Beranda » Rezim Wahabi Arab Saudi akan Hancurkan Makam Nabi SAW, Khalifah Abu Bakar Umar

Rezim Wahabi Arab Saudi akan Hancurkan Makam Nabi SAW, Khalifah Abu Bakar Umar



Aria

Dengan mengisyaratkan rencana besar pemerintah Saudi Arabia untuk merusak bangunan-bangunan Islam, Koran Independent Inggris menulis: “Dengan buldozer, Saudi Arabia Menghancurkan Sejarah Islam.”
Seiring musim haji yang lalu dan aktivitas pembangunan besar-besar di sekitar Masjid Nabawi, koran Inggris Independent itu menerbitkan sebuah makalah karya J. Taylor, seorang penulis yang khusus mengisi bidang Mazhabi. Independent menulis: “Melalui pengembangan ini, Saudi Arabia menghancurkan mayoritas tempat-tempat bersejarah Islam.”
Tiga masjid paling tua dari masjid-masjid di dunia akan hancur dalam proyek pembangunan senilai jutaan Pound yang akan dilakukan Saudi yang katanya untuk memperluas tempat suci kedua kaum muslimin. Pembangunan yang akan dilakukan pada Masjid Nabawi (tempat di mana Rasulullah dimakamkan) akan dilaksanakan akhir bulan depan setelah musim haji tahun ini selesai. Jika proyek ini selesai, maka Masjid Nabawi akan berubah menjadi bangunan terbesar di dunia dengan muatan 1.6 juta orang.
Penghancuran tempat-tempat bersejarah dalam proyek ini membuat kekhawatiran meningkat dari berbagai masyarakat. Sebelumnya, sikap acuh raja Saudi, Abdulah terkait penghancuran warisan bersejarah Mekah sebagai tempat yang paling suci di negara itu membuat sebagian kalangan marah. Proyek pembangunan besar-besaran akan dilakukan di bagian barat Masjid Nawabi, yaitu tempat bersemayamnya sang pendiri Islam itu, termasuk area makam Nabi, dan makam Khalifah pertama Abu Bakar.
Tepat di tembok sebelah barat bangunan saat ini terdapat dua masjid. Masjid Ghamamah juga terletak di sana; masjid yang untuk pertama kalinya Rasulullah saw melakukan shalat Eid di sana. Tidak satu pun pembesar Saudi yang mengajukan keberatannya demi menjaga atau memindahkan ketiga masjid ini atau meneliti lebih dalam tentang-tinggalan arkeologi masjid-masjid yang dibangun pada abad ke-7 Masehi yang memiliki arsitektur era Ottoman ini. Hal ini membuat kalangan peneliti akademis sangat khawatir.
Dalam sistem pemerintahan monarki yang benar-benar otoriter ini, mereka diam dan mengunci mulut terkait penghancuran ini.
Namun, DR. Irfan al-Alawi, dari Badan Penelitian Warisan Budaya Islam, yang memfokuskan perhatiannya sejak aktivitas 10 tahun lalu untuk mencegah penghancuran tempat-tempat bersejarah Islam berkata: “Tidak ada yang menyangkal bahwa Madinah memang membutuhkan perluasan. Tapi langkah yang diambil pemerintah membuat kita khawatir. Ada banyak jalan yang bisa ditempuh agar disamping pembangunan yang dilakukan, tempat-tempat bersejarah Islam juga akan terjaga. Tapi mereka memang ingin semua tempat-tempat itu dihancurkan. “
Penulis itu (J. Taylor) juga menuliskan, bahwa para pembesar Saudi menganggap diri mereka hanyalah pejabat yang bertanggung jawab mengambil keputusan. Menurut Taylor, Saudi yang ekonominya berporos pada transaksi minyak menganggap perluasan kota-kota ini sangat menguntungkan bagi mereka. Meskipun mereka harus menghabiskan dana jutaan dolar untuk memperluas kota-kota bersejarah yang ada.
Para pembela warisan budaya dan sebagian pejabat setempat sangat terkejut dengan langkah pemerintah yang merusak tempat-tempat bersejarah di Makkah dan Madinah. Karena yang kemudian lebih banyak dibangun pemerintah adalah pusat-pusat perbelanjaan, hotel-hotel mewah dan gedung-gedung pencakar langit. Yayasan Khalije Fars, yang berbasis di Washington, mengira bahwa selama 20 tahun ini, lebih dari 95% bangunan kuno yang berusia lebih dari 1000 tahun telah hancur di kedua kota ini.
Di Mekkah, Masjidil Haram yang merupakan masjid tersuci bagi kaum Muslim dan tempat di mana seluruh kaum muslim dipandang sejajar di sana, di bawah bayang-bayang bangunan Jabal Umr. Jabal Umr adalah bangunan yang terdiri dari beberapa gedung pencakar langit, beberapa hotel dan menara jam ‘Azimul Jitsah’.
Para pembesar Saudi telah menghancurkan Benteng Ajyad dan bukit tempat benteng itu berada yang dibangun di era Ottoman. Tempat-tempat bersejarah yang lain juga hancur dalam proyek ini seperti tempat kelahiran Rasulullah yang saat ini telah menjadi sebuah perpustakaan. Juga rumah sayyidah Khadijah yang sekarang dijadikan beberapa tandas.
Taylor juga menulis bahwa kedutaan Saudi di Inggris dan kementerian luar negeri Saudi juga diam dalam hal ini. Tapi sebelum ini, Saudi menyebut pembangunan itu sangat dibutuhkan. Saudi juga menegaskan bahwa pihaknya telah membangun hotel-hotel untuk peziarah-peziarah miskin, tapi mereka yang menolak pembangunan itu mengatakan bahwa hotel-hotel yang dibangun itu sangat jauh dari tempat-tempat mazhab dan hanya untuk masyarakat kaya raya.
Meskipun kerusakan yang dilakukan di Madinah saat ini belum seteruk di Mekah, tapi saat ini beberapa tempat bersejarah Islam juga sudah hancur. Dari 7 masjid bersejarah yang dibangun sebagai kenang-kenangan Perang Khandaq, hanya 2 masjid yang tertinggal. Sepuluh tahun sebelumnya, masjid yang dibangun untuk mengenang cucu Rasulullah saw juga dihancurkan dengan bahan peledak. Gambar-gambar saat kerusakan yang berhasil diambil diam-diam menunjukkan bahwa para polisi Saudi sangat senang ketika ledakan dengan bahan peledak itu dilakukan.
Taylor juga menulis bahwa sebagian besar tindakan rezim Saudi dalam menghancurkan bangunan-bangunan bersejarah Islam bisa dinisbahkan pada ketaatan rezim tentang fatwa Wahabi yang memiliki pandangan sangat lemah dan dangkal tentang Islam. Dia juga menulis bahwa para ulama Wahabi Saudi berada di balik perusakan itu dan mereka tengah berusaha merusak berbagai bangunan yang dibangun di era Rasulullah saw.
Dr. Irfan al-Alawi dari Yayasan Penelitian Warisan Islam (Islamic Heritage Research Foundation) mengatakan, pembangunan yang tengah dilakukan di Madinah merupakan bagian dari proyek besar untuk mengurangi perhatian peziarah di tempat pemakaman Nabi. Hal yang membuat prasangka ini muncul adalah kubah hijau tempat makam Rasulullah sekarang berada di tengah masjid. Tapi dalam bangunan baru yang akan dibangun nanti (luasnya 8 kali lipat luas banguan sekarang), mimbar Nabi saw akan berada di tempat lain dan makam Nabi saw akan berada di bagian timur bangunan. Proyek perusakan mihrab shalat di tengah masjid ini sudah direncanakan. Tempat ini adalah bagian Riyadh al-Jannah, tempat yang langsung dinamakan sendiri oleh Nabi saw.
DR. Alawi juga berkata: “Dalil m

