Gambar memang mewakili ribuan kata dan jutaan makna. Namun sebuah gambar musti bersandarkan model yang valid. Tidak ada niatan apapun melainkan cemooh rendahan dari para pembuat gambar para tokoh Nabi dan Rosul.
Tidak ada unsur ilmiyah, apalagi validitas. Inikah yang diajarkan oleh keyakinan mereka tentang mengkritisi Islam atau mengkritisi Nabi ummatnya, tidakkah mereka telah diajarkan bertanya, berdiskusi dan berdebat ilmiyah oleh sekolah mereka?
Gambar memang mewakili ribuan kata dan jutaan makna, namun jika tidak ada unsur yang benar dan beradab buat apa?
Visualisasi dgn kartun, lukisan, animasi dsb selain akan bikin kerepotan pembuatnya akan dampak tidak diinginkan akan kemarahan para penganut dan ummatnya, juga akan mempersempit imajinasi dan kekayaan hak berkhayal. Hanya bahasa, tentu saja bersumber dari validitas keilmiyahan yang bisa dipertanggung jawabkanlah sesungguhnya yang mampu memberikan kebebasan bagi kita untuk berimajinasi seperti apa fisik baginda Nabi ‘Alaihissholaatu wa sallaam.
Berikut apa yag dituturkan oleh Ummu Ma’bad Al Khuza’iyah hadapan suaminya, saat beliau SAW lewat di kemahnya dalam perjalanan hijrah ke Madinah.
“Dia sangat bersih, wajahnya berseri-seri, bagus perawakannya, tidak merasa berat karena gemuk, tidak bisa dicela karena kepalanya kecil, elok dan tampan, di matanya ada warna hitam, bulu matanya panjang, tidak mengobral bicara, lehernya panjang, matanya jelita, memakai celak mata, alisnya tipis, memanjang dan bersambung, rambutnya hitam, jika diam dia tampak berwibawa, jika berbicara dia tampak menarik, dia adalah orang paling elok dan menawan dilihat dari kejauhan, bagus dan manis setelah mendekat.
Bicaranya manis, rinci, tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak, bicaranya seakan-akan merjan yang tertata rapi dan landai, perawakan sedang-sedang, mata yang memandang tidak lolos karena perawakannya yang pendek dan tidak sebal karena perawakannya yang tinggi.
Seakan-akan satu dahan di antara dua dahan, dia adalah salah seorang dari tiga orang yang paling menarik perhatian, paling bagus tampilannya, mempunyai rekan-rekan yang menghormatinya, jika dia berbicara mereka menyimak perkataannya, jika dia memberikan perintah mereka segera melaksanakannya perintahnya.
Dia orang yang ditaati, disegani, dikerumuni orang-orang, wajahnya tidak memberengut dan tidak pula orang yang diremehkan.”
Sumber lain adalah dari Shahabat Ali RA: “Beliau bukan orang yang terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, orang yang perawakannya sedang-sedang, rambutnya tidak kaku dan tidak pula keriting, rambutnya lebat, tidak gemuk dan tidak kurus, wajahnya sedikit bulat, kedua matanya sangat hitam, bulu matanya panjang, persendian-persendiannya yang pokok besar, bahunya bidang, bulu dadanya lembut, tidak ada bulu-bulu di badan.
Telapak tangan dan kakinya tebal, jika berjalan seakan-akan sedang berjalan di jalanan yang menurun, jika menoleh seluruh badannya ikut menoleh, di antara kedua bahunya ada cincin nubuwah, yaitu cincin para nabi, telapak tangannya yang terbagus, dadanya yang paling bidang, yang paling jujur bicaranya, yang paling memenuhi perlindungan, yang paling lembut perangainya, yang paling mulia pergaulannya, siapa pun yang tiba-tiba memandangnya tentu enggan kepadanya, siapa yang bergaul dengannya tentu akan mencintainya”.
Kemudian dia (Ali) berbicara lagi, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti beliau, sebelum maupun sesudahnya.”
Diambil dari buku Sirah Nabawiyah, Oleh Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury.