Dalam sejarah perang dunia kaum perempuan biasanya selalu dikisahkan hanya berperan sebagai perawat atau mempersiapkan logistik tentara laki-laki. Namun tidak semua perempuan di medan perang berperan seperti itu. Sejumlah pejuang perempuan bahkan turut andil di garis depan melawan pasukan musuh. Keberanian dan ketangguhan mereka tidak kalah dengan tentara laki-laki. Beberapa nama mereka bahkan dicatat dengan tinta emas sejarah sebagai pejuang tangguh yang berhasil memimpin pasukan menghadapi kecamuk perang di negerinya.Siapa saja mereka?
1. Joan of Arc
Joan of Arc bisa dianggap sebagai simbol ksatria Prancis. Perempuan kelahiran 6 Januari 1412 ini adalah prajurit perempuan yang namanya cukup terkenal di dunia militer. Dia ikut bertempur langsung melawan pasukan Inggris dalam merebut kembali tanah Prancis.
Perempuan pemberani ini berhasil memenangi pertempuran bersama pasukan Prancis sebelum akhirnya dia tertangkap dan dihukum mati pada Juni 1456.
Joan of Arc juga dikenal sebagai orang suci di kalangan umat Katolik lantaran dia mengaku mendengar suara malaikat yang mendukungnya memerangi pasukan Inggris. Dia dianggap pahlawan perempuan paling berpengaruh di Prancis.
Perempuan pemberani ini berhasil memenangi pertempuran bersama pasukan Prancis sebelum akhirnya dia tertangkap dan dihukum mati pada Juni 1456.
Joan of Arc juga dikenal sebagai orang suci di kalangan umat Katolik lantaran dia mengaku mendengar suara malaikat yang mendukungnya memerangi pasukan Inggris. Dia dianggap pahlawan perempuan paling berpengaruh di Prancis.
2. Djamila Bouhired
Perempuan kelahiran 1935 ini adalah perempuan pejuang revolusioner semasa revolusi Aljazair sejak 1954 hingga 1962.
Ayahnya seorang warga Aljazair dan ibunya berasal dari Tunisia. Keluarga Djamila adalah keluarga kelas menengah yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka. Djamila merupakan satu-satunya anak perempuan di antara 7 saudara laki-lakinya.
Pada 1954 ketika revolusi meletus, bersama mahasiswa-mahasiswa Aljazair dia tergabung dalam Front Pembebasan Nasional Aljazair.
Perjuangannya melawan pendudukan Prancis di Aljazair tak hanya melalui jalur diplomasi. Dia juga aktif dalam baku tembak dengan pasukan Prancis.
Dia pernah mengebom sebuah klub tempat berkumpulnya pasukan muda Prancis pada 26 januari 1957. Kaki Damila tertembak ketika ditangkap pasukan Prancis pada 9 April 1957.
3. Opha Mae Johnson
Ayahnya seorang warga Aljazair dan ibunya berasal dari Tunisia. Keluarga Djamila adalah keluarga kelas menengah yang mampu menyekolahkan anak-anak mereka. Djamila merupakan satu-satunya anak perempuan di antara 7 saudara laki-lakinya.
Pada 1954 ketika revolusi meletus, bersama mahasiswa-mahasiswa Aljazair dia tergabung dalam Front Pembebasan Nasional Aljazair.
Perjuangannya melawan pendudukan Prancis di Aljazair tak hanya melalui jalur diplomasi. Dia juga aktif dalam baku tembak dengan pasukan Prancis.
Dia pernah mengebom sebuah klub tempat berkumpulnya pasukan muda Prancis pada 26 januari 1957. Kaki Damila tertembak ketika ditangkap pasukan Prancis pada 9 April 1957.
3. Opha Mae Johnson
Johnson diyakini perempuan pertama di dalam kesatuan Korps marinir Angkatan laut Amerika Serikat yang ikut berperang langsung dengan tentara Jepang.
Di saat kaum hawa lainnya hanya mendapatkan tugas sebagai juru masak dan juru cuci marinir, dia justru mendapatkan tugas sebagai pengatur serangan laut angkatan Laut marinir Amerika serikat di Perang Dunia kedua.
Di saat kaum hawa lainnya hanya mendapatkan tugas sebagai juru masak dan juru cuci marinir, dia justru mendapatkan tugas sebagai pengatur serangan laut angkatan Laut marinir Amerika serikat di Perang Dunia kedua.
4. Loretta Walsh
Loretta adalah perempuan pertama yang terdaftar dalam kesatuan Angkatan laut Amerika serikat di perang dunia pertama. Perempuan kelahiran 22 April 1896 ini adalah salah satu ahli strategi pertempuran laut yang ikut andil dalam pertempuran melawan Jerman di front Pasifik.
Kegemilangannya dalam menerapkan strategi perang laut membuat Jerman harus kehilangan lima kapal tempurnya.
Kegemilangannya dalam menerapkan strategi perang laut membuat Jerman harus kehilangan lima kapal tempurnya.
5. Cut Nyak Dhien
Siapa tak kenal perempuan Aceh satu ini? Dia adalah pahlawan nasional, sang wanita baja dari tanah serambi Makkah, tokoh pejuang kemerdekaan yang berkiprah sebelum masa kebangkitan nasional. Namanya begitu populer sehingga sutradara Eros Djarot pernah mengangkat kisah kehidupan (biografinya) dalam layar lebar. Cut Nyak Din lahir di Lampadang Provinsi Aceh tahun 1850 dan wafat dalam pengasingan di Sumedang Jawa Barat 6 November 1908.
Dia bersama suaminya, Teuku Umar berjuang bersama rakyat Aceh lainnya untuk mengusir kependudukan Belanda dari tanah Aceh.� Cut Nyak dien akhirnya wafat di pengasingan. Dia tetap dikenang rakyat Indonesia sebagai pejuang yang berhati baja sekaligus ibu dari rakyat Aceh. Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional pada 1964.
Dia bersama suaminya, Teuku Umar berjuang bersama rakyat Aceh lainnya untuk mengusir kependudukan Belanda dari tanah Aceh.� Cut Nyak dien akhirnya wafat di pengasingan. Dia tetap dikenang rakyat Indonesia sebagai pejuang yang berhati baja sekaligus ibu dari rakyat Aceh. Pemerintah Indonesia menganugerahi gelar pahlawan kemerdekaan nasional pada 1964.