Beranda » Aliran Sesat dan Dakwah Kita

Aliran Sesat dan Dakwah Kita



BEBERAPA ajaran atau aliran agama yang dikembangkan di Aceh telah dinyatakan sesat oleh Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU). Fatwa itu sudah dimulai dikeluarkan oleh MPU kabupaten di mana aliran itu tumbuh dan berkembang dan selanjutnya juga telah difatwakan oleh MPU Provinsi sebagai MPU yang berwenang mengeluarkan fatwa di Aceh.

Dalam hal ini semua kita patut bersyukur dan menyambut hangat keputusan MPU tersebut dalam rangka menjaga aqidah umat Islam di Aceh. Namun kita tidak boleh berpuas hati hanya dengan fatwa tersebut. Fatwa adalah salah satu diantara usaha-usaha yang harus dilakukan sebagai alat mem-back up agar umat kita tidak mudah terjebak dalam aliran sesat. Dengan fatwa tersebut juga kita berharap agar umat kita berhati-hati menjaga diri dari kesesatan.

 Menjaga akidah umat
Di sisi lain kita juga harus sadar, seperti yang diceramahkan oleh seorang penceramah Subuh di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, pada Senin (22/10/2012) lalu, bahwa di belakang aliran sesat itu banyak pemain lain yang bermain dalam rangka mengobok-obok umat Islam di Aceh. Nah, karena itu kalau hanya sebuah fatwa saja tidak cukup untuk menjaga akidah umat kita yang masih memerlukan bimbingan. Dalam hal ini dibutuhkan sebuah gerakan dakwah massif yang sampai ke grass root secara bersama-sama.

Dakwah kita jangan kita tunggu diundang ketika ada acara peringatan hari-hari besar Islam saja, tetapi kita harus programkan kapan saja dan kemana saja kita harus hadir untuk mengadakan dakwah. Karena itu kita tidak boleh tunggu masyarakat kita mengumpukan sekian dana untuk mengundang kita untuk memberi ceramah kepada mereka. Seperti selama ini terjadi sehingga telah menjadi pameo dalam masyarakat kita ada musim-musim panen bagi muballigh.

Dakwah pun tidak boleh hanya dalam bentuk ceramah dari mimbar ke mimbar saja. Karena dakwah dari mimbar ke mimbar hanya mengasai ranah kognitif saja, itu pun sambil mencari hiburan di antara kelakar para dai. Ternyata sejumlah temuan orang-orang tersesat dari akidah itu ada hubungannya dengan kebodohan mereka. Mereka tidak mendapat pendidikan yang layak, baik dalam bidang skill mereka maupun dalam bidang ilmu agama.

Demikian juga ketika melihat kasus-kasus anak yang sempat menukar akidah (agama)-nya, sangat berhubungan dengan kedangkalan ilmunya, terutama dalam bidang ilmu agama. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor ekonomi. Dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, didapati 40% di antara anak Aceh yang telah menukar agamanya ada hubngannya dengan faktor ekonomi. Mereka terpengaruh dengan tawaran materi atau kerja yang gajinya sangat menjanjikan untuk hari depannya.

Memperhatikan begitu tinggi angka kemiskinan di Aceh, berarti Aceh akan menjadi lahan yang subur bagi mereka untuk menjadikan wilayah dakwahnya. Jika kita tidak sadari tentang hal ini, maka kita akan lihat nanti seperti yang pernah terjadi di suatu daerah di pulau Jawa, di awalnya penduduknya 80% muslim tetapi dalam jangka sepuluh tahun telah bertukar menjadi umat Kristen 80% dan  umat masih beragama Islam tinggal hanya 20%.

 Dakwah bersama
Berdasarkan itu semua sudah waktunya kita sekarang bersatu-padu, mempererat persatuan, mempererat silaturrahmi kemudian menciptakan dakwah bersama. Lupakan perbedaan mazhab, lupakan perbedaan aliran. Jangan ada lagi dakwah kita saling menghujat, tetapi mari kita bersama-sama kita memperkuat aqidah masyarakat kita. Kita perkuat ekonomi mereka sehingga mereka benar-benar tahan dari segala gempuran zaman, baik bidang ekonomi maupun gempuran dari sisi lainnya.

Mari kita sama sama bercita-cita melihat generasi muda kita hidup cerah di masa akan datang sebagai orang-orang yang alim, taat dan tawadhu’ tetapi kuat ekonominya. Mari kita bercita-cita Aceh ini akan kembali lagi seperti situasi masa lalu ketika Aceh diberi gelar Serambi Makkah. Seperti juga di Makkah, penduduknya semua muslim, demikian juga Serambinya. Semoga.

* Prof. Dr. M Hasbi Amiruddin, MA, Guru Besar Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh. Email: hasbi_amiruddin@yahoo.com



Powered by Blogger.