Beranda » Mengapa di Indonesia Freemason Didiskriditkan dan Dihujat?

Mengapa di Indonesia Freemason Didiskriditkan dan Dihujat?



Bila kita berselancar di dunia maya tentang Freemason dalam bahasa Indonesia, kita dapat menemui beribuan artikel yang menghujat Freemason. Isi hujatan bermacam-macam mulai dari agen rahasia Yahudi berbahaya, hingga kelompok dajjal jahiliah yang harus ditumpas. Tetapi kita sangat jarang bahkan tidak akan menemui yang menjelaskan apa sesungguhnya Freemason, bahkan membelanya. Bahkan buku sejarah Freemason di Indonesia yang ditulis Th. Steven justru digunakan sebagai bukti hitamnya Indonesia yang pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh Freemason. Kelompok anti masonik memang marak di Indonesia.

Beberapa buku yang bernuansa anti masonik di tanah air antara lain yaitu: Sorotan Terhadap Freemason ( LPPA Muhamadyah, 1978); Ancaman Global Freemasonry (Harun Yahya); Jejak Freemason dan Zionis di Indonesia (Herry Nurdi dengan kata pengantar Uztads Abu Bakar Ba’asyir, Cakrawala Pub, 2005); Kebangkitan Freemason dan Zionis Di Indonesia (Herry Nurdi, pengantar Uztads Abu Bakar Baaásyir, Cakrawala Pub); Freemasonry melanda dunia Islam (AD El Marzdedeq, Penerbit Gema Syahdida); Tipu Daya Freemason di Asean (Abdullah Pattani, Digital Online Edition Soelfan-Agung 2008, http://www.scribd.com/doc/15746117/Abdullah-Pattani-Freemasonry-di-Asia-Tenggara); Rahasia Gerakan Freemason dan Rotary Club (Muhammad Famin Amin, Pustaka Al Kautsar, 1993 http://www.scribd.com/doc/13725775/Rahasia-Gerakan-Freemasonry-Dan-Rotary-Club); Pater Beek, Freemason dan CIA (M.Sembodo, Penerbit Galan, 2008); Dajjal dan Simbol Setan (Toto Asmara, Gema Insani Pres, 1998); Doktrin Zionisme dan Idiologi Pancasila: menguak tabir poltik founding fathers Republik Indonesia (M Thalib, Awwas, Irfan S, Wihdah Press, 1999); Zionisme: gerakan menaklukkan dunia (ZA Maulani, Daseta, 2002); 33 Kunci Menguak Symbol (terjemahan dari 33 Keys Unlocking The Lost Symbol: Thomas Beyer,Jr, Penerbit Bentang, 2010); Kartini Mati Dibunuh: membongkar hubungan Kartini dengan Freemason (Efatino Febriana, Penerbit Navila Idea Yogyakarta, 2011); Kabut Kabut Freemasonry (Yayasan Al-Huda, 2002).



Selain buku-buku yang dijual bebas di pasaran, kita masih bisa melihat pembicaraan seputar Freemason di negeri kita Indonesia melalui berbagai forum diskusi maupun blog. Kebanyakan memang mempunyai gambaran sebagaimana yang tertera dalam buku-buku anti masonik di atas.


Beberapa contoh cara penyampaian anti masonik bisa kita lihat sebagaimana di bawah ini.


Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu, Gerakan Freemasonry,adalah musuh-musuh Islam yang berusaha menghancurkan Islam dengan segala daya dan dana, serta dengan 1001 macam tipudaya.Ketika mereka mendapatkan kekuatan, misalnya ada salah seorang anggotanya yang menjadi pemimpin sebuah negara, maka mereka memaksa umat Islam untuk menanggalkan keIslamannya (Pattani, 2008).


Gerakan ini adalah organisasi Yahudi Internasional yang tidak ada hubungannya dengan tukang batu yang dahulu memang ada pada abad-abad pertengahan. Ia juga tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembangunan kapal atau katedral besar seperti dugaan banyak orang. Yang sebenarnya, kiprah gerakan ini adalah bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak tatanan politik, ekonomi, dan sosial di negeri-negeri yang mereka tempati.Mereka memang hobi merusak bangsa dan pemerintahan “Goyim”(Non-Yahudi). Tujuan akhir gerakan ini adalah membangun kembali Haikal Sulaiman yang terletak di Masjid Al-Aqsha (Al-Quds) yang sekarang diduduki Israel, mengibarkan bendera Israel, serta mendirikan pemerintahan Zionisme Internasional, seperti yang ingin diterapkan dalam protokolat, sebuah rencana busuk pemuka Yahudi (Pattani, 2008)



Bahkan penerimaan akan adanya negara Israel dan mengajak orang untuk bersatu dengan musuh, yaitu kaum Zionis.Langkah yang sekarang dilakukan ialah menghancurkan Mesir demi untuk mewujudkan rencana Freemasonry dan tujuan Zionisme Internasional.Para pendukung Rotary, di dalam buku “Hakikat Rotary” Kerusakan politik yang sedang kita alami, kehancuran ekonomi yang kita saksikan dan kemerosotan sosial yang kita alami serta rusaknya kebudayaan serta pemikiran yang sedang kita rasakan, seluruhnya ini tumbuh dan merajalela pada saat suburnya perkumpulan-perkumpulan Rotary. Aktivitas mereka yang paling mencolok ialah upaya untuk mewujudkan perdamaian mengatakan, “Sebagian anggota perkumpulan ini ada yang telah menjadi anggota selama empat puluh tahun lebih. Tetapi ternyata mereka sampai kini tidak menemukan sedikit pun hubungan antara Rotary dan Freemasonry.Pernyataan seperti ini tidaklah berarti meniadakan adanya tujuan tujuan-tujuan Rotary yang tidak sah dan langkah-langkah rahasia yang berbahaya. Dan seandainya apa yang mereka nyatakan itu benar, bahwa mereka sampai kini tidak menemukan adanya hubungan tersebut, namun tidak berarti bahwa Rotary tidak mempunyai tujuan-tujuan rahasia dan langkah-langkah yang berbahaya (Famin Amin, 1993).


Tetapi organisasi Freemason ini selalu bekerja untuk menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik, ekonomi dan sosial di negara-negara yang ditempatinya. Juga berusaha merusak bangsa dan pemerintahan non-Yahudi (Goyim, pent.)Tujuan akhir dari gerakan Freemason adalah mengembalikan bangunan haikal Sulaiman yang terletak di masjidil Aqsha, daerahAl-Quds yang diduduki Israel, mengibarkan bendera Israel serta mendirikan pemerintahan Zionis Internasional, seperti yang diterapkan dalam Protokol paracendekiawan Zionis (Famin Amin, 1993).



Di dunia Arab, Freemason bahkan difatwa haram.


The College of Islamic Jurisprudence considers Freemasonry one of the most dangerously destructive organisations to Islam and to Muslims.


The full text of the Fatwa is as follows:



College of Islamic Jurisprudence, Makkah, 15th July 1978 - concerning: Freemasonry


“The College of Islamic Jurisprudence, in its session convened at Makkah on 15th July 1978, examined the issue of Freemasonry, of those affiliated with it and the legal Islamic judgment on it, after adequate study of this dangerous organisation, and the boy of literature on it, inclusive of the College’s own published documents, books, and newspaper and journal articles.



From the totality of writings and texts which the College examined, the following was evinced:



  1. Freemasonry is a clandestine organisation, which hides as well as reveals it operations as it sees fit. Its true principles are guarded from all but its most venerated masters, who have, by virtue of their consecration at Freemasonry’s highest order degrees, proven worth of this honour.



  2. It establishes the relation of its members one to another, in all places of the earth, as is the alleged human brotherhood among all entrants in its organisation, without discrimination as to race, religion, and creed. Such overt misrepresentation of “fraternity” is simple-minded, at best.




  3. It attracts persons whose affiliation is practicable for the organisation; its allure is largely of a personally lucrative nature for the individuals sought. The high-minded principles of this recruitment entail; pledged assistance to any Freemasonic brother the world over; firm support of any Freemasonic candidacy to public office; and unconditional loyalty in all Freemasonic endeavors, even in those where the individual must compromise his sense of honour, justice, truth and right. Such lofty appeals often amass considerable financial contributions.