ereka menciptakan ruang yang lebih besar dan kapasitas satu bangunan yang sudah menampung 1,6 juta orang itu ditambah lagi sebanyak 20 orang. Ini sangat aneh. Tujuan asal mereka adalah menghilangkan perhatian peziarah di makam Nabi.”
“Membisunya kaum Muslim atas penghancuran Mekkah dan Madinah adalah bencana dan kemunafikan.”
“Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia … namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun,” tambahnya.
Pada tahun 2007, Kementerian Urusan Islam Saudi Arabia menulis risalah amaliah mengandung fatwa-fatwa Abdulaziz asy-Syaikh, mufti besar Wahabi Saudi, yang meminta penghancuran kubah nabi dan meratakan makam Nabi dan makam Khalifah Abubakar dan Umar.
DR. Alawi juga sangat menayangkan diamnya kaum muslim terkait hal ini. Dia mengharapkan mereka-mereka yang melakukan demo mengecam film yang menghina Rasulullah saw juga berdemo mengecam perusakan tempat-tempat kelahiran Nabi Islam itu.
“Film terbaru tentang Nabi Muhammad (saw) menyebabkan protes di seluruh dunia … namun, penghancuran tempat kelahiran Nabi, di mana dari sana Muhammad Saw berdoa dan mendirikan Islam justru dibiarkan dihancurkan tanpa kritik apa pun ‘ Aria Han



Powered by Blogger.