Pertemuan di Bukit Tinggi , Ir Soekarno dengan Jepang isinya Jepang tidak menghalangi dalam membina Indonesia Merdeka. Hal ini Ir Soekarno dan Moh. Hatta mengambil keputusan untuk menjadikan perselisihan pahamnya Partindo dan PNI Baru untuk diakhir dan bersatu memimpin rakyat Indonesia dimasa sulit itu , persatuan keduanya dikenal dengan nama Dwi Tunggal. Soekarno-Hatta. Kerjasama Ir Soekarno dengan Jepang dimulai dalam Komisi yang menyelidiki adat istiadat dan tata negara yang dibentuk oleh Gunsei pada tanggal 8 Nopember 1942. Komisi itu beranggotakan 13 orang antara lain : Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Sutarjo Kartohadikusumo, Abikusno Cokrosuyoso, KH Mas Mansyur, Ki Hajar Dewantoro, Prof. Husein Joyodiningrat, Dr. RNg.Purbocaroko, Mr. Supomo. Dari anggota tersebut dikenal sebagai empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, KH.Mas Mansyur dan Ki Hajar Dewantoro. Empat serangkai diberi kepercayaan untuk memimpin gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dibentuk 9 Maret 1943 , atas usul Ir. Sorkarno. Tujuan Putera ialah mempersatukan rakyat Jawa untuk menghadapi serangan Sekutu yang semakin dekat dengan Indonesia (Jawa). Tugas Putera menggerakan tenaga dan kekuatan rakyat untuk memberi bantuan kepada usaha-usaha untuk mencapai kemenangan akhir dalam perang Asia Timur Raya. Dengan demikian Jepang dapat menggunakan para pemimpin Indonesia untuk menanamkan kekuasaannya. Sebaliknya para pemimpin tidak mau begitu saja diperalat Jepang , mereka menggunakan sarana Jepang guna tetap berjuang mendapatkan kemerdekaan Indonesia. Karena pada masa itu , masa sulit dalam pergerakan nasional Indonesia. Karena bangsa Indonesia dalam kondisi yang sangat lemah jalan yang terbaik yang ditempuh dengan kerjasama dengan Jepang, dari kerjasama ini hanyalah sebuah alat untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia yang telah lama mereka perjuangkan. Lembaga yang diciptakan Jepang seperti Java Hookokai (kebangkitan rakyat Jawa ), Putera, Peta, Fujinkai (perkumpulan kaum wanita), Keibodan (barisan pemuda membantu polisi, kebakaran, dan serangan udara pembantu) , Seinendan (korp pemuda semi militer) , Heiho (pasukan pembantu ) dan sebagainya justru dimanfaatkan para pejuang ini untuk memupuk semangat kebangsaan guna memudahkan jalan untuk mencapai kemerdekaan.
Sebagai bagian dari politik Jepang , memanfaatkan sumber daya manusia dengan mobilisasi massa pemuda dan rakyat secara besar-besaran dalam program-program latihan semi militer. Tujuannya sebagai tenaga cadangan bagi kepentingan militer Jepang. Mobilisasi masa rakyat terbagi dalam Seinendan , Keibodan, Fujinkai dan Peta (Pembela tanah Air) yang telah mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap kemerdekaan maupun sikap mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme.
Sedangkan kelompok pejuang lain yang menolak bekerjasama dengan Jepang dan anti fasisme membentuk jaringan bawah tanah dan terus berjuang , antara lain :
Kelompok Syahrir , memiliki pengikut kaum pelajar diberbagai kota seperti Jakarta, bandung, Surabaya, Cirebon dan sebagainya .
Kelompok Amir Syarifudin , ia sangat keras dalam mengeritik Jepang, tahun 1943 ditangkap dan dijatuhi hukuman mati tahun 1944 , atas bantuan Soekarno hukumannya diubah dari hukuman mati menjadi seumur hidup , setelah Jepang menyerah kepada Sekutu tahun 1945 , ia bebas dari hukuman.
Golongan Persatuan mahasiswa , sebagaian besar dari kedokteran di Jakarta antara lain : J. Kunto, Supeno, Subandrio
Kelompok Sukarni , kelompok ini sangat berperan besar disekitar proklamasi kemerdekaan , antara lain : Sukarni, Adam Malik, Chaerul Saleh, Maruto Nitimiharjo, Pandu Wiguna dan sebagainya.
Golongan Kaigun , anggotanya bekerja pada angkatan laut Jepang akan tetapi terus menggalang dan membina kemerdekaan dengan tokoh yang simpati terhadap kemerdekaan Indonesia, antara lain : Mr.Akhmad Subarjo, Mr. Maramis, Dr. Sanusi, Dr Buntaran Martoatmodjo dan sebagainya
Pemuda Menteng , bermarkas di Menteng 31 Jakarta , kebanyakan pengikut dari Tan Malaka dari Partai Murba antara lain : Adam malik , Chairul Saleh dan Wikana
Meskipun perjuangan mereka dalam kelompok-kelompok dan berbeda-beda strateginya bukan berarti perpecahan. Taktik yang mereka lakukan mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada Tanggal 7 September 1944 , Perdana Menteri Jepang Koiso menjanjikan kemerdekaan bagi Hindia Timur atau Indonesia, namun kapan waktunya belum ditentukan. Tentara Jepang terus terdesak menuju kekalahan , mulai berperang sendirian dan semakin terdesak , sehingga agar Jepang memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia membentuk Dokuritzu Zyoombi Tsooskai atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 , tugasnya mengumpulkan bahan yang dipergunakan untuk Indonesia Merdeka.
Trisno Widodo