Beranda » SANG PENAKLUK KONSTANTINOPEL

SANG PENAKLUK KONSTANTINOPEL




Kisah ini diawali oleh hadist rasulullah, Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “bahwa ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan futuh terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma. Rasulullah SAW menjawab, “Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel) (HR Ahmad). Ini adalah sebuah kabar gembira bagi kaum muslimin bahwa dua pilar peradaban barat pada waktu itu yang dijadikan simbol, yaitu: Kota Roma (Romawi Barat) dan Kota Konstantinopel (Romawi Timur) akan diberikan dan dibebaskan oleh kaum muslim.
Konstantinopel merupakan salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmarah dan selat Tanduk Emas yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Daratannya dikelilingi oleh dinding yang tebalnya 9 meter dan tingginya 30 meter. Pentingnya posisi konstantinopel ini digambarkan oleh napoleon dengan kata-kata “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”.
Ada hadist lain yang menjadikan kisah ini semakin menarik.
“Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya (HR Ahmad)”
Dan hal ini menjadi penyemangat para Khalifah untuk melakukan pembebasan kondtantinopel, tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub al-Anshari (44 H) adalah orang yang pertama kali ingin merealisasikan janji Allah tersebut, ketika itu beliau berusaia 70 tahun, dan akhirnya beliau wafat, walaupun begitu, beliau meminta agar jasadnya dikuburkan di bawah kaki terdepan pasukan kaum muslim pada saat ekspedisi itu sebagai sebuah milestone bagi mujahid selanjutnya. Lalu Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H), Khalifah Harun al-Rasyid (190 H), Khalifah Beyazid I (796 H), dan Khalifah Murad II (824 H) juga tercatat dalam usaha pembebasan konstantinopel, tetapi karena satu dan lain hal, Allah belum mengizinkan kaum muslimin memenangkan pertempuran itu.
Lahirlah seorang yang telah menguasai 7 bahasa dan dia telah memimpin ibukota Khilafah Islam di Adrianopel (Edirne) sejak berumur 21 tahun. Ia sudah menancapkan dalam dirinya untuk menaklukan konstantinopel. Diapun sadar untuk menaklukkan konstantiopel dia membutuhkan orang-orang yang bisa diandalkan, maka diapun membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Janissaries, yang dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala yang dibutuhkan oleh tentara, dan pendidikan ini dilaksanakan sejak dini, dan khusus dipersiapkan untuk penaklukan konstantinopel. 40.00 orang yang loyal kepada Allah dan rasul-Nya pun berkumpul dalam penugasan ini.
Tetapi konstantinopel bukanlah kota yang mudah ditaklukkan, kota ini menahan serangan dari berbagai penjuru dunia dan berhasil menetralkan semua ancaman yang datang kepadanya karena memiliki sistem pertahanan yang sangat maju pada zamannya, yaitu tembok yang luar biasa tebal dan tinggi, tingginya sekitar 30 m dan tebal 9 m, tidak ada satupun teknologi yang dapat menghancurkan dan menembus tembok ini pada masa lalu. Dan untuk inilah al-Fatih menugaskan khusus pembuatan meriam raksasa yang dapat melontarkan peluru seberat 700 kg.
Pada tanggal 6 april 1453, Muhammad Al-Fatih membawa 250.000 total pasukannya yang terbagi menjadi 3, yaitu pasukan laut dengan 400 kapal perang menyerang melalui laut marmara, kapal-kapal kecil untuk menembus selat tanduk, dan sisanya melalui jalan darat menyerang dari sebelah barat konstantinopel. Awal penyerangan ini dikenal dengan The Siege of Constantinple.
Sampai tanggal 21 April 1453, 14 hari peperangan, tidak ada sedikitpun tanda – tanda kemenangan bagi kaum muslimin. Pasukannya meminta sudahlah Muhammad Al-Fatih kita menyerah saja! Tapi apakah Muhammad Al-Fatih menyerah, TIDAK!
Ia mencoba suatu cara yang tidak terbayangkan kecuali oleh orang-orang yang beriman. Muhammad Al-Fatih meminta pasukannya untuk memindahkan 70 kapal perang dari selat bosphorus menuju selat tanduk dalam satu malam melalui Gunung Galatta sepanjang 3 mil.
Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:
“kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya, sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan. Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander yang Agung,”
Pada tanggal 29 Mei 1453, serangan terakhir dilancarkan, dan sebelum Ashar, al-Fatih sudah menginjakkan kakinya di gerbang masuk konstantinopel.
Berakhirlah pengepungan selama 52 hari lamanya dan penantian panjang akan janji Allah selama 825 tahun lamanya. Konstantinopel dibebaskan kaum muslim melalui tangan al-Fatih. Bayangkan, kekuatan seperti apa yang bisa menjaga semangat, persatuan, dan kesabaran selama 52 hari perang dan lintas generasi dalam 825 tahun lamanya? Kekuatan seperti apa yang dapat menjadikan anak muda berumur 23 tahun menaklukan sebuah peradaban besar?
Setelah penaklukkan Konstantinopel, pasukan muslim melaksanakan shalat Jum’at untuk yang pertama kalinya di Konstantinopel. Shalat itu dilakukan di Gereja Aya Sophia yang telah dialih-fungsikan menjadi masjid. Kemudian dicarilah muslim yang paling tepat untuk menjadi imam shalat Jum’at itu. Sultan memerintahkan seluruh yang hadir di masjid untuk berdiri. Kemudian Sultan berkata,
“Siapa di antara kita yang sejak baligh hingga sekarang pernah meninggalkan shalat fardhu walau sekali, silahkan duduk!”
Maha Suci Allah, Tidak ada satu pun yang duduk! Kemudian, Sultan pun berkata,
“Siapa di antara kita yang sejak balgih hingga kini pernah meninggalkan shalat sunnah rawatib, silahkan duduk!”
Lalu sebagian pasukan mujahidin duduk sehingga tersisa sebagian kecil. Lalu Sultan bertanya lagi :
“Siapa di antara kalian yang sejak baligh hingga saat ini pernah meninggalkan shalat tahajud walaupun satu malam, silahkan duduk!”
Kemudian seluruh pasukan yang tersisa pun duduk, kecuali satu orang, yaitu Muhammad Al-Fatih, Sang Pembebas Konstantinopel.
Tidak sulit bagi Allah untuk memenangkan pemimpin – pemimpin sebelumnya untuk menaklukkan konstantinopel, tapi mengapa Allah memilih Muhammad Al-Fatih? Mungkin Allah ingin menunjukkan kepada kita dulu pernaj hidup seorang pemuda yang senantiasa menjaga Shalatnya, dan ialah yang mendapat gelar sebaik- baik pemimpin. Muhmmad Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel.

Gamal Albinsaid 




Powered by Blogger.