Beranda » Asal Mula Bangsa Yahudi dan Palestina Bagian III

Asal Mula Bangsa Yahudi dan Palestina Bagian III



ISTILAH zionisme sebernarnya berasal dari kata Zion, nama bukit tempat dibangunnya Baitul Maqdis. Pada masa awal sejarah Yahudi menjadi sinonim dengan penyebutan untuk Kota Yerusalem.
Bagi orang Yahudi, kata ini memiliki arti khusus, terutama sejak penghancuran Baitul Maqdis untuk mengekspresikan kerinduan memiliki sebuah tanah air. Dalam sebuah buku berjudul Negara Yahudi yang ditulis oleh Theodore Hertzel, pada 11 November 1897 di Berlin, ia menyerukan agar orang-orang Yahudi yang bertebaran di mana-mana untuk bertemu.
Sehingga pada 29 Oktober-11 November 1897 diselenggarakanlan Konferensi Zionisme Internasional pertama di Kota Pall, Swiss. Hasil pertemuan ini merekomendasikan agar berdirinya negara Yahudi di Palestina. Hertzel yang menguasai media massa, lobi dan public relation sangat piawai dalam mengembangkan ideologi zionisme. Untuk merebut pengaruh di dunia ia beraudiensi dengan Paus di Roma, Kaisai Wilhelm di Jerman, Ratu Victoria di Inggris dan Sultan Turki di Istambul.
Saat itu Hertzel juga menemui Sultan Abdul Hamid II, khalifah islam masa itu. Mereka menawarkan berbagai tawaran berbagai tawaran agar Sultan mengizinkan bangsa Yahudi menetap di Yerusalem. Tiga tawaran besar yang disampaikan Hertzel adalah menawarkan 120 juta frank Swiss untuk membangun armada laut kekhalifahan Turki. Yahudi siap melunasi hutang luar negeri Kesultanan Turki dan siap memberi pinjaman tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas kala itu.
Sultan Abdul Hamid dengan tegas menolak tawaran tersebut, karena ia mengetahui rencana sesungguhanya di balik tawaran tersebut. Menurut beberapa catatan, Sultan sampai meludahi wajah Hertzel. Tak berhasil dengan cara itu, Hertzel kemudian memobilisir dana dari para hartawan Yahudi seperti Moses Hess atau Baron de Rothchilds di London. Selain itu, setiap cabang Zionis di berbagai dunia juga dianjurkan untuk menerbitkan koran, majalah, atau artikel mengenai perjuangan mereka.
Dengan cara itu Yahudi terus menyebarkan opini positif mengenai gerakan Zionisme. Di Amerika tiga serangkai Yahudi Melvyn, Goodwyn dan Meyer mendirikan studio film MGM yang terkenal itu. Adolf Zuckor, juga memberikan peran penting dalam industri filim di Amerika Serikat. Saat ini David Geffen, Steven Spielberg dan Jeffry Katzenberg bersama-sama membentuk studio Dreamworks sebagai upaya mendukung zionisme.
Dengan lobi dan pembentukan opini yang intensif, pada 9 Mei 1916 akhirnya terwujud persetujuan ”Sykes-Picot” antara Perancis dan Inggris yang berisi pembagian wilayah kekuasaan Usmani yang berhasil mereka rebut, Palestina kemudian diposisikan di bawah mandat Inggris. Peran Inggris sangat besar dalam menghancurkan kekhalifahan Utsmani dan merampas tanah Palestina.
Kepada Syarif Husein, penguasa Mekkah saat itu, Inggris menjanjikan kemerdekaan bagi negara Arab dan berdirinya Khilafah Islamiyah Arabiyah yang dipimpin oleh tokoh Mekkah dan Madinah, jika berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah dari dalam. 10 Juni 1916, Syarif Husein memproklamirkan pemberontahan Arab terhadap Khalifah Turki Utsmani. Nyatanya Inggris malah mengkhianati janjinya, yang terjadi adalah wilayah Arab dibagi menjadi negara-negara kecil dan Syarif Husin dibuang ke Syprus.
