Semua berawal ketika saya melihat sebuah papan merek berwarna putih, ukuran 1 meter persegi yang terbuat dari besi dan plat, tinggi sekitar 1 meter dari permukaan tanah, dipingir jalan poros antara Desa Tuo dan Desa Nilo Dingin, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
Ditengah merek tersebut saya membaca tulisan nama yang cukup besar “BATU LARUNG, SITUS NILO DINGIN”, diatasnya tertulis, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi, Wilayah kerja Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Kepulauan Bangka Belitung.
Bagi orang yang pertama kali membaca merek begini pastinya desar-desir, penasaran dan bertanya-tanya, seperti apa sih batu larung itu? Hmmmm..
Rasa penasaran ternyata menyerang saya juga, bahkan lebih kuat dari yang saya kira, apalagi saya waktu itu hanya seorang diri melintas dengan sepeda motor, siapa yang mau ditanya coba?
Dari dulu Batu Larung cuma dengar cerita aja, sekarang saya sudah berada di depannya,
ahhh,,dalam hati kenapa mesti banyak berpikir, daripada berperang dengan penasaran mending parkirkan motor dan segera pecahkan penasaran ini.
Setelah memarikirkan motor, saya kemudian menyusuri jalan yang berada dibelakang papan merek ini, dikiri-kanan spanjang jalan ditumbuhi tanaman kulit manis yang sudah cukup tua, kemudian ada juga tanaman kopi, kedua jenis tanaman ini memang sering dilihat disekitaran wilayah ini, rasanya menjadi tanaman andalan bagi sumber ekonomi masyarakat desa disini.
Wuih..tidak terasa saya sudah berjalan kurang lebih 15 menit, jalan disini sedikit basah dan becek, wajar, karena musim hujan dan tanah.
Hmmm…
Steah 15 menit berjalan dari kejauhan saya mulai melihat seperti ada rumah di depan sana, saya kemudian mempercepat langkah dan akhirnya sampailah di depan tempat yang saya anggap rumah tadi.
Selanjutnya saya bermalam di desa Nilo Dingin, salah satu desa asli yang berada dibawah kaki Gunung Masurai dan Gunung Nilo, jadi kebayang deh suhu disana, dingiiiiiiiiiiiin sob !
Di desa ini, besoknya saya ngobrol dengan salah satu orang tua atau yang biasa disebut dengan Datuk, umurnya sudah 80 tahun, saya kemudian bertanya-tanya tentang sejarah atau cerita terkait Batu Larung ini, setidaknya versi masyrakat setempat.
Dari pembicaraan singkat bersama Datuk, saya mendapatkan keterangan bahwa batu larung ini sudah lama sekali ada, menurut cerita turun temurun Batu Larung sudah ada sebelum penjajahan belanda dulu, kalo belanda (VoC) masuk ke indonesia abad 16-an, berarti batu larung sudah ada sebelum abad 16, waw…udah lama juga ya..!
Trus waktu belanda masuk kedaerah ini konon ceritanya sempat mau membawa atau mengambil batu ini, tapi berhasil dicegah oleh masyarakat.
oh ya, batu larung ini menurut Datuk dari dulu hingga sekarang masih ditempat yang sama loh..!
Batu Larung selain di Desa Nilo Dingin juga ada di desa tetangga yaitu Dusun Tuo dan sekitarnya, Desa Tuo sejak jaman belanda menjadi salah satu pusat pemerintahan Marga Pratin Tuo, yaitu system pemerintahan dan adat yang masih berbasis Marga, sejak adanya sistem pemerintahan desa Marga Pratin Tuo sekarang menjadi 7 (tujuh) Desa, antara lain desa Nilo Dingin dan Dusun Tuo ini, bukti-bukti peninggalan belanda masih terlihat dengan jelas di desa Dusun Tuo ini, Penasaran kan? Makanya lihat aja sendiri kesini,..!! gratis kok,
willy jambi
email : willy_jambi@yahoo.com, Kontak : +62 0852 7373 9383