Ada struktur ruang dan di bagian dalam yang membentuk sudut lancip
Tim geolog kembali meneliti situs megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Kamis 21 Juni 2012. Dalam penelitian kali ini, tim kembali memindai gunung itu dengan georadar dan geolistrik.
Kordiator tim, Danny Hilman Natawijaya, mengatakan, pemindaian kedua ini untuk mengetahui sebuah anomali, berupa konstruksi teratur dari peradaban yang berbeda.
Pemindaian pertama dilakukan di sebelah timur, sejajar dengan teras kelima dalam kondisi vertikal. “Dari hasil pemindaian pertama pada bulan lalu kita menemukan ada struktur ruang dan di bagian dalam yang membentuk sudut lancip,” kata Danny.
Dia menjelaskan, pada pemindaian pertama ditemukan susuanan batu bersudut pada kedalaman 8 hingga 15 meter. Temuan ini menjadi tanda tanya besar bagi tim geolog untuk melakukan penelitian lanjutan. Tim peneliti akan mencari kepastian luasan dari anomali yang berada di dalam situs Gunung Padang itu.
Pemindaian kedua dilakukan pada Kamis 21 Juni 2012 kemarin. Tim georadar yang dibantu 10 warga setempat melakukan pemindaian sejak pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pemindaian dilakukan di tebing bagian timur dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan Gunung Padang dengan kecuraman sekitar 70 drajat.
Pemindaian dilakukan secara vertikal dan horisontal. Titik pemindaian kali ini bergreser sekitar 10 meter dari lokasi pemindaian pertama. Pemindaian kali ini memasuki area yang lebih luas, terutama jarak horisontalnya yang memanjang dari teras kelima hingga teras kedua.
“Kita ingin memastikan semua. Ini bagian dari pembuktian berbagai teori dan persepsi yang berkembang, terkait perdebatan adanya ruang kosong di dalam bagaian konstruksi yang ada saat ini,” ungkapnya.
Danny menambahakan, sebenarnya keberadaan ruang kosong ini telah diperkirakan sejak lama. Saat melakukan pengeboran di teras ke tiga beberapa bulan yang lalu, tim menemukan ruang kosong yang berisi pasir selain struktur bebatuan yang mempunayi jenis sama.
Saat ini, lanjut Danny, jenis pasir masih dalam penelitian dan belum bisa ditentukan. Menurut spekulasi sementara, pasir diduga berasal dari sungai yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi gunung pada saat ini. Pasir-pasir itu, menurut Danny, tidak mungkin bisa begitu saja tiba ke dalam bangunan. “Ini membutuhakan bantuan, siapa yang memasukan ini menjadi tanda tanya. Karena ini bukan proses salami,” katanya.
Menurut Danny, hasil pemindaian yang dilakukan pada Kamis kemarin belum bisa diketahui hasilnya. Pemindaian akan dilakukan kembali hari ini, Jumat 22 Juni 2012. Hasil pemindaian ini akan diteruskan oleh tim arkeologi untuk memperkuat pembuktian.
Ada Ruangan & Timbunan Logam di Gunung Padang
Arsitektur Gunung Padang diduga sama dengan Machu Pichu di Peru
Berdasarkan analisis bentang alam, Gunung Padang bukan intrusi batuan beku atau sebuah gunung api purba.
Pencitraan bawah permukaan Gunung Padang dengan memakai GPR (Ground Penetration radar), Geolistrik, dan Geomagnet tidak menunjang ke arah dugaan bentukan proses geologi. “Tapi malah lebih mengindikasikan suatu struktur bangunan buatan manusia,” demikian disampaikan tim dalam siaran pers yang diterima VIVAnews, Kamis 21 Juni 2012. Tim mengaku sudah memakai teknologi yang paling mutakhir.
Dari penelitian itu, di bawah situs ditemukan ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters, berwarna merah, dengan tebal sekitar 20-30 meter, miring ke Utara. “Tapi uniknya bagian atas lapisan ini seperti terpancung rata di kedalaman 20 meteran dari puncak dan membaji pas di ujung selatan situs.”
Ini kuat mengindikasikan bahwa dari kedalaman 20 meter ke atas merupakan struktur bangunan yang dibuat manusia. Lapisan high resistivity biasanya adalah batuan keras massif – seperti batuan andesit-basalt.
“Kemudian yang lebih mencengangkan lagi di bawah lapisan merah ini juga kelihatannya sukar untuk dikatakan bentukan geologi.”
Juga ditemukan struktur high resistivity, batuan keras, yang berbentuk seperti cekungan atau “cawan raksasa”. “Posisi cawan ini kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau setara dengan level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs.”
Tim juga kemudian melakukan survei geolistrik 3-D di atas situs yang dimaksudkan untuk mendapatkan sub-surface structure yang lebih detil sampai kedalaman 25 meteran. Survey 3-D berhasil meng-iluminasi struktur di bawah situs dengan baik.
“Salah satu hasil yang membuat kami terperangah adalah kenampakan tiga tubuh “very-high resistivity”.” Dalam konteks-nya dengan struktur disekitarnya yang paling mungkin adalah merupakan ruang kosong atau chamber.
Dimensi chamber tersebut kelihatannya sangat besar. Ada satu yang kira-kira berukuran 10x10x10 meter. Hasil survei geomagnet juga memperlihatkan ada anomali magnetik yang tinggi di beberapa lokasi. Salah satunya yang besar terletak persis disamping struktur yang diduga chamber besar. “Anomali magnetik tinggi bisa berasosiasi dengan timbunan barang-barang terbuat dari bahan metal atau logam.”
Hasil sementara analisis carbon radiometric dating dari banyak serpihan arang yang ditemukan di kedalaman sekitar 3,5 meter, menunjukkan umur carbon dating sekitar 5.500 tahun lalu yang kalau dikonversikan ke umur kalender adalah sekitar 6.700 tahun BP atau sekitar 4.700 SM.
“Seorang arsitek yang meriset di Gunung Padang berpendapat bahwa penataan tumpukan batuan di Gunung Padang bukan pekerjaan sembarangan tapi hasil olah arsitektur yang luar biasa.”
Setelah dilakukan studi banding ke Machu-Pichu, bangunan Piramid Inca di Peru, dia berkesimpulan bahwa desain arsitektur Gunung Padang persis sama dengan Machu Pichu yang dibangun jauh lebih muda, sekitar 1.400 AD.
Penemuan di Gunung Padang ini sudah berhasil membuktikan hipotesis Tim tentang keberadaan peradaban tinggi pada masa pra-sejarah yang bahkan jauh lebih tua dari peradaban piramida di Mesir. “Ini tentunya merupakan penemuan yang sangat monumental yang perlu ditindaklanjuti dengan cepat dan cermat.”
[Sumber: vivanews]