar dan digunakan umat Islam Indonesia.
Ada yang beranggapan bahwa Syiah memiliki Al-Quran sendiri yang disebut Mushaf Fathimah atau Mushaf Imam. Yang disebut bukanlah Al-Quran, tetapi kumpulan hadis yang diterima Fathimah Azzahra dari ayahnya, Rasulullah saw. Kalau kita mendengarkan tilawah murotal Thabathabai, doktor cilik dari Iran yang hafidz Al-Quran dan mampu menjelaskan kandungan ayat-ayat Quran, ayat yang dibacanya persis sama dengan Quran yang digunakan umat Islam Indonesia.
Muslim Syiah mengkafirkan sahabat. Dalam pergaulan saya dengan para pengikut Ahlulbait atau Syiah, belum ada yang melakukannya. Malahan yang sering didengar dan dibaca pada catatan di internet malah sebaliknya dari Wahabiyah yang mengabarkan yang tidak benar berkaitan dengan Syiah dan Ahlulbait.
Said Aqil Siradj menyampaikan bahwa dalam pertemuan Sunni-Syiah di Doha, Qatar, bahwa Syaikh Yusuf Qardhawi, Wahbah Zuhaili, dan Ali Syabuni yang mewakili Sunni meminta ulama-ulama Iran yang hadir untuk mengucapkan radhiyallahu anhu dan radhiyallahu anha kepada para sahabat dan istri-istri Nabi. Ayatullah Ali Tashkiri dari Iran melakukannya bersama sejumlah ulama Syiah. Tampaknya kabar yang tidak seimbang telah menyebar pada kalangan umat Islam Indonesia sehingga citra Syiah tidak muncul sesuai dengan kenyataannya.
AHMAD S