Pada hari ini Rabu 26 Desember 2012, pukul 13.12 WIB, wanita berdarah Minahasa, Manado, Yohana Martina Salasa, meninggal dalam usia 93 tahun di Rumah Sakit PGI Cikini, Jakarta Pusat. Setelah dirawat selama lebih dari sepekan di RS Cikini, akhirnya wanita yang terus aktif di tengah masyarakat dan gereja di Jakarta, berpulang pada Sang Khalik.
Yohana lahir tanggal 23 Oktober 1919 di Langgur, Maluku. Puteri Toar-Lumimuut Yohana Martina, yang akrab disapa tante Yo adalah puteri dari pasangan Yohanis Jansen Salasa dan Claudia Mey Runtu. Orang-tuanya yang keduanya berasal dari Manado, telah mengabdi di dunia Pendidikan di wilayah Maluku Tenggara, dari kepulauan Kei-Tanimbar-Larat, sudah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Ayahnya yang akrab disapa Gur Salas, amat dikenal dalam dunia pendidikan di kepulauan Kei, hingga meninggal di desa Ngilngof, Maluku Tenggara, pada zaman pendudukan Jepang.
Yohana Martina Salasa menikah dengan Blasius Yamko di Makasar 3 Juni 1952, dan dikaruniai seorang puteriAnna Maria Yamko dan seorang saudara angkat. Setelah menikah pasangan Yohana-Blasius memilih menetap di Jakarta.
Pada usianya yang ke-90, tanggal 23 Oktober 2009, diadakan syukuran sederhana di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dengan misa dipimpin Romo Eugidius, OFM, dihadiri keluarga Minahasa dan Maluku. Semangatnya masih luar biasa, meski sudah usia lanjut. Keadaan fisiknya di usia 90 tahun, Oma Yo masih berkomunikasi sangat baik, meski memorinya menurun.
Sesepuh keluarga Maluku Tenggara, Peter Renyut, yang menapak-tilasi dan menilik kembali jasa almarhum guru Yohanis Jansen Salasa, ayahanda Oma Yo, mengingatkan generasi muda akan jasa para guru, termasuk ayahanda ibu Yohana, dan mengatakan, ”Guru Jansen Salasa, putera Minahasa, adalah salah seorang guru dan katekis yang kesohor dan dikenang sejarah pendidikan di Kei dan Tanimbar (Larat), Maluku. Merayakan hari ulang tahun Oma Yo, adalah sangat tepat karena kita ikut mengenang jasa ayahanda, tenaga pendidik, guru dan katekis Yohanes Jansen Salasa. Meninggalkan Tanah Minahasa, bumi Toar Lumimuut dan mengabdi di Maluku”.
Kini puteri Toar-Lumimuut itu pun pergi, tetapi jasa-jasa Ayahandanya dan jasanya sendiri untuk Pendidikan Formal dan Non-Formal, akan tetap dikenang. Catatan ini pun sekedar menegaskan kenangan perjuangan sejarah pendidikan yang diselenggarakan oleh jasa-jasa tidak sedikit orang dalam masa berbeda, termasuk Guru Salasa, sebagai “Pahlawan tanpa tanda jasa”.
Selamat jalan Oma Yo. Selamat hari Natal ke-2, di Alam yang Baru dan Abadi. Paka tuan wo paka lawiren.