Beranda » Jejak Sawah Ditemukan di Kota Kuno Petra

Jejak Sawah Ditemukan di Kota Kuno Petra



detail berita
Petra (foto: Heritage Daily)
Petra adalah sebuah kota kuno yang dipahat di sebuah tebing. Meskipun di masa kini kota tersebut terlihat sangat kering, sebuah penelitian terbaru mengungkap bukti yang menunjukkan keberadaan sawah atau ladang di kota tersebut.

Dilansir dari NBC News, Sabtu (5/1/2012), bukti keberadaan tempat bercocok tanam menandakan bahwa para penguhuni Petra kuno memanfaatkan air yang diperoleh untuk bertanam gandum, anggur dan zaitun.

Para peneliti mengatakan bahwa ada sebuah ladang terasering dan bendungan yang dibangun di wilayah sub-urban, sebelah utara Petra sekira 2.000 tahun lalu. Waktu tersebut merujuk pada saat ketika kekaisaran Romawi belum mengambil alih kota itu dari kerajaan Nabatea di 106 masehi.

"Tidak diragukan lagi bahwa ledakan aktivitas agrikultural di abad pertama dan meningkatnya kemakmuran yang dihasilkan dari anggur serta produksi minyak, membuat Petra menjadi hadiah yang menarik bagi Roma," ujar peneliti dari University of Cincinnati, Christian Cloke.

"Wilayah di sekitar Petra tidak hanya menumbuhkan cukup banyak makanan untuk memenuhi kebutuhan mereka, tapi juga cukup untuk menghasilkan zaitun, minyak zaitun, buah anggur dan anggur (minuman) untuk perdagangan," imbuhnya.

Para peneliti yang terlibat di Brown University Petra Archaeological Project (BUPAP) mengatakan, mereka menemukan bukti sistem bendungan dasar sungai dan pengalih aliran air hujan yang mengagumkan. Hujan yang singkat atau curahan air dari musim dingin dialirkan ke ladang terasering di tepi bukit, sisi utara Petra.

Sementara itu, para penghuni kota memanfaatkan tanggul besar yang terbuat dari bukit batu pasir untuk memperoleh air. Tanggul besar itu secara alami mengarahkan air untuk masuk ke kota dan dimanfaatkan dengan membangun sebuah sistem pipa dan kanal yang rumit.

"Hal yang paling signifikan adalah mereka memiliki cukup banyak pengetahuan mengenai topografi dan iklim sekelilingnya," papar Cloke.

"Kaum Nabatea mengklasifikasikan tanggul dan zona untuk menggunakan air. Air yang dikumpulkan dan disimpan di kota tidak digunakan untuk keperluan pertanian. Administratur kota dengan jelas membedakan air untuk kebutuhan kota dengan air untuk ladang," lanjutnya. (yhw)



Powered by Blogger.