Beranda » Sebuah Pulau "Menghilang" dari Permukaan Bumi

Sebuah Pulau "Menghilang" dari Permukaan Bumi



Google Map Sandy Island di Google Map (bertanda hijau) Sebuah pulau "menghilang" dari permukaan Bumi. Hal ini disadari oleh Maria Seton, ilmuwan dari University of Sydney yang mencari keberadaan pulau tersebut dalam ekspedisi geologi.

Pulau yang "hilang" itu dalam Google Earth tampil sebagai Sandy Island, terletak di Laut Koral, di antara Australia dan Kaledonia Baru.

Pulau tersebut juga dikenali keberadaannya sebagai Sable Island dalam Times atlas of the World. Lembaga maritim Australia, Southern Surveyor, juga menyatakan pulau itu eksis.

Yang mengejutkan adalah, saat Southern Surveyor melakukan penelitian untuk mengidentifikasi fragmen daratan yang tenggelam di Laut Koral, pulau itu tak ditemukan.

"Kami ingin mengeceknya sebab navigasi di kapal menunjukkan kedalaman 1.400 meter di area tersebut, sangat dalam," kata Seton seperti sikutip AFP, Kamis (22/11/2012).

"Pulau itu ada di Google earth dan peta lain jadi kami mengeceknya dan tak menemukan apapun. Ini benar-benar teka-teki. Ini aneh. bagaimana ini ada di peta, kami tak tahu," lanjut Seton.

"Hilangnya" pulau ini banyak dibicarakan di media sosial. Seorang bernama Charlie Loyd  menunjukkan bahwa pulau ini juga ada di peta Yahoo dan Bing.

Di www.abovetopsecret.com, diskusi juga berlangsung. seseorang yang mengonfirmasi badan penelitian hidrografi Perancis mengatakan, pulau itu ialah pulau "khayalan" dan telah dihapus dari peta sejak 1979.

Google menyatakan bahwa pihaknya terbuka akan setiap respon dan siap mengintegrasikan informasi baru dari pengguna atau rekanannya ke Google Map.

"Kami bekerja dengan berbagai pihak dan sumber data komersial untuk memberikan peta yang paling kaya dan terbaru kepada pengguna," kata juru bicara Google.

Badan Hidrografi dari angkatan laut Australia menyatakan, "Salah satu yang menarik dari peta dan geografi adalah bahwa dunia ialah tempat yang terus berubah dan menyesuaikan terhadap perubahan ini adalah usaha yang tak akan pernah berakhir."


AFP
Editor :
yunan




Powered by Blogger.