Pada 2 November 1917 lahirlah perjanjian Balfour, yang menyatakan Inggris akan berusaha mewujudkan negara nasional Yahudi di Palestina. Perjanjian itu kemudian diperkuat dengan keputusan Majelis Umum PBB pada 24 Juli 1922 yang melegalisasi mandat Inggris atas Palestina. Tahun 1929 orang Yahudi dari berbagai negara mulai bergerak menduduki Yerusalem (Al Quds). Di tahun yang sama muslimin Palestina menyelenggarakan pertemuan besar untuk mendukung berdirinya Badan Pembela Masjid Al Aqsa.
Masih di tahun yang sama, tepatnya di musim panas, orang Yahudi melancarkan demonstrasi pamer kekuatan, demonstrasi tersebut kemudian dibalas dengan demonstrasi tandingan kaum muslimin yang lebih besar. Suasana di Al Quds memanas, puncaknya adalah pecahnya bentrokan antara muslim yang tidak bersenjata dengan Yahudi yang dipersenjati Inggris. Peristiwa ini berujung pada bentrokan lain dan penangkapan besar-besaran penduduk Palestina oleh Inggris.
Akibatnya pada 23 Agustus 1929 meletuskan perlawanan yang dikenal dengan Revolusi Buraq. Namun Inggris segera mematahkannya, pada 17 Juni 1930, Gubernur Jenderal Inggris di Palestina menghukum gantung 3 pejuang Palestina yang terlibat perlawanan tersebut. Pada 25 November 1935, Izuddin Al Qassam dengan beberapa rekannya syahid saat bertempur melawain Inggris di Junain.
Majelis Umum PBB akhirnya membentuk Komisi Khusus urusan Palestina pada 15 Mei 1947. Komisi ini menyelesaikantugasnya pada Agustus 1947 dan menghasilkan sejumlah laporan antara lain soal pentingnya Yahudi mempunyai satu negara di Palestina dan mengamankan nasib imigran Yahudi yang semakin bertambah. Sedangkan masalah Arab, menurut komisi tersebut perlu didirikan sebuah negara Arab Palestina merdeka.
PBB akhirnya mengeluarkan keputusan Nomor 181 tentang pembagian Palestina berdasarkan hasil penelitian Komisi Khusus tersebut pada 29 November 1047. 10 Februari 1948, penguasa Inggris mulai mengukur beberapa daerah dan menyerahkan bumi Palestina pada orang Arab dan Yahudi sebagai pelaksana keputusan PBB. Akibat dari pembagian wilayah tersebut seluruh kaum muslimin Palestina berdemonstrasi dan menolak hasil penelitian internasional PBB. Demonstrasi serupa juga terjadi di Mesir, Suria, Libanon dan negara Arab lainnya.
Sementara itu bentrokan keras terus terjadi. Maret 1948 Dewan Keamanan PBB bersidang untuk mempelajari situasi dan menyerukan agar PBB meletakkan Palestina di bawah perwalian PBB sementara dan menghentikan rencana pembagian Palestina. Tapi, tanggal 15 Mei 1948 Yahu malah memproklamasikan negara Israel. Sekaligus juga tanda berakhirnya mandat Inggris.
Sehari setelahnya, 16 Mei 1948, pasukan Arab yang terdiri dari Mesir, Suriah, Iraq, Yordania dan Libanon memasuki Palestina. Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hasan Al Banna, mengirimkan 10 ribu relawan dari organisasi tersebut untuk membebaskan Palestina. Kehadiran pasukan Al Ikhwan Al Muslimun bukan hanya menggetarkan Israel, tapi juga negara-negara Arab. Mereka khawatir kemenangan pasukan tersebut tak hanya berdampak pada Palestina, tapi juga negara Arab yang akan kehilangan pengaruh di tengah rakyatnya.
Kondisi itu malah menyebabkan negara Arab berkomplot untuk mengalahkan pasukan Ikhwanul Muslimin. Atas desakan Inggris, pasukan tersebut akhirnya ditarik mundur oleh Mesir, selanjutnya para aktivis dijebloskan ke penjara dengan tuduhan akan merencanakan kudeta militer. Perang tersebut akhirnya dimenangkan oleh Yahudi dan menyebabkan kekalahan bagi bangsa Arab. Akan tertapi perlawanan tersebut tidak terhenti. Perlawanan tersebut hingga saat ini terus berlangsung yang dimotori oleh Harakah Muqawwamah Al Islamiyah atau HAMAS yang didirikan oleh almarhum Syeh Ahmad Yasin, pada Selasa, 15 Desember 1987, HAMAS merupakan salah satu sayap organisasi Ikhwanul Muslimin di Palestina.[]



Powered by Blogger.