  4. Admission to Freemasonry is based on the celebration of the new member’s affiliation through symbolic and awe-inspiring ceremonies which serve to frighten the initiate if he is at variance with the instructions; the more threatening orders are issued successively with rank.



  5. Gullible members are left free in the exercise of their religious beliefs; if they do not choose to benefit from the directives of guidance and the assignment of task appropriate to their status ( they remain in lower degrees.

    As to the heretics, rank is calibrated in relation to individual experience and mastery, as well as demonstrated readiness to serve Freemasonry’s purposes, principles, and plans.




  6. It has political aims, and in most political and military upheavals, it has a visible, as well as an invisible, role.



  7. Its original organisational roots are Jewish; its secret global high administration, Jewish; and its activity, Zionist.



  8. In its secret real aims, it is against all religions: in general it seeks to destroy Islam for its Muslim adherents.



  9. It strives to select its membership from among positions of influence - financial, political, social or scientific status ( and to draw to its ranks kings, presidents and ministers, as tools to be manipulated in the forging of its dogma.




  10. It has branches which adopt other names to thus misrepresent and divert attention away from activities which encounter resistance to the name of Freemasonry. Among the most conspicuous branches operating under pseudonym are the Lions and Rotary Clubs; many, under multiple guise, similarly contradict the fundamentals of Islam.


It has become evident to the College of Islamic Jurisprudence the strong relation of Freemasonry to world Zionist Jewry. Thus it has been able to dominate many officials in the Arab countries concerning the question of Palestine, and to interfere in the Palestine question on behalf of the Jews and world Zionism.


Therefore, and for the detailed data on Freemasonry’s activity, its considerable danger, its wicked dressing and its cunning aims, the College of Islamic Jurisprudence considers Freemasonry one of the most dangerously destructive organisations to Islam and to Muslims


Whoever would associate himself with it while in knowledge of its true nature and aims, would be a non-believer in Islam and uncounted among its adherents.”


Source: Fatwa reproduced in “Freemasonry”, by Muhammad Safwat al-Saqqa Amini and Sa’di Abu Habib. http://www.themasonictrowel.com/Articles/Freemasonry/religion_files/muslim_view_of_freemasonry.htm




Sejarah Freemasonry di Nusantara


Freemasonry atau Vrijmetselarij secara aktif di Nederlands-Indië dan Indonesia tahun 1762 -1962. Lodge Freemason pertama dengan nama “La Choisie” dibangun tahun 1762 di Batavia oleh Jacobus Cornelis Mattheus Radermacher (1741-1783) seorang pedagang VOC. Anggota Lodge Freemason ini hanyalah kelompok pedagang VOC. Ayah Jacobus Cornelis, Joan Cornelis Radermacher, adalah seorang Grand Master dari Grand Lodge Nederland di Den Haag. Tahun 1778, Radermacher membangun Lodge “La Vertueuse” juga di Batavia. Lodge baru ini menghususkan diri pada seni dan ilmu pengetahuan, yang anggotanya juga hanya dari kelompok VOC. Di akhir abad ke 18 keanggotaan Lodge terbuka bagi para ambtenaar dimana asisten gubernur jenderal dan juga gubernur jenderal Nederlands Indië menjadi anggota Freemason.

Namun pada tahun 1810 gubernur jenderal Deandels menganggap bahwa para anggota Lodge Freemason lebih berpihak pada Eropa, sehingga Lodge Freemason oleh Deandels dibekukan, arsip-arsipnya disita, dan orang-orangnya dimasukkan ke dalam tahanan. Baru pada saat gubernur jenderal berikutnya, para tahanan itu dikeluarkan dan Lodge Freemason boleh berdiri kembali. Dari sini kemudian Lodge Freemason terbuka juga bagi kelompok pribumi dan pedagang China.
Semua raja-raja, pangeran, dan bangsawan di nusantara juga menjadi Freemason. Raden Saleh merupakan orang Jawa pertama yang menjadi anggota Freemason.





Perubahan dimulai dengan pembangunan pendidikan


Dengan masuknya filosofi Freemason yaitu sekulerisme, kesetaraan, dan kemanusiaan, anggota Freemason mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk membangun sekolah-sekolah di nusantara. Sekolah berbasis sekulerisme yaitu yang memisahkan antara pemahaman saintifik rasional dan agama. Pendidikan berbasis saintifik menjadi dasar pendidikan yang utama, dan agama merupakan tanggung jawab keluarga. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda ini lebih banyak diisi oleh anak-anak dari para ambtenaren, bangsawan, pamong desa, pedagang, dan petinggi lainnya. Di tingkat pedesaan didirikan sekolah rakyat ongko loro (dua tahun) dan ongko telu (tiga tahun). Sedang yang ingin melanjutkan harus ke kota. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial ini berbeda dengan sekolah-sekolah yang sudah dibangun oleh kelompok agama Islam, yaitu pesantren-pesantren yang lebih berbasis agama.


Di area politik, Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Wahidin Surohadihusodo, merupakan organisasi nasional pertama yang berkembang dengan cepat ke segala kota. Mula-mula didukung oleh mahasiswa-mahasiswa Jawa di Jakarta, lalu berkembang didukung oleh para priyayi dan para elit bangsawan lainnya. Pendiri-pendiri Budi Utomo yang merupakan anggota Freemason, mengadopsi sistem sekuler politik Barat dan menekankan pada humanisme sekuler. Guna meningkatkan ekonomi dan budaya, Budi Utomo mempunyai perhatian dalam dunia pembangunan pendidikan. Berdirinya budi Utomo tanggal 20 Mei hingga sekarang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Pemikiran Budi Utomo ini kemudian mewarnai garis politik yang berpaham pada sekulerisme – yang kemudian sering disebut sebagai para nasionalis.


Namun peran Budi Utomo tidak dapat mulus begitu saja, organisasi yang cepat berkembang dalam beberapa tahun sudah beranggotakan lebih dari 10.000 anggota itu, mendapat tentangan da dipapras oleh Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto, hingga perannya merosot. Sekalipun demikian, semangat sekulernya masih terus menyala di kalangan para nasionalis.


Pertentangan kedua kelompok antara agama dan nasionalis ini kemudian yang mewarnai kesepakatan bahwa Indonesia adalah negara Pancasila , bukan negara sekuler dan bukan negara agama. Namun bagaimanapun kedua kelompok itu antara sekuler dan agama masih terus tarik menarik hingga saat ini, yang makin hari makin panas dengan munculnya pemikiran-pemikiran yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara agama serta menuding politik Barat (sekuler) sebagai penyesatan bahkan diharamkan.


Tetapi mengapa hingga kini kita tidak pernah menemukan pembelaan pihak Freemason akan dirinya yang selalu mendapatkan hujatan di Indonesia? Hal itu karena organisasi Freemason sudah ditutup tahun 1962 oleh Sukarno karena Freemason adalah organisasi anti tirani, anti dogma, rasional dan berkebabasan berpikir, jelas bisa mengoyahkan kediktatoran Sukarno itu sendiri. Hal lain adalah, Freemason adalah organisasi yang menjunjung status quo, yaitu bersikap tidak radikal terhadap berbagai masalah.



Namun yang menjadi masalah sekarang dengan tidak adanya pelurusan dari pihak Freemasonnya itu sendiri, menyebabkan masyarakat kita bisa menelan begitu saja teori konspirasi dari para anti masonik tanpa ada yang mengkoreksinya. Kecuali jika memang kita sadar, bahwa ada hal-hal yang tidak logis pada informasi itu, yang sebetulnya hanyalah perseteruan antara sekulerisme yang diusung Freemason VS agama.

http://nl.wikipedia.org/wiki/Vrijmetselarij_in_Nederlands-Indi%C3%AB

http://www.kitlv-journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/2197/2958

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/83471/Budi-Utomo
Julia Maria Van Tiel



Powered by Blogger.