Kompasiana – Selayar : Banyak catatan kisah yang tersisa dari
keberadaan Desa Kahu-Kahu yang merupakan wilayah pemekaran Desa Bontoborusu. Sebelum resmi berdiri sendiri, dulunya, kahu-kahu masih berada di bawah kepemimpinan, Muh. Karim, mantan Kades Bontoburusu, Kecamatan Bontoharu.Namun setelah resmi berdiri sendiri, Desa Kahu-Kahu pun mencoba bangkit dan mengelolah segenap sumber daya wilayah yang dimilikinya, termasuk sumber daya potensi wisata.
Salah satunya, liang balo jaha. Sebuah liang yang penamaannya diilhami oleh peristiwa penemuan jenazah terdampar, asal Pulau Jawa. Berawal dari penemuan identitas jenazah beralamat Pulau Jawa dari saku korban, masyarakat setempat, kemudian memakamkan jenazah tersebut, di sekitar liang yang selanjutnya diberi nama Liang Balo Jaha.
Selain liang Balo Jaha, di Desa Kahu-Kahu juga terdapat sebuah liang bernama, “Bakka Sombong”. Penamaan liang ini sendiri, diilhami dari sifat sombong dan congkak penghuni liang.
Salah seorang warga masyarakat Desa Kahu-Kahu mengisahkan bahwa, Pada masa penjajahan Pemerintah Kolonial Belanda, Liang Bakka Sombong, acap kali dijadikan sebagai tempat persembunyian oleh Sang penghuni liang.
Tak heran, bila di dalam Liang Bakka Sombong terdapat sejumlah barang peninggalan, seperti meja batu, dan patahan pohon besar yang dulu pernah tumbuh di areal liang dan oleh warga masyarakat dianggap sebagai sebuah pohon keramat.
Hingga belakangan, Liang Bakka Sombong banyak di datangi oleh segelintir orang untuk bertapa dan meminta peruntungan nomor judi buntut. Kendati, se ekor ular besar jadian-jadian, disebut-sebut sebagai penjaga areal Liang Bakka Sombong. Ular ini, bahkan diyakini warga masyarakat, telah tinggal menghuni kawasan liang tersebut, sejak ratusan tahun silam.
(sulhayat/fadly